Hati-Hati! Ternyata Menyimpan Dendam Bisa Memengaruhi Kesehatan Kita!
Menyimpan kemarahan, sakit hati dan dendam tidak pernah merugikan orang lain, namun lebih banyak merugikan dirimu sendiri. Faktanya, satu-satunya orang yang akan dirugikan oleh perasaan negatif seperti itu adalah orang yang menyimpannya. Nah, jika terus dibiarkan, hal itu dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental secara keseluruhan.
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa menyimpan dendam dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan dan kesejahteraan kamu.
Mari kita simak bagaimana dendam ternyata ikut memengaruhi kondisi kesehatan kita:
1. Memengaruhi kesehatan tubuh
Salah satu efek negatif utama akibat menyimpan dendam yakni dapat memengaruhi kesehatan fisik. Hal ini dibuktikan dalam satu penelitian tahun 2009 yang diterbitkan di jurnal Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, menyimpan dendam telah dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan yang buruk seperti sakit maag, nyeri kronis, dan penyakit jantung.
Dari studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Princeton University, melaporkan bahwa emosi negatif yang intens, seperti kemarahan dan dendam, telah dikaitkan dengan peningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Sebaliknya, emosi positif yang lebih tinggi, seperti ketenangan dan ketentraman, dikaitkan dengan penurunan tekanan darah dan detak jantung yang lebih normal. Itu artinya, emosi negatif dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan, sementara emosi positif memberikan efek baik bagi kesehatan; menurunkan risiko penyakit tertentu.
2. Memengaruhi kesehatan mental
Menyimpan dendam atau terlalu memikirkan ucapan dan perbuatan menyakitkan dari orang lain juga diketahui dapat memengaruhi kesehatan mental. Sebuah tinjaun terbaru dalam Behaviour Research and Therapy, menemukan bahwa emosi negatif, seperti menahan amarah dan dendam, dapat memperburuk suasana hati dan membuatmu rentan terhadap kondisi kesehatan mental, seperti stres kronis, depresi, anxiety, gangguan stres pascatrauma (PTSD), perilaku agresif, dan gangguan panik.
3. Memengaruhi kesejahteraan emosional
Pada dasarnya, menyimpan dendam sangat tidak baik untuk dirimu sendiri. Ini akan menjeratmu dalam kemarahan panjang dan membuatmu sulit melangkah maju ke depan dan move on. Satu penelitian menunjukan bahwa terpaku pada emosi negatif, alih-alih menyelesaikannya, bisa sangat berbahaya dan dapat mengikis kesejahteraan emosional.
Studi tahun 2014 dalam jurnal Indian Journal of Psychological Medicine, menunjukkan bahwa menyimpan dendam dapat menghambat kemampuan dalam mengatasi atau menyelesaikan masalah, yang bisa membuatmu semakin terjebak di masa lalu dan sulit move on!
4. Menurunkan sistem kekebalan tubuh
Ternyata, menyimpan dendam berkepanjangan juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pasalnya, dendam dapat menyebabkan peningkatkan level stres yang bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh kamu. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Akan tetapi, memaafkan seseorang yang telah menyakitimu, itu dapat membantu menurunkan level stres dan memperkuat sistem kekebalan tubuh, menurut penelitian yang dilakukan peneliti dari University of Pennsylvania tahun 2017.
5. Memengaruhi kualitas tidur
Dari laman Medical News Today, menyimpan dendam dan tidak mau memaafkan bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kualitas tidur. Ini telah dikaitkan dengan penambahan berat badan, fluktuasi hormon, masalah suasana hati, masalah jantung, sistem kekebalan tubuh melemah, dan bahkan masalah kesuburan.
Faktanya, sebuah riset terbaru dalam jurnal Psychology & Health yang melibatkan 1.423 orang dewasa menyebutkan bahwa individu tidak mau memaafkan dan menyimpan dendam cenderung berlama-lama merenungkan dan memikirkan kemarahan dan kekesalan, yang dapat menurunkan kualitas tidur. Sebaliknya, individu yang lebih pemaaf cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih baik, dan, pada gilirannya, memiliki kesehatan fisik yang lebih baik serta merasa lebih puas dengan kehidupan.
Jadi, memaafkan bisa membantu melepaskan pikiran dan perasaan negatif yang membuatmu terjaga di malam hari. Dengan begitu, kamu bisa tidur lebih nyenyak dan akan merasa lebih baik keesokan harinya.
Lalu, bagaimana cara menghilangkan rasa dendam? Jika kamu kesulitan mengatasi kemarahan dan dendam yang berlarut-larut, berikut beberapa tips yang dapat kamu lakukan untuk menghilangkan dendam, antara lain:
1. Cobalah bermeditasi
Sebagaimana diketahui, banyak penelitian telah membuktikan bahwa latihan meditasi dapat memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi stres, mengelola kecemasan, dan meningkatkan kesehatan emosional. Semuanya dapat membantu kamu mengelola amarah sambil meningkatkan ketenangan dan memberikan relaksasi.
Diambil dari Psychcentral, bermeditasi yang teratur dapat membantu kamu mengelola beberapa emosi di balik rasa dendam, dan seiring waktu itu bisa membantu kamu menghilangkan rasa dendam dan amarah itu sendiri.
2. Berlatih memaafkan
Jika kamu ingin menghilangkan rasa dendam, ya berlatih untuk memaafkan orang yang sudah menyakitimu. Tentu saja, itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Memaafkan tidak berarti kamu harus melupakan dan menormalkan tindakan (buruk) orang lain. Tetapi, kamu hanya memilih melanjutkan hidup dan melepaskan rasa sakit hati dan masa lalu yang membuatmu marah, kesal, dan dendam.
Cobalah untuk embrace your emotion dan sadari bahwa kita tidak bisa mengatur tindakan dan ucapan orang lain. Menerima dengan hati lapang bahwa siapapun pasti pernah berbuat kesalahan, itu akan membuatmu lebih mudah memaafkan. Dan ingatlah, tidak ada yang bisa mengubah apa yang telah terjadi, so alangkah lebih baik jika bisa melepaskan rasa sakit itu dan move on!
Akan tetapi, melupakan dan memaafkan merupakan proses panjang yang membutuhkan waktu. Jadi, jika rasa sakit itu masih sering muncul, it’s okay babes! Jangan berhenti dan teruslah berlatih memaafkan orang yang sudah menyakitmu, ya!
3. Menulis jurnal
Menulis jurnal menjadi tips bagus lainnya yang bisa membantu kamu menghilangkan rasa dendam. Cobalah untuk menuliskan rasa marah, kesal, sedih, kecewa, dan sakit hati yang kamu rasakan dalam sebuah jurnal. “Ini adalah cara terbaik untuk mengeluarkan isi pikiran dan emosi negatif yang mengganggu,” kata psikolog Michael J. Breus, Ph.D.
Seiring waktu, menulis jurnal dapat membantumu menerima dan memproses pikiran dan emosi negatif, sehingga bisa meringankan beban pikiran dan kamu pun bisa mulai bergerak maju.
(Fariza Rahmadinna/GIO/Image: Doc. Photo by Liz Summer on Pexels, Photo by Polina Tankilevitch on Pexels, Photo by Olia Danilevich, Photo by Lil Artsy on Pexels)