Alasan Mengapa Kamu Harus Mengakhiri Situationship
We got it, it’s 2023, di mana tren kencan modern kini semakin beragam dan…membingungkan – rasanya sulit sekali untuk mendapatkan seseorang yang mau disebut sebagai ‘pasangan’. Yes, hubungan tanpa status atau situationship sudah menjadi topik pembicaraan hangat, lebih tepatnya sejak tahun lalu, dan kabar baiknya, Cosmo sudah sempat membahas tentang situationship secara lengkap dalam satu artikel (kamu bisa klik di sini agar dapat tahu lebih jelas tentang kondisimu!).
'.OK, hold on, Cosmo akui kalau situationship sejatinya tak melulu di-cap sebagai tindakan yang ‘salah’ – terkadang situasi ini memang telah disepakati oleh keduanya. Tetapi beda hal ketika kamu sudah berada di fase “yuk, ini waktunya aku mau membangun hubungan yang serius!” Lalu kamu bertemu dengan si dia, saling memberikan sentuhan emosional dengan berbagi rasa perhatian, waktu, dan energi, namun saat kamu memutuskan untuk bertanya seputar hubungan kepada si dia, jawabannya: “Aku hanya ingin kita seperti ini saja tanpa harus ada ikatan.” Ouch!
Situationship is kinda fun, tetapi lebih baik kamu simak dahulu, alasan mengapa kamu harus mengakhirinya.
Hubungan Ini Memengaruhi Kesehatan Mental Kamu
Hubungan percintaan yang sehat seharusnya menjadi suatu hal yang indah untuk dirasakan, menyadari kalau kamu itu diinginkan dan dicintai, but TBH, saat kamu berada di situationship, perasaan tersebut sifatnya tidak konsisten. Hari ini si dia bisa menjadi seseorang yang super sweet, dan esok harinya dia menghilang karena terlalu sibuk dengan pekerjaan (sangat klasik). Alhasil, ada banyak sekali pertanyaan menumpuk di dalam pikiran tentang apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap kamu.
Sebuah studi dari National Library of Medicine menyatakan; penolakan dan rasa tak dicintai dapat menjadi suatu indikasi yang kuat untuk mengalami depresi klinis. Jika hubungan ini lebih banyak rasa sakitnya, ada baiknya kamu untuk segera menyadari kalau energi yang kalian bagikan itu tak seimbang. You don’t need to be a single fighter, prioritaskan kesehatan mentalmu, babes.
Sulit Menentukan Batasan
Boundary who? Situationship itu ibarat kalian sedang bersanding menuju ke arah yang sama, namun tak bisa saling bergandengan tangan….karena kalian memang bukan pasangan. Tak heran jika hal ini menumbuhkan kebingungan akan batasan yang perlu kalian terapkan. Yes, kalian berbicara di text setiap hari, tetapi apakah hubungan romantis hanya sebatas texting? Kalian pun tahu kalau hubungan ini memang tak pernah (atau tak mau) didefinisikan secara rinci, so, di saat dia tiba-tiba berkencan dengan orang lain…kamu tak punya hak atas pengungkapan rasa jealous, dan ini merupakan titik boomerang bagi perasaanmu.
Dia Tak Memiliki Inisiatif untuk Bertemu
Bertemu si dia itu bisa dihitung oleh jari – dua minggu sekali, atau malah kalian tak pernah bertemu, mungkin? Oh, no. Sebetulnya ini sudah menjadi bahan pertimbangan yang paling esensial. Ada salah satu kutipan menarik dari buku karya Greg Behrendt dan Liz Tuccillo yang berjudul ‘He’s Just Not That Into You’ yang cukup menyentil para pejuang situationship, “Jika seorang pria memberikan segudang alasan untuk bertemu, maka kejelasan sudah sangat tegas kalau dia tak punya ketertarikan yang mendalam.” Read it out loud!
Kamu ~Selalu~ Mengikuti Keputusannya
Bagaikan terbawa arus, hubungan ini hanya berfokus pada keinginan dan keputusan yang si dia ambil. Cosmo mengerti kok, pasti ada secercah harapan di hatimu kalau situationship ini punya potensi untuk menjadi hubungan yang sebenarnya, maka dari itu, kamu selalu saja mengikuti cara dia bermain. Tetapi segala harapan dan keinginan kamu terhadapnya ini justru akan semakin menenggelamkan pikiran, contohnya seperti ini; kamu sudah mencoba untuk memperjelas hubungan, lalu si dia selalu memberikan jawaban yang menggantung (tak mau melepaskan namun juga tak mau memiliki seutuhnya). Kamu masih menunggu, karena berpikir “oh, mungkin saja dia akan segera berubah pikiran.” Gurl, you know what, you should pack your bag of heart, and leave this situationship, ASAP.
Terdengar cheesy, namun umpama “masih ada banyak ikan lain di laut” sejujurnya sangat relevan untuk kamu pupuk di dalam pikiran. Ada banyak peluang yang bisa kamu temukan di luar sana, tanpa harus stuck di dalam hubungan yang mudah ‘goyah’ saat diterpa angin karena tak pernah mempunyai fondasi.
(Nadhifa Arundati / Image. Dok. Image by Trinity Kubassek)