Meet: Nina Nikicio
Sekitar pertengahan Oktober lalu, Cosmo mendapat kesempatan untuk mewawancarai Nina Nikicio, Creative Director, dari merek lokal yang mengambil nama belakangnya sebagai label dari seluruh busana ciptaannya. Sosok pendiam, berambut panjang ini, membeberkan bahwa benang merah dari setiap desain miliknya adalah klasifikasi dari busana yang ingin ia kenakan. "Jika sang desainer tidak ingin mengenakan desainnya, maka desain itu tidak jujur," begitulah pendapatnya. “Each pieces of Nikicio are last through seasons. You do have leather jacket, maxi dresses, and printed floral blazer. So if trend gone, you can still wear it because its blazer.” Nina memang sangat prinsipil untuk urusan gaya berpakaian dan tentang impact tren yang bergulir. Sebagai contoh, ketika Cosmo menanyakan pendapatnya mengenai fenomena perbedaan fashion dan style. Ia berujar bahwa “fashion bisa diciptakan tetapi style tidak, karena style berhubungan dengan karakter seseorang.” Wanita yang juga menyukai travelling ini-dan memilih Raja Ampat sebagai salah satu dream place untuk dikunjungi, ternyata sangat tergila-gila dengan tren 90s. Khususnya era grunge milik Kurt Cobain. Ia juga menjabarkan karakter sexy menurut pandangannya. “Sexy is understated!” Dimana karakter tersebut timbul dari gaya perempuan itu sendiri. Cat power dan Margaux Lonnberg, adalah dua gambaran wanita sexy versi Nina. (Kiky Oetario/Image:doc.Cosmopolitan)