Koleksi “Napas”, Langkah Baru Wilsen Willim di Dunia Mode
Pesta pernikahan, acara fashion, pementasan teater, upacara kenegaraan, hingga red carpet, busana rancangan Wilsen Willim, terutama beskap, hadir di berbagai kesempatan. Pemakainya pun beragam, lintas gender dan generasi. Baik perempuan maupun pria sama-sama tampak elegan dalam rancangannya.
Gaya klasik yang diusung Wilsen juga terasa inklusif. Millennial dan Gen Z dapat bereksplorasi dengan nuansa timeless karyanya lewat padanan modern seperti sneakers atau apron, sementara generasi di atasnya bisa memperbarui tampilan klasik tanpa terkesan berlebihan.
Bagi seorang desainer, melihat karyanya diterima luas tentu merupakan pencapaian besar. Namun ambisi dari desainer yang identik dengan kincir angin ini belumlah usai. Hari terakhir perhelatan Plaza Indonesia Fashion Week (5 Oktober 2025) menjadi tonggak baru perjalanan kreatifnya.
“Napas” Debut Demi Couture Wilsen Willim
Melalui ajang tersebut, Wilsen resmi memperkenalkan koleksi demi couture perdananya. Baginya, langkah ini bukan sekadar ekspansi, melainkan bentuk pembuktian terhadap determinasi dan evolusi pribadinya sebagai desainer.
“Mungkin ini bentuk ambisi saya sebagai desainer untuk terus menantang diri sendiri. Setelah sepuluh tahun, akhirnya saya bisa membangun tim yang mampu mewujudkan apa yang ada di kepala saya. Perlahan, semoga ini menjadi langkah evolusi menuju jati diri Wilsen Willim yang sesungguhnya,” ujarnya kepada Cosmo.
Eksplorasi Detail
Wilsen Willim menamai koleksi ini sebagai “Napas” yang secara tersirat juga mendeskripsikan akan pertanda dari awal babak baru dari perjalanannya sebagai seorang desainer. Koleksi berfokus pada kreasi tailoring. Jaket hadir dalam berbagai potongan, dari yang klasik, feminin, hingga edgy serta kaya akan detail seperti bordir dan embellishment.
Material juga turut menjadi elemen yang dieksplorasi seperti tulle, organza sutera, katun, serta penggunaan bahan sutra dan katun untuk kain batik. Berbicara kain batik, pada koleksi ini Wilsen Willim juga membuat secara spesifik corak batiknya yang menggabungkan budaya peranakan dan motif kincir angin.
Selain permainan siluet dan material, Wilsen juga memperkaya koleksi “Napas” lewat kolaborasi dengan sejumlah kreator lokal. Ia menggandeng Subeng Klasik untuk menghadirkan aksesori berbentuk kincir angin—simbol khas yang selama ini melekat pada identitas desainnya. Setiap aksesori dibuat secara eksklusif dan akan dirilis dalam jumlah terbatas, menambah sentuhan personal sekaligus artistik pada keseluruhan tampilan.
Tak hanya itu, topi rajut berpotongan unik dari Pale Object turut melengkapi narasi visual koleksi ini. Sentuhan tangan pengrajin dan bentuknya yang tak biasa memberikan dimensi baru pada busana-busana Wilsen, mempertegas karakter koleksi demi couture yang ingin menyeimbangkan antara tradisi dan eksperimen kontemporer.
Salah satu ciri dari busana couture terletak pada proses pengerjaan yang rumit. Wilsen mendaulat busana yang dipakai model Ayu Gani di runway menjadi yang paling sulit pengerjaannya.
“Kami membuat motif bunga dandelion yang mengikuti arah angin, dengan kelopak yang tersebar lembut. Seluruh tangkai dan bunga dihiasi dengan beads pasir yang dipasang satu per satu, jadi pengerjaannya benar-benar memakan waktu karena tidak bisa dilakukan asal tempel.” ceritanya. Wilsen juga menjelaskan bahwa proses pengerjaan busana tersebut memakan waktu hingga 9 hari.
Meski Wilsen berfokus pada kreasi bergaya peranakan dan kontemporer, namun tiap busana tetap mudah diadaptasi sesuai preferensi. Semisal jaket berlapis tulle dapat menjadi padanan yang tepat untuk tampilan sartorial yang boyish bersama celana lebar hitam. Lalu kemeja putih aksen cut out tetap terlihat chic sekalipun dikenakan dengan celana jeans.
Melalui koleksi demi couture ini, Wilsen Willim menarasikan babak baru perjalanannya lewat busana yang indah, elegan, dan personal. Namun di balik keindahan itu, terselip sensibilitasnya terhadap para pemakai kreasinya.
Lewat koleksi “Napas”, menawarkan ruang bagi setiap orang untuk mengekspresikan diri dengan caranya sendiri. Karena pada akhirnya, setiap rancangan hanya akan hidup sepenuhnya ketika kamu yang memakainya memberi napas dan kisah baru padanya.