Exclusive Interview: Para Pemain “Rangga & Cinta”, Kisah Cinta Klasik dari Gen Z
Ah.. a classic High School love story. Romansa yang sejatinya akan selalu membekas di memori setiap orang.
Hubungan yang disebut-sebut sebagai cinta monyet ini terkadang malah menjadi hubungan yang kita bawa sampai dewasa. Seperti karakter Rangga dan Cinta di film Ada Apa Dengan Cinta? ini berhasil membuat kami—dari beberapa generasi, gagal berpaling hati dari mereka.
Speaking of generations, nyatanya kehadiran Rangga dan Cinta tak berhenti sampai di situ saja, Cosmo pun yang kini berstatus sebagai generasi Z nyatanya mendapatkan kesempatan untuk menikmati film rebirth dari Ada Apa Dengan Cinta?, tentunya dengan balutan musikal nan indah. Yup, Cosmo baru saja berbicara tentang film Rangga & Cinta. Film yang disutradarai oleh Riri Riza ini kembali memberikan kesegaran baru, dan tentunya dengan para pemain yang baru pula. Menjadi sebuah hak istimewa bagi Cosmo untuk mampu berbincang langsung bersama para pemeran, El Putra Sarira (Rangga), Harleyava Princy (Cinta), Jasmine Nadya (Alya), Katyana Mawira (Milly), Kyandra Sembel (Maura), Daniella Tumiwa (Karmen), Rafly Altama (Mamet), dan Rafi Sudirman (Borne).

Studio pemotretan layaknya disulap menjadi sebuah tempat berkumpulnya anak SMA. Sungguh hangat namun menyenangkan. We can feel the real chemistry. Di balik keriangan yang mereka bawa kepada Cosmo, ada pula perspektif menarik dari setiap pemeran—tentang bekal apa yang mereka persiapkan selama masuk ke dalam dunia film Rangga & Cinta.

Membawa kembali karakter ikonis itu tricky. Apa tantangan terbesarmu dalam menjaga relevansi karakter, tapi tetap setia pada “versi lama”-nya?
El: Sudah pasti akan selalu ada tantangan baru ketika saya memerankan karakter Rangga. Sejatinya, saya tak pernah membayangkan saya berada di titik ini—menjadi seorang aktor. Seperti yang kita ketahui, karakter Rangga gemar membaca buku puisi Aku karya Chairil Anwar, secara otomatis, saya perlu menyelami kebiasaan serta hobi yang dijalani oleh Rangga. Tetapi kalau menyinggung tentang kesamaan, saya sendiri merupakan tipikal seseorang penyendiri dan tak begitu suka keramaian, jadi saya dapat memahami perasaan karakter Rangga dalam beberapa momen tertentu.
Leya: Berhubung film Rangga & Cinta merupakan film bergenre musikal, ada beberapa bagian di mana kita harus bernyanyi secara live saat rolling. Bagi saya, ini menjadi tantangan secara personal. Tetapi ketika berbicara soal bagaimana saya menjadi sosok Cinta, tentu saya harus tahu dahulu, apa yang selama ini dirasakan oleh Cinta terhadap dirinya, teman, dan juga Rangga. Ini menjadi salah satu tantangan bagi saya untuk bisa masuk ke dalam sosok Cinta.

