Sosok Pria Misterius, Apakah Masih Relevan di Mata Gen Z?
Girls, tak perlu sungkan, akui saja kalau kita semua pernah terpikat pada sosok pria misterius. Bicara seperlunya, matanya dalam tapi sulit dibaca, dan selalu meninggalkan tanda tanya setelah percakapan berakhir. Ada sensasi yang sulit dijelaskan dari seseorang yang tak sepenuhnya terbuka—seolah setiap diamnya adalah teka-teki yang ingin kamu pecahkan.
Tapi pertanyaannya sekarang: di era di mana Gen Z tumbuh dengan budaya oversharing, self-awareness, dan emotional transparency, apakah sosok pria misterius itu masih dianggap menarik? Atau justru sudah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan?
Romantisisasi “Pria Misterius” dalam Pop Culture
Budaya populer—film, musik, novel—punya peran besar dalam membentuk cara kita memandang cinta dan karakter ideal seorang pasangan. Di Indonesia, banyak dari kita tumbuh bersama kisah cinta Ada Apa Dengan Cinta? (2002), di mana Rangga (Nicholas Saputra) menjadi simbol cinta yang tidak banyak bicara, tapi punya kedalaman emosional yang memikat. Ia pendiam, sedikit sinis, tapi juga puitis dan “berbeda.” Sosok yang tidak mudah diakses, namun justru karena itulah menarik untuk didekati.
Sosok yang “tidak banyak bicara” sering diterjemahkan sebagai “penuh misteri,” dan misteri dianggap seksi. Sosok seperti Rangga membuat banyak orang percaya bahwa cinta sejati bisa muncul dari keheningan dan jarak emosional—selama kamu cukup sabar untuk menunggu dia terbuka.
Seperti Mr. Darcy dari Pride and Prejudice—dingin, tertutup, tapi ternyata penyayang. Ada Edward Cullen dari Twilight—penuh rahasia, tapi protektif. Atau karakter Ryan Gosling di film Drive—karakter laki-laki yang jarang bicara tapi penuh intensitas. Bahkan Batman dan James Bond pun menanamkan ide bahwa coolness dan misterius adalah bentuk maskulinitas ideal.
