Apakah Tata Ruang Dapat Memengaruhi Perilaku Seseorang?
Interior dan tata ruang ternyata memiliki hubungan yang saling mendukung pada perilaku manusia, hal ini menjadi topik yang selalu menjadi perhatian bagi para desainer, arsitek, dan psikolog. Interior merupakan lingkungan terdekat di sekitar kita yaitu, tempat di mana kita tidur, beraktivitas, bekerja, dan lainnya, tanpa disadari memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana kita merasa, dan berperilaku. Ada beberapa studi yang meneliti hubungan antara desain interior dan perilaku menunjukkan bahwa elemen-elemen seperti warna, pencahayaan, tata letak, dan material dalam ruang dapat memengaruhi suasana hati, produktivitas, serta perilaku sosial.
Warna
Penggunaan warna pada interior dapat memengaruhi emosi dan perilaku ini didukung oleh studi di tahun 2007 di mana penelitian ini mengamati bagaimana warna dinding kantor memengaruhi produktivitas dan suasana hati karyawan. Hasil menunjukkan bahwa orang-orang bekerja di ruangan dengan warna-warna netral atau pastel muda, memiliki kecenderungan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bekerja diruang dengan warna-warna cerah seperti merah dan kuning. Penggunaan warna merah dan kuning dalam interior bisa menciptakan ruang yang penuh energi, semangat, dan keceriaan, tapi jika warna-warna ini digunakan untuk aksentuasi pada elemen-elemen kecil, seperti teko, serbet, sarung bantal, dan lain-lain.
Pencahayaan
Pada tahun 1999, Heschong Mahone membuat penelitian yang menemukan bahwa siswa yang belajar di kelas dengan jendela besar dengan membiarkan direct sunlight masuk ke dalam ruangan secara alami mendapatkan nilai akademis lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar di ruang kelas dengan pencahayaan buatan yang berlebihan. Hal ini juga didukung oleh penelitian lainnya di tahun 2003, terhadap eksplorasi hubungan antara pencahayaan alami di kantor dan produktivitas. Karyawan yang bekerja di ruangan dengan banyak cahaya alami dilaporkan memiliki suasana hati yang lebih baik, merasa lebih sehat, dan lebih produktif. Selain itu, eksposur terhadap cahaya alami membantu mengatur ritme sirkadian– siklus biologis yang berulang setiap 24 jam, ritme ini sering disebut sebagai ‘jam biologis’ dan dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama cahaya dan gelap– yang dapat meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan mental.
Tata Ruang
Selaras dengan interaksi sosial yang terjadi, studi tata ruang menjadi jawaban bagi seseorang untuk mendukung perilaku yang diinginkan. Seperti studi yang dilakukan oleh Oldham dan Brass pada tahun 1979, Studi ini mengeksplorasi bagaimana tata ruang kantor memengaruhi komunikasi dan kepuasan kerja. Kantor dengan desain ruang terbuka, meskipun meningkatkan kolaborasi bagi satu sama lain, juga dapat meningkatkan gangguan dan menurunkan privasi. Namun, tata letak semi-terbuka, di mana ada pembatas tetapi tetap memberikan visibilitas antar karyawan, dan optimal untuk meningkatkan keseimbangan antara kolaborasi dan privasi. Dalam lingkungan kerja, tata letak terbuka cenderung mendorong kolaborasi, sementara ruang-ruang kecil dan tertutup mendukung pekerjaan individu yang lebih tenang dan fokus.
Material dan Tekstur
Konsep biophilic design yang menggabungkan elemen alam ke dalam ruang interior, terbukti mengurangi stres, meningkatkan produktivitas, serta membantu kesejahteraan fisik dan mental dalam ruang kerja dan ruang tinggal. Hal ini merupakan sebuah hasil dari penelitian pada tahun 1993 oleh Kellert dan Wilson. Ruang-ruang yang mengintegrasikan elemen-elemen ini, seperti panel kayu atau tanaman indoor, menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan meningkatkan kesejahteraan mental bagi penghuni. Penggunaan kain lembut seperti linen juga biasanya bisa memberikan rasa nyaman dan hangat, memengaruhi seseorang di dalamnya untuk lebih rileks dan tenang. Ada Pula material seperti logam atau kaca yang memberikan kesan modern, dingin, dan efisien, sering dipakai untuk ruang-ruang profesional atau komersial yang mempromosikan perilaku kerja keras dan produktif.
Ergonomi
Kerap kali menjadi studi khusus, karena ergonomi pada ruang atau produk dapat membantu dan mendukung postur tubuh yang lebih baik, dan mengurangi ketegangan fisik, yang pada akhirnya hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan produktivitas. Prinsip ergonomi sendiri merupakan pertimbangan bagaimana interior, membantu mencegah ketidaknyamanan fisik, cedera, dan kelelahan saat melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, kantor, maupun di ruang publik. Desain ergonomis ini melibatkan pemilihan furnitur yang tepat, pencahayaan yang baik, serta pengaturan ruang yang mendukung postur tubuh yang baik, mobilitas, dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi, ruang interior dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan dan kesejahteraan penggunanya.
Bisa disimpulkan bahwa interior bukan hanya soal estetika, tetapi juga bagaimana ruang tersebut memengaruhi perilaku, produktivitas, kesejahteraan, dan interaksi sosial seseorang. Desain interior yang tepat bahkan dapat meningkatkan kualitas hidup, menciptakan lingkungan yang lebih sehat, dan mendukung perilaku yang diinginkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.