Mengenal Piringan Hitam Lebih Dalam

Redaksi 2 14 Oct 2024

Saat ini rilisan fisik memang sedang digandrungi oleh anak-anak muda, piringan hitam merupakan salah satu rilisan analog atau format media penyimpanan suara berbentuk cakram yang terbuat dari plastik vinyl. Piringan ini digunakan untuk memutar musik atau rekaman audio menggunakan gramofon atau pemutar piringan hitam (turntable). Vinyl menjadi sangat populer pada abad ke-20 dan merupakan salah satu format utama untuk menikmati musik sebelum berkembangnya kaset, CD, dan format digital. Kembalinya menjadi salah satu rilisan yang populer saat ini di kalangan penggemar musik dan kolektor karena dianggap dapat memberikan suara yang lebih autentik dibandingkan dengan format digital.

Tak sedikit musisi merilis album mereka dalam format piringan hitam sebagai barang koleksi karena tak hanya berfungsi sebagai media pemutaran musik, tetapi juga sering dianggap sebagai karya seni, dengan sampul album yang besar dan visual menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Memilih piringan hitam atau biasa disebut vinyl di pasar barang antik atau pelelangan bisa menjadi pengalaman yang seru. Mulailah dari mengetahui dan menentukan genre musik apa yang diminati, atau bisa dimulai dari musik atau lagu apa yang sering didengar.

Setelah mengetahui hal itu, carilah informasi mengenai lagu tersebut, apakah lagu tersebut merupakan salah satu lagu dari album atau sebuah single (satu rilisan rekaman lagu dengan jumlah trek yang lebih sedikit dari album). Mengulik musik bisa dimulai lewat artis pertama yang digemari, dengan mencari tahu influence musik mereka, kolaborasi yang mereka lakukan, dan keterkaitan artis tersebut pada musisi lain atau genre musik lain. Biasanya saat sedang mencari informasi ini, kamu akan bertemu dengan musik atau musisi baru yang ternyata relate dengan seleramu atau jadi makin mengetahui tentang sejarah musik itu sendiri. 

Kelebihan dari mengoleksi piringan hitam dirasa membuat para kolektor hingga kini masih tertarik, meskipun teknologi media musik telah berkembang pesat. Banyak penggemar musik menganggap bahwa piringan hitam menghasilkan suara yang lebih alami dibandingkan dengan format digital seperti MP3 atau CD. Hal ini disebabkan oleh proses rekaman analog pada vinyl yang dapat menangkap detail dan nuansa suara yang lebih baik. Alur fisik pada piringan hitam secara langsung merekam getaran suara, sehingga suara yang dihasilkan sering kali terasa lebih ‘hidup’ dan dinamis.

Mendengarkan piringan hitam membutuhkan lebih banyak perhatian dan ritual, seperti mempersiapkan pemutar (turntable), membersihkan piringan, serta membalik sisi piringan hitam setelah satu sisi selesai diputar. Hal ini membuat proses mendengarkan musik lebih fokus dan penuh kesadaran. Hal ini jelas terasa kontras jika dibandingkan dengan musik digital, yang sering kali dapat dilakukan dengan latar belakang atau tanpa perhatian penuh. Pada sampul dari piringan hitam yang memiliki format ukuran lebih besar dibanding dengan CD atau format digital, membuat ruang yang lebih luas bagi para musisi untuk menumpahkan karya seni visual yang leluasa. Koleksi piringan hitam sering kali memiliki desain yang bernilai estetika yang menarik, menjadikannya tidak hanya sebagai media musik tetapi juga barang koleksi yang bernilai. Piringan hitam, terutama edisi pertama atau rilisan terbatas, sering kali memiliki nilai koleksi yang tinggi.

Piringan hitam dari artis terkenal dapat meningkat nilainya seiring waktu, menjadikannya investasi yang menguntungkan bagi para kolektor. Vinyl langka atau yang sudah tidak dicetak lagi bisa menjadi sangat berharga di pasar barang antik atau lelang. Musik dalam format piringan hitam ini tidak mengalami kompresi digital, yang berarti tidak ada data suara yang ‘hilang’ dalam proses kompresi, seperti yang terjadi dalam format MP3. Piringan hitam menyimpan suara secara analog, memungkinkan seluruh spektrum frekuensi suara asli direkam dan diputar kembali. Banyak audiophile (pecinta audio berkualitas tinggi) percaya bahwa musik dalam vinyl memberikan kedalaman suara dan kekayaan detail yang lebih baik dibandingkan dengan file digital terkompresi. Piringan hitam juga mendorong pendengar untuk menikmati seluruh album dalam satu karya daripada hanya mendengarkan lagu-lagu tertentu secara acak. Piringan hitam sendiri dikenal dalam ukuran 12 inci biasanya digunakan untuk album dengan durasi 20-30 menit dalam satu sisi, 7 inci digunakan untuk single atau lagu tunggal dengan durasi 5-7 menit satu sisi, dan 10 inci dengan durasi 12-15 menit per sisi.

Piringan hitam 10 inci ini umumnya digunakan untuk extended play, namun saat ini untuk vinyl berukuran 10 inci sudah tidak populer lagi. Kecepatan putar piringan hitam untuk LP Long Playing album biasanya pada ​​33⅓ RPM, untuk single atau EP (extended play) biasanya pada 45 RPM, dan format lama yang digunakan pada piringan hitam di awal abad ke-20 yaitu 78 RPM. Piringan hitam menawarkan lebih dari sekadar cara mendengarkan musik namun sekaligus pengalaman yang mendalam, berkesadaran, dan estetis. Kelebihan-kelebihan ini membuat piringan hitam tetap populer di kalangan kolektor, audiophile, dan pecinta musik, meskipun bersaing dengan format media yang lebih modern dan praktis