Sebelas Seniman Hadirkan ‘Wajah Baru’ Tas Lady Dior

Rayoga Akbar 12 Jan 2025

Perihal apakah fesyen termasuk seni memang masih menjadi perdebatan tiada usai. Namun satu hal yang pasti, mode dapat menjadi katalis sekaligus medium untuk seniman berkarya. Salah satu yang dapat dijadikan contoh adalah Dior Lady Art. Sebuah proyek kolaborasi seni yang digagas oleh rumah mode Dior untuk mengajak para seniman untuk menginterpretasi ulang tas ikonis rumah mode tersebut.

Sudah sembilan kali berjalan, Dior Lady Art berhasil membuktikan bahwa seni tak mengenal batasan dalam medium berkarya. Selain itu, tas Lady Dior yang klasik juga dapat bertransformasi dalam berbagai gaya tanpa kehilangan identitas ikonisnya.

Ada sebelas seniman yang terlibat dalam kolaborasi tahun ini. Mereka adalah Sara Flores, Jeffrey Gibson, Woo Kukwon, Danielle  Mckinney, Duy Anh Nhan Duc, Hayal Pozanti, Faith Ringgold, Vaughn Spann, Anna Weyant, Liang Yuanwei dan Huang Yuxing.

Para seniman lintas negara dan disiplin tersebut mentransformasikan tas Lady Dior tak hanya menjadi lebih ekspresif dalam hal estetika, tapi juga memiliki nilai seni dan pesan sosial lewat inspirasi yang mereka usung. 


Deretan Wajah Baru Lady Dior

Dior Lady Art
Dior Lady Art karya Faith Ringgold

Lady Dior Art menjadi salah satu karya terakhir dari seniman dan aktivis Faith Ringgold yang wafat pada April 2024 lalu. Faith membuat enam kreasi tas khusus yang ia buat. Faith menampilkan poster ikonisnya yang bertajuk Jazz Stories: Mama Can Sing, Papa Can Blow dalam hiasan beads. Nuansa yang poetic dan ekspresif juga terasa pada kreasi Dior Lady Art rancangannya yang menampilkan landmark jembatan George Washington. Pada bagian handle, Faith menyisipkan sebuah pesan inspiratif yakni “Anyone Can Fly, All You Gotta Do Is Try”. 

Slogan yang inspiratif dan provokatif memang telah menjadi ciri khasnya. Ia juga tak lupa memuat tas berhiaskan tulisan Freedom Woman Now And Woman Free Yourself. Selain lewat lukisan figur dan slogan, Faith juga bereksplorasi dengan corak segitiga penuh warna yang disebut sebagai tribute dari Faith untuk budaya Afrika.

Dior Lady Art
Dior Lady Art karya Huang Yuxing

Abstrak dan lanskap menjadi tema dari kreasi Huang Yuxing. Sang seniman bermain dengan deretan warna vibran dan berbagai tema lanskap, dari alam hingga futuristik. Sementara itu Hayal Pozanti menerjemahkan tema alam dalam desain yang lebih romantis dalam dominasi warna pastel. 

Woo Kukwon menampilkan inspirasi yang personal. Tas kreasinya menampilkan ilustrasi figur yang mewakili sang istri, anak perempuan dan anjing peliharaan mereka. Selain dari corak, tekstur turut menjadi elemen yang menarik atensi.

Dior Lady Art
Dior Lady Art karya Hayal Pozati

Jeff Gibson bereksperimentasi dengan detail hardware untuk kreasinya. Ia mendekorasi tas Lady Dior dengan kumpulan gembok berbentuk hati yang terinspirasi dari jembatan Pont des Arts di kota Paris. 

Duy Anh Nhan Duc dan Liang Yuanwei menampilkan keindahan flora dalam nuansa dan teknik yang berbeda. Duy Anh Nhan Duc bermain dengan detail emas yang memberi nuansa mewah dan romantis. Sebagai bentuk totalitas, ia bahkan menggunakan bahan vegan leather untuk tas Dior Lady Art kreasinya.

Sementara itu, corak bunga dari karya Liang Yuanwei terinspirasi dari lukisan dari era dinasti Song. Ia menerapkan berbagai teknik rumit agar menampilkan efek tiga dimensi yang tantalizing dan pewarnaan khusus agar mendapatkan rona jade yang tepat.

Pohon dan bunga juga diangkat Anna Weyant yang membuat dua kreasi dalam corak kayu, dan tas emas berhiaskan bunga mawar dan daisy.

Dior Lady Art
Dior Lady Art karya Vaughn Span

Interpretasi paling ekstrem datang dari Vaughn Span yang membuat tas Lady Dior menjadi terlihat lebih kontemporer dengan siluet yang kokoh dan transparan. Kreasi tersebut terinspirasi dari koper dari era 1980 an. Selain itu ia juga menampilkan tas berhiaskan motif grafis dan salah satu lukisannya Firestorm And Untitled (Stormy).

Keindahan lukisan potret hadir lewat karya Danielle Mckinney yang menampilkan sosok perempuan yang tengah melamun dan dihinggapi kupu-kupu. Sementara itu bagi Sara Flores, proyek Dior Lady Art ia jadikan sebagai platform lain untuk memperkenalkan budayanya yang mana ia tampilkan dengan menghiasi tas Lady Dior dengan bahasa suku Shipibo-Conibo.