Jasmine: Tantangan pasti selalu ada, proses pendalaman karakter menjadi Alya salah satunya. Alya menjadi sosok yang kompleks, di mana ia merupakan anak yang menjadi korban dari abusive parents, tentu menjadi sebuah proses yang tricky. Tetapi untungnya, kami selalu dibimbing oleh Mas Riri. Diberikan pelatihan secara matang agar kami dapat masuk ke dalam karakter yang diperankan
Katyana: Ah! Menjadi Milly itu jadi hal yang menantang saya. Karena pasti bayangan setiap orang, Milly itu adalah sosok dari Sissy Prescillia. Di situ saya ditantang untuk bisa menjadi sosok Milly yang baru—tetap dengan karakternya yang polos dan selalu “ketinggalan” momen berpikir, namun versi Katyana. Untungnya, saya sempat bertemu dengan Kakak Sissy langsung untuk mendiskusikan tentang karakter Milly.
Rafly: Saya rasa karakter Mamet itu unik. Ia merupakan sosok yang terlihat seperti kutu buku, tetapi juga gemar bergaul. Ini memberikan saya perspektif baru tentang suatu karakter. Movement dari karakter Mamet yang sejatinya saya pahami lebih dahulu selama proses pendalaman. Hal ini membuat saya selalu semangat untuk memberikan versi Mamet yang terbaik.
Kyandra: Ada banyak kesamaan antara saya dan Maura—kami berdua sama-sama punya personality girling dan outspoken. Selama proses ini kami memang direkomendasikan untuk tidak menyaksikan film Ada Apa Dengan Cinta? yang sebelumnya, dengan tujuan agar kami bisa menghidupkan dengan cara kami.
Rafi: Hmm… Karakter Borne dengan Rafi Sudirman itu sangat jauh berbeda. Saya dulu tipikal murid yang selalu bermain aman. Berbeda dengan Borne yang menjadi ketua “gang” dan populer di sekolah. Salah satu menjadi momen di mana saya bisa masuk ke dalam karakter Borne adalah ketika saya harus bisa berbicara dan berpenampilan seperti Borne.
Daniella: Mas Riri selalu memberikan kita kebebasan dalam mengeksplorasi karakter yang diperankan. Saya merasa begitu relate dengan sisi sporty dari karakter Karmen. Mempelajari olahraga basket demi mendalami karakter Karmen menjadi momen yang begitu menyenangkan. Karmen tipikal seseorang yang selalu berani membela teman, and that’s so me. Seperti ada kelekatan antara saya dengan karakter Karmen sejak awal.
Menurut kamu, apakah konsep “jatuh cinta” melalui puisi ala Rangga dan Cinta relevan dengan kehidupan personal di era saat ini?
El: Saat ini banyak wadah untuk mengekspresikan emosi salah satunya rasa cinta—bukan berarti kita menyampingkan puisi sebagai suatu ekspresi, tetapi dengan adanya keberagaman, rasanya setiap orang akan selalu punya caranya sendiri untuk menentukan konsep “jatuh cinta”.
Leya: Saya rasa sudah tak begitu banyak di usia remaja bahwa menyatakan atau jatuh cinta melalui sastra—apalagi kini sudah banyak medium untuk bisa mengutarakannya.
Jasmine: Konsep cinta seperti ini adalah konsep paling murni. Tidak ada intervensi dari pihak lain, rasanya begitu natural.

Kyandra: Tetapi kalau kita kaitkan dengan konsep enemies to lovers ala Cinta dan Rangga, saya rasa ini masih relevan, and it’s cute. Serta tak menutup kemungkinan bahwa masih ada saja remaja yang mengutarakannya dengan memberikan puisi, the rareness is still out there.
Daniella: Yes, the poem is still alive. Kehidupan masa SMA itu mengedepankan masa-masa remaja yang menyenangkan, dan semua itu akan diberikan secara nyata oleh film Rangga dan Cinta.
Rafi: Relevan jika masih ada sosok pria seperti Rangga di dunia ini, hahaha! Tetapi selain konsep jatuh cinta, saya rasa pencarian jati diri dari setiap karakter di film Rangga dan Cinta itu umum terjadi di usia remaja.

Rafly: Puisi akan selalu menjadi seni yang hidup. Mau sampai tahun berapapun, puisi akan selalu ada, tetapi mungkin dikemasnya akan dengan cara berbeda. Akan selalu sangat relevan—ibarat kita ingin mengutarakan perasaan dengan puisi di era saat ini, saya rasa masih banyak perempuan yang merasa luluh jika diutarakannya dengan sepenuh hati. Menikmati puisi masih menjadi hal umum yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar saya.
Katyana: Saya pikir dengan kembali hadirnya karakter Rangga mampu menginspirasi banyak pria di luar sana untuk kembali menghidupkan puisi dalam menyatakan rasa cinta mereka.
Kalau kamu bisa memberikan satu “surat” untuk dirimu sendiri di usia SMA, apa yang akan kamu tulis?
El: Anda seharusnya bisa lebih percaya diri terhadap kemampuan yang Anda miliki. Jangan terlalu bergantung terhadap orang lain, you do you!
Leya: Ada banyak sekali pandangan baru yang saya dapatkan ketika SMA, maka saya ingin memberikan surat cinta kepada diri saya… untuk menghargai waktu bersama teman-teman Anda di masa sekolah.
Jasmine: Saya akan berikan surat cinta kepada diri saya sendiri, untuk lebih fokus saya kepada diri sendiri dan akademik, lebih baik urusan percintaan jangan dijadikan prioritas.
Kyandra: Saya mengikuti program akselerasi sewaktu SMA, jadi saya merasa mendapatkan momen kisah anak SMA justru setelah bergabung dengan proyek film ini. I wish I could be more outgoing, back when I’m in High School.

Rafi: Apa pun yang dilakukan di waktu SMA, pasti akan ada hasilnya. Intinya, usaha yang saya lakukan di waktu SMA itu tak akan sia-sia, kok. Ini pesan yang ingin saya sampaikan ke diri saya sendiri masa dulu.
Daniella: Dear myself, please, spend more time with your parents, serta mulai-lah menabung sejak SMA!
Rafly: Rafly, seharusnya Anda menjadi sosok yang lebih tenang saja di SMA. Prioritaskan diri Anda sendiri, karena menjadi people pleaser malah akan menyulitkan kehidupan Anda sendiri.
Katyana: Karena saya masih menjadi murid SMA, well, saya berharap masa SMA saya punya keseruan yang sama seperti di film Rangga & Cinta, hahaha! Tentunya dengan verisi diri saya yang lebih baik lagi.

Film Ada Apa Dengan Cinta? versi pertama jelas menjadi film cinta yang legendaris di Indonesia dan sepanjang masa. Apa yang kalian persiapkan untuk menghadapi reaksi dari para penonton yang mungkin punya ekspektasi tinggi untuk film ini?
El: Mempersiapkan diri saya sendiri itu penting untuk menghadapi ekspektasi banyak orang. Satu hal yang selalu saya tekankan yakni saya harus selalu ingat bagaimana proses film Rangga dan Cinta ini terjadi. Semoga para penonton bisa merasakan usaha yang sudah kami berikan.
Leya: Saya selalu berdoa bahwa karakter yang kami bawa ini mampu memberikan warna baru bagi kehidupan mereka. Sebagai karakter Cinta, ini memang bukan hal yang mudah, tetapi saya selalu percaya dengan kerja keras dari tim film Rangga & Cinta.
Jasmine: Persiapan mental bagi saya itu perlu. Tetapi di samping itu semua, kami melakukannya dengan enjoy, jadi saya rasa audiens akan merasakannya juga.
Rafly: Sebelum saya masuk ke proses shooting, saya sudah mempersiapkan hal ini. Karakter Mamet memiliki pengaruh besar terhadap film. Saya melakukannya dengan tulus, meski saya menyadari saya tak akan bisa menjadi Mamet versi sebelumnya. Kalau memang akan ada ekspektasi dari orang lain, biarkan mereka memiliki opininya sendiri, yang terpenting, saya sudah memerankan dengan baik.

Kyandra: I think everyone can have their own opinion. But I hope people can still love the new version that comes from us.
Rafi: Secara eksternal, saya tak memiliki ekspektasi. Tentu hal terpenting adalah saya harus tetap humble, karena dari film ini, saya belajar banyak hal, bertemu dengan orang baru. Maka jika memang ada kritik, jika memang itu dapat membangun, maka akan saya resapi.
Katyana: Film Ada Apa Dengan Cinta? sudah menjadi film favorit saya, dan saya paham bahwa film Rangga & Cinta ini tak bisa menggantikan versi originalnya, tetapi apa yang para pemain berikan dapat memberikan refreshment baru. Saya berharap kalian semua yang menyaksikannya dapat menyukainya, ya!
Daniella: We did our best. Supaya saya tidak overthinking terhadap apa yang sudah saya lakukan, saya rasa ketika ada komentar negatif yang hadir, I guess the less we know, the better.

Photographer: Hadi Cahyono
Stylist: Dheniel Algamar
Text: Nadhifa Arundati
Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang
Assistant Stylist: Elizabeth Alicia Terisno, Devita Aulia Putri
Editorial Team: Ellena Azisia Dianny Putri
Makeup: Rizki Ardiansyah, Kimberley Acha, Ranggi Pratiwi
Hair: Dea Felicia, Juniati Nainggolan, Rizki Ardiansyah
Wardrobe: Levi’s, Calvin Klein, Rinda Salmun, TANGAN, H&M, Stradivarius, Bershka, Converse, Birkenstock, Steve Madden.
Accessories: The Accent Studio, ISSHU, Found Object Market.