Just Watch Vanesha Prescilla Blooms
Dalam usia 20an yang sedang dijalaninya sekarang, Vanesha mempertanyakan apa peran dirinya di dunia ini. Terdengar seperti krisis identitas? Tentu. Tapi yang belum Anda tahu – sekaligus yang membuat Cosmo terkejut! – adalah betapa dewasa serta dalamnya pikiran dan emosi sosok Scorpio yang misterius ini.
"Bukankah ia seorang aktor?" tanya Anda dan Cosmo dalam hati ketika mendapati bahwa Vanesha Prescilla, sang bintang film yang namanya langsung besar berkat karakter Milea dari trilogi film Dilan, nyatanya tak ingin melabeli dirinya sebagai aktris. Mengapa begitu? Well, sekarang mari lihat dari kacamata persona yang akan menginjak usia 23 tahun di bulan Oktober mendatang ini. Vanesha baru berusia 18 tahun ketika tawaran membintangi film Dilan 1990 datang. Tanpa bekal ilmu serta pengalaman berakting di industri film, Vanesha membuka diri untuk menjajal proyek akting pertamanya tanpa berekspektasi apapun. Tak disangka, film ini laku keras, dan karakter Milea pun kian melekat pada sosok Vanesha.
Bagaimana tidak, lihat saja kolom komentar dari setiap unggahan Vanesha di Instagram. Anda akan menemukan paling tidak tiga komentar yang menyerukan Milea sebagai sapaan terhadap Vanesha. Jangan salah paham, bukan hal buruk, kok, jika seseorang diasosiasikan terhadap satu karakter tertentu yang pernah diperankannya, karena itu berarti sang aktor berhasil menyalurkan aktingnya hingga membekas bagi para penontonnya. And it's a good thing, of course! Namun bagaimana jadinya jika sang aktris yang mendadak besar tersebut tak memiliki waktu untuk benar-benar mencari tahu tujuan hidupnya? Inilah yang dialami Vanesha setelah momen 'ledakan' tersebut.
"Saya tak akan lupa, betapa tersesatnya saya ketika menginjak usia 19 ke 20 tahun. Jika sebelumnya saya tak pernah khawatir tentang hidup saya, tiba-tiba saat itu saya kelimpungan mempertanyakannya. 'Siapa, sih, saya ini sebenarnya?!'" ujarnya terbuka pada Cosmo, and we can't blame her. Jika kebanyakan dari kita memiliki ruang dan waktu yang lebih leluasa untuk menghadapi fase krisis identitas selama rentang usia 20an (hei, quarter life crisis itu nyata, oke), maka lain halnya dengan Vanesha. Ia tak memiliki kebebasan itu. "Meski saya sudah bertanya ke semua sahabat saya, bahkan beberapa berusia lebih senior, namun pada akhirnya yang akan menolong krisis ini adalah diri saya sendiri. Oleh karenanya, selama dua tahun ini saya memutuskan mengambil waktu untuk diri sendiri. Untuk mencari tahu apa yang diri ini butuhkan," ungkapnya.
Itulah sebabnya kita tak sering melihat sosoknya di layar lebar serta layar kaca, selain setahun lalu dari film Backstage, di mana ia dan sang kakak, Sissy Prescillia, beradu akting dalam sebuah konsep musikal (we're so enjoying the movie and its OST!), serta dari serial web genre thriller bersama Jefri Nichol, Paradise Garden. “Sekarang saya lebih banyak meluangkan waktu di rumah untuk mencari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan untuk bahagia, jadi saya tak lagi menggantungkan kesenangan pada orang lain,” ujarnya. Jujur, Cosmo senang mendengarnya. Adalah langkah yang tepat untuk berfokus ke diri sendiri ketika dibutuhkan, ketika ingin mencari tahu identitas diri dan arah hidup. Toh pada akhirnya, ‘obat’ dari bermacam kebingungan yang dialami diri adalah kembali ke akar, alias ke inti diri Anda. Dan tak perlu terburu-buru untuk segera menemukan jawabannya, just take time as much as you need it, persis seperti yang Vanesha lakukan.
Mari merunut ke lini masa hidup Vanesha. Ia terlahir dalam keluarga berlatar dominan musik. “Kakak laki-laki saya pemusik. Papa adalah pemusik, Mama adalah penyanyi. Kak Sissy pun juga bisa bernyanyi. Dulu saat kecil, saya sempat les piano, tapi saya menyesal karena dulu malas-malasan…” Mungkinkah passion Vanesha berada di musik? “Saya memang punya passion di musik, tapi saya tak bisa bilang kalau saya ingin jadi musisi. Sekarang, saya adalah seorang penikmat musik saja,” ungkapnya. Namun bisa dibilang, karier Vanesha tak jauh dari musik. Pertama, dalam film Dilan (Dilan 1990, Dilan 1991, Milea: Suara dari Dilan), Vanesha menyumbangkan vokalnya untuk soundtrack ketiga film tersebut. Kemudian ia membintangi Backstage sebagai bintang pop yang turut bernyanyi serta menari langsung. Belum lama ini, ia pun membintangi video musik So Wrong But So Right milik Afgan, dan Menghapus Jejakmu karya Noah (jangan lupakan juga performa Vanesha dalam video musik milik kolaborasi antara Vidi Aldiano, Sheryl Sheinafia, sang kakak Jevin Julian, serta dalam lagu Saling Merindu dari RAN).
