Mengenal Tingkatan Brand Mewah! Siapa Paling Mahal?

Rayoga Akbar 20 Oct 2023

Pada awal tahun 2023 lalu sempat heboh mengenai kasus bullying di media sosial yang menimpa seorang remaja asal Singapura bernama Zoe Gabriel. Penyebabnya ketika Zoe mengunggah video TikTok ketika ia berbelanja tas mewah pertamanya di butik Charles & Keith. Sejumlah netizen memberikan komentar pedas bahwa Charles & Keith bukan termasuk ke dalam kategori luxury brand.

Zoe kemudian memberikan pembelaan bahwa ia bukanlah berasal dari keluarga kaya raya dan bahwa sang Ayah harus bekerja keras untuk membelikannya tas impiannya tersebut. 

Nilai kemewahan suatu barang memang relatif. Namun secara teori memang terdapat klasifikasi mengenainya. Adalah Erwan Rambourg, penulis dari buku The Bling Dynasty: Why the Reign of Chinese Luxury Shoppers Has Only Just Begun yang membuat piramida tingkatan setiap brand mewah pada tahun 2015 lalu. Harga barang menjadi pembeda utama. 

“Merek yang kita beli sebenarnya lebih penting ketimbang dari penghasilan yang kita dapatkan,” ujar Erwan seperti dikutip dari Business Insider.

Pernyataan tersebut tampaknya menggambarkan bahwa daya beli masyarakat terhadap barang mewah sama sekali tidak dipengaruhi akan penghasilan mereka.

Selain Rambourg, terdapat piramid pembagian brand lain yang meski nyaris sama namun memiliki pendekatan berbeda. Selain harga, kualitas dan kuantitas barang juga turut diperhitungkan. 

Masih adanya perbedaan suara dalam klasifikasi dan pembagian brand mewah, juga membuktikan bahwa luxury value dari sebuah barang mewah masih subjektif.

Cosmo mencoba merangkum dari berbagai sumber mengenai tingkatan brand mewah.


Mass Market

Sederhananya level ini menaungi label fast fashion seperti Uniqlo dan Zara. Kuantitas produk yang dijual masif dan harga sejumlah barang bisa kurang dari satu juta rupiah. 


Premium

Kuantitas barang yang dijual brand di level ini memang masif, namun dari segi harga lebih mahal dibanding mass market. Mereka juga biasanya menerapkan strategi pemasaran yang lebih eksklusif. Seperti mengikuti fashion week dan menggandeng selebriti sebagai brand ambassador. Coach, Michael Kors, Hugo Boss, dan Calvin Klein menjadi sejumlah contoh label yang berada di segmen ini.


Accessible Luxury

Eksklusivitas produk menjadi poin yang membedakan accessible luxury dengan level premium. Tentunya harga yang mereka pasang juga lebih mahal. Brand yang termasuk kategori ini antara lain, Max Mara, Stella McCartney, dan Chloé.


Aspirational

Louis Vuitton, Prada, Gucci, Dior, Valentino, dan Fendi menjadi sederet brand mewah yang tergabung di level ini. Dapat terlihat bahwa benang merah yang menyatukan mereka adalah sama-sama merupakan label historis. Memiliki sejarah panjang akan eksistensi, inovasi desain, dan kualitas craftsmanship yang mumpuni. 


Supreme

Merupakan tingkatan tertinggi. Melihat dari berbagai sumber, kebanyakan sepakat bahwa Hermès, Chanel, dan Delvaux menjadi jenama yang layak berada di level ini. Faktor yang paling membedakan ketiganya dengan mereka yang berada di level aspirasional adalah eksklusivitas produk. 

Kita semua tahu bahwa tak mudah untuk bisa mendapatkan sebuah tas ikonis Hermès Birkin dan Kelly. Konsumen perlu membuktikan loyalitas mereka untuk bisa membeli keduanya. Kini Hermès bahkan sudah menerapkan sistem kuota dan pembatasan lebih ketat dalam pembelian Birkin dan Kelly. Taktik serupa juga kabarnya mulai dilakukan Chanel dalam hal pembelian tas Classic Flap.