Slow Beauty Sebagai Pilihan Merawat Wajah dan Lingkungan
Merawat dan merias wajah merupakan hal lumrah yang dilakukan oleh siapa saja. Banyak jenama lokal yang bermunculan saat ini memberikan pilihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ragam pilihan mulai dari ingredients termutakhir hingga yang paling tradisional, dari harga yang fantastis hingga yang paling terjangkau. Sebagaimana negara tropis seperti Indonesia, bisa menjadi sampel ideal yang berpeluang untuk menjadikan jenama lokal menjadi market leader dalam bisnis beauty untuk Asia Tenggara. Terlihat dari banyaknya jenama lokal yang bermunculan menjadi pilihan dan terbukti memberikan antusiasme yang tinggi. Menurut data dari Compass Market Inside Dashboard, Shopee dan Tokopedia (official store dan non-official) kategori perawatan kecantikan periode Q1 2024 terdapat 52% jenama lokal memimpin pasar dengan total penjualan lebih dari 41 juta produk, mengalahkan produk global dengan total penjualan sebesar 33 juta produk.
Dengan capaian market yang begitu mulus dan menawan ini apakah setara dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan? Bagai pisau bermata dua, sesuatu yang menguntungkan tak lepas dari bahaya atau ancaman yang harus dibayar. Dampak lingkungan dari kemasan dan limbahnya seperti banyak yang diketahui, hal tersebut dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Lahir dari kecemasan tersebut maka mulailah jenama dan masyarakat yang berkesadaran membuat gerakan slow beauty yang diikuti oleh jenama-jenama global yang telah dulu mengutamakan persoalan ini. Mulanya gerakan ini dipelopori oleh Shel Pink, yang terinspirasi dari filosofi slow living, yaitu menekankan untuk hidup dengan penuh kesadaran dan tujuan dibandingkan dengan gaya hidup cepat yang didorong oleh konsumerisme.
Prinsip-prinsip yang diterapkan dengan gerakan ini mendorong perilaku masyarakat berkesadaran dan mengajak masyarakat lainnya menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kebalikan dengan industri kecantikan yang memiliki pace yang cepat mendorong produk dan tren dengan hasil yang instan, slow beauty berfokus pada kecantikan jangka panjang yang dicapai melalui perawatan alami dan penuh dengan kesadaran. Perawatan alami dalam slow beauty ini menekankan pada penggunaan produk yang bersumber secara etis, ramah lingkungan, tidak melewati pengujian pada hewan, dan mengurangi bahan-bahan kimiawi yang bersifat artificial. Kecantikan yang diraih dari luar dan dalam juga merupakan salah satu prinsip dari slow beauty, pendekatan ini menekankan bahwa kecantikan itu berasal dari dalam, dengan fokus pada praktik kesehatan seperti olahraga, makanan bernutrisi, meditasi, dan perilaku lain yang meningkatkan kesejahteraan dan kecantikan dari dalam diri. Gerakan ini juga mendorong penggunaan produk yang lebih sedikit namun berkualitas, memberikan manfaat jangka panjang, daripada mengikuti tren atau solusi kecantikan instan. Alih-alih rutinitas yang terburu-buru, gerakan ini mempromosikan ritual kecantikan yang bermakna, personal, dan dirancang untuk menciptakan rasa tenang dan relaksasi.
Gerakan ini merupakan sebuah upaya dari pergeseran budaya yang lebih besar menuju keberlanjutan dan perawatan diri, dengan menyelaraskan kecantikan dengan kesadaran, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Pendekatan minimalis yang ditawarkan dalam gerakan ini juga diharapkan dapat berfokus pada solusi alami dan holistik untuk kesehatan kulit. Beberapa produk global yang menganut gerakan slow beauty juga sudah beragam, mulai dari SpaRitual, Tata Harper, Kjaer Weis, RMS Beauty, Lush, Ilia Beauty dan lainnya. Beberapa juga datang dari Indonesia, yaitu Sensatia Botanicals, Javara, Utama Spice, Moin dan lainnya. Sepertinya sekarang gerakan ini mengajak kita semua untuk do less is more from inside and outside beautiness! \