Menginjak usia remaja, Vanesha mulai menjajal profesi aktor. Meski Sissy telah memulai jalur karier ini terlebih dahulu, namun Vanesha tak terlintas mimpi untuk mengikuti jejak sang kakak. “Saya merasa bahwa kesempatan [akting] yang ada sekarang adalah sesuatu yang mendatangi saya, bukan saya yang berusaha untuk meraihnya. Rasanya seperti hati saya tak hadir di sini secara 100%,” ungkapnya. Ini pula sebabnya ia belum sanggup bilang bahwa dirinya adalah aktor, “Saya menyadari bahwa ada banyak orang lain yang punya passion di film dan layak mendapatkan titel aktor. Sementara itu, saya belum mengerahkan segenap diri saya di sini, saya masih mencari jati diri saya.” Namun bukan berarti ia tak mensyukurinya, lho, ia tetaplah menikmati aktivitas shooting, bahkan bahagia atas hasil karya-karya filmnya yang sukses. “Saya hanya belum menemukan jawaban mengapa saya ada di sini,” ujarnya.
Lantas apakah ia akan tetap bilang ‘ya’ pada kesempatan untuk kembali ke dunia perfilman? “Oh, tentu. Saya tetap bermain film, hanya saja saya memiliki standar dan ingin mengambil peran yang terus berbeda. Agar penonton tak bosan, namun agar saya juga nyaman menjalaninya,” jawabnya. Cosmo pun penasaran mengenai film dan karakter peran seperti apa yang sangat ia idamkan untuk mainkan suatu hari nanti. “Saya ingin main film indie! Karena film indie punya visi seni yang sangat bagus. Tapi saya masih ragu, apakah benar saya bisa melakukannya?” Cosmo percaya ia bisa. Bahkan referensi tontonan yang disukainya adalah peran-peran seperti dalam Euphoria (HBO) dan You (Netflix) yang memainkan unsur emosi nan intens. Yang pasti, kita bisa menarik simpulan bahwa benang merah dari kesukaan Vanesha selama ini adalah berdasar dari seni.
“Ya, saya memang sebenarnya senang dengan semua yang berbau seni. Bahkan sekarang saya sedang belajar melukis, dan ingin mengambil studi Fine Arts untuk kuliah!” Cosmo melihat sparks dari matanya kini. Begitu pula ketika ia bercerita mengenai hobi fotografi yang dimilikinya, “Saya senang menangkap momen dari perspektif saya pribadi,” ujarnya hingga membuat Cosmo tersadar betapa banyaknya obyek langit – potret kesukaan Vanesha – yang ia unggah di @vaneshaass. “Mata saya sangat tertarik dengan bulan! Melihat langit bisa membuat hati saya tenang. Terutama langit menjelang malam hari, warnanya amat bagus.”
“Saya adalah tipe night person, jadi saya lebih banyak mengeksplor fotografi saat malam hari karena ada banyak hal indah terjadi setelah gelap, dan saya senang mendokumentasikannya. Imaji di malam hari juga tampak estetis jika ditangkap secara baik, oleh karenanya saya senang membaginya di feed,” tambahnya. Ia pun membagikan tips personal darinya: “Tapi untuk foto malam hari, saya butuh alat yang bagus, dan perangkat pilihan saya adalah OPPO Reno8 Pro 5G. Ponsel ini memiliki sensor spesial dan mode kamera yang mendukung saya menangkap foto serta video malam hari. So cool, so artistic, so clear. Ini sungguh perangkat fotografi malam yang terbaik sekarang.” Seperti kebanyakan orang seusianya – teman-temannya, bahkan para penggemar Vanesha – ia senang mengunggah momen dalam hidupnya di media sosial untuk berbagi kebahagiaan serta buah pikirnya pada khalayak. “Makanya saya juga menyukaiOPPO Reno8 Z 5G dan Reno8 4G karena keduanya punya fitur Bokeh dan Portrait cantik yang sangat berguna juga trendy. Jujur, saya menyukai semua kamera Reno,” tambahnya.
Bagaimana dengan musik, seperti apa cara Vanesha menikmati musik secara maksimal? “Saat butuh me-time ketika di rumah sedang ramai apalagi dengan para keponakan, saya butuh sesuatu yang bisa membuat saya fokus. Saya pun menggunakan OPPO Enco Buds 2 yang membuat mood saya semakin semangat, terutama dengan suara bass yang sempurna itu… serasa punya dunia sendiri!” jawabnya sambil mengungkapkan satu lagu yang akhir-akhir ini tak bosan ia ulangi terus, yaitu Happiness dari The 1975.
See… Vanesha mencintai seni. Semua yang ia lakukan selama ini – bahkan dalam fase pencarian jati dirinya – selalu berkutat dengan seni. Namun jika ia ditanya kalau tak menjadi aktris, akan menjadi apakah seorang Vanesha Prescilla hari ini, maka ia akan menjawab bahwa ia betul-betul tidak tahu. “Sekarang saya akan jawab ingin jadi pelukis, ingin jadi seseorang yang tahu tentang seni. Tapi jika dulu saya tak melewati proses berakting itu, saya juga tak tahu apakah saya akan senang dengan seni!” Inilah Vanesha yang lebih matang. Ia tak malu mengakui pencariannya, masih fleksibel dalam mengikuti arus, namun telah punya rancangan hidup. Ia mengenang salah satu titik terendah dalam hidupnya, di mana ia pergi ke London seorang diri untuk mulai mencari jawaban dari dirinya sendiri. “Saya memang tipe orang yang senang sendirian. Saya tak terlalu suka keramaian, terutama jika kerumunan itu tak memberi saya kualitas yang baik. Makanya saat di London, saya senang sekali bisa melihat dunia dari perspektif baru. Saya bisa menikmati jalan kaki, menyusuri taman-taman London yang luas, tak melakukan apapun kecuali menyaksikan orang-orang dan hadir di momen tersebut,” ucapnya.
Kemudian sepulang dari London, ia langsung mantap memutuskan ingin kuliah di sana. Terlebih karena selepas SMA, ia belum bersekolah lagi. Selain, ehm, karena kondisi pandemi, namun juga kesibukannya dalam bekerja. “Ini pula salah satu faktor yang membuat saya merasa di ‘bawah’. Saat saya melihat kondisi orang lain bisa bersekolah sesuai usianya, saya sedih melihat diri ini yang sudah bekerja. Tapi jika di balik situasinya, pasti mereka juga berpikir bahwa hidup saya menyenangkan karena sudah bisa bekerja. Ah, kita memang cenderung melihat bahwa kehidupan orang lain itu lebih menyenangkan. Padahal semua hidup masing-masing itu seru, kita hanya menjalaninya dalam waktu yang berbeda saja,” ujarnya dewasa.
Pendewasaannya pun turut terlihat pada caranya memaknai kebahagiaan. “Jika dulu saya merasa butuh validasi dari orang lain untuk bahagia, sekarang saya sudah bisa menemukan kebahagiaan dari hal kecil, yang hanya dinikmati oleh saya sendiri,” ujarnya seraya mengingat masa sulit yang pernah dialaminya kala menghadapi komentar negatif. Ia mengaku beruntung memiliki support system yang nyata, seperti keluarga yang selayaknya tulang punggung penopangnya, hingga membuatnya kuat untuk bangkit dari suatu kekosongan dalam hidup. Ia pun selalu mengingat nasihat Sissy untuknya: “Jangan berekspektasi semua orang menyukai diri kita. Entah kita sudah jadi sebesar apa, akan tetap saja ada orang yang tak menyukai kita. The only thing that matters is your own opinion on yourself.”
Sekarang, ia berhasil menemukan kedamaian dari versi bahagia miliknya sendiri. Bahkan ketika rasa insecure datang lagi, ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia bisa mengatasinya dengan bersyukur pada apa yang dimilikinya sekarang, dan ia akan mengingatkan dirinya bahwa tak ada orang yang sempurna, jadi selalu lihatlah sisi baiknya. Bahkan ia bisa memberi tips pada Cosmo yang berulang tahun ke-25 sekarang (dan untuk Anda baik para Gen Z atau terlepas dari berapapun usia Anda), agar Cosmo bisa mengarungi masa rentan krisis secara bahagia: “Tetaplah fokus pada diri sendiri, dan eksplor hal-hal yang membuat Anda senang, dengan catatan tanpa merugikan diri sendiri serta orang lain. Apapun itu, bersemangatlah dan bersabarlah. Time will prove.”
Mari akui, masa twenties memang berat, namun bukan hal yang mustahil untuk dilalui. Itu pula yang sedang Vanesha hadapi, namun Cosmo yakin, ia akan menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan identitas dirinya, dan meraih yang dicintainya dalam waktu nan tepat. Let’s just watch her blooms.
Photography: Vicky Tanzil
Styling: Alia Husin
Styling Assistant: Nadhifa Arundati
All photos are shot on OPPO Reno8 Pro 5G
(Givania Diwiya / FT / Opening Image Layout: Rhani Shakurani)