Ternyata, Postur Tubuh dapat Gambarkan Kepribadianmu
Komunikasi non-verbal merupakan kunci terpenting untuk memahami apa saja pesan yang kamu terima dari pihak lain. Postur dan gestur tubuh sejatinya mampu memberikan pesan yang lebih luas ketimbang sekadar kata-kata. Bagaimana cara kita duduk, berdiri, berjabat tangan, semua ini merefleksikan pikiran serta emosi. Rasanya kita dapat mengukut kepribadian seseorang berdasarkan dari postur tubuh mereka – dan ini bukan sebuah penemuan baru. Coba saja kamu bayangkan, bentuk tubuh kamu pasti berubah, kan, di saat kamu sedang merasa stres?
Apa yang Ingin Dikomunikasikan oleh Postur Tubuhmu?
Postur tubuh menggambarkan apa yang sebenarnya ingin diekspresikan oleh diri kita sendiri. Kondisi mood memengaruhi bentuk otot, nyatanya suasana mood dapat dibagi menjadi ketidaknyamanan (di saat kamu memberikan jarak serta ‘memblokir’ emosimu ke orang lain), atau kenyamanan (ketika kamu memiliki keinginan untuk membagikan perasaan). Berdiri, atau pun duduk saat berbicara telah menunjukkan bahwa kamu itu fokus, tertarik, penuh perhatian terhadap apa yang sedang dikomunikasikan.
Di sisi lain, kalau kamu memperlihatkan postur bungkuk, menopang dagu, hal ini menunjukkan kalau kamu itu lelah, terganggu, tidak tertarik, atau bosan. Well, berikut beberapa penjelasan detail perihal postur tubuh kamu.
Penuh Percaya Diri: Posisi tubuh yang kuat ini membuat kamu merasa berdaya, namun tetap rileks. Peningkatan kadar testosteron, berkat posturmu, akan dengan cepat membuat kamu mengendalikan situasi dan meraih momen.
Kurang Percaya Diri: Kita semua memiliki hari-hari buruk dan sepenuhnya hal ini norma, ketika kita merasa down dan putus asa. Ketika kamu merasa seperti ini, tanganmu sering bergabung atau lengannya saling bersilangan. Perasaan sedih ini tercermin dalam postur tubuhmu dengan tubuh cenderung membungkuk ke bawah dan kepala menunduk. Mereka yang mengalami depresi cenderung memiliki bahu melengkung, sementara orang-orang dengan kecemasan sering duduk dengan lengan saling bersilangan. Mungkin lain kali ketika kamu merasa sedang down, coba berdiri tegak; hasilnya mungkin akan membuatmu terkejut.
Cemas atau Sedih: Ketika kamu cemas, bahu kamu biasanya tegang dan terangkat. Tanganmu sering bersilangan atau mencengkram sesuatu.
Rileks: Ketika kamu rileks, kamu cenderung menggerakkan tubuhmu lebih lambat dan dengan cara yang lebih tenang dari biasanya. Cara kamu menggerakkan jari, tangan, dan kepala juga lebih terkendali dan santai.
Marah: Meskipun ekspresi wajah seseorang yang marah sangat jelas, tubuh akan berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Kepala dan dada mereka akan condong ke depan dan tinjunya akan terkepal.
Duduk dan Berdiri vs. Membungkuk
Cara kamu duduk juga memengaruhi otakmu. Orang cenderung mengingat kenangan dan pengalaman negatif saat mereka duduk dengan postur membungkuk. Di sisi lain, ketika seseorang duduk dengan postur yang ideal, mereka merasa bahagia dan puas dan hanya memikirkan hal-hal baik. Ilmu di baliknya sangat sederhana. Ketika kamu duduk atau berdiri dengan postur yang ideal, paru-parumu mengembang dan mengambil lebih banyak oksigen, yang memungkinkan otak berfungsi lebih baik dan membantumu merasa tenang.
Membungkuk membuat tubuh masuk ke mode pertahanan diri, membuat kita merasa berada dalam bahaya. Hormon stres kortisol lebih rendah pada orang yang duduk dengan postur yang ideal dibandingkan dengan mereka yang membungkuk. Dengan duduk tegak, stres, depresi, kelelahan, kelelahan, kebosanan, dan tingkat kecemasan berkurang secara signifikan.
Bagaimana Cara Merefleksikan Positivitas Melalui Postur Tubuhmu?
Kamu hanya perlu niat yang benar untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Sejauh postur tubuhmu, yang perlu kamu lakukan adalah menjaga postur yang benar dan tetap rileks dengan tidak membungkuk. Condongkan tubuhmu ke depan dan pertahankan kontak mata ketika seseorang berbicara padamu untuk menunjukkan bahwa kamu mendengarkan dengan seksama dan tertarik dalam percakapan tersebut. Cobalah untuk tidak terganggu atau gelisah dengan tangan dan kaki kamu. Terakhir, mungkin bukan hanya tentang postur tubuhmu, tapi jangan lupa untuk tersenyum.
Inputs by Archana Singhal, Counselor and Family Therapist
(Artikel ini disadur dari cosmopolitan.in / Perubahan Bahasa telah dilakukan oleh penulis, Nadhifa Arundati / Image: Dok. Pexels by Karolina Grabowska, Cliff Booth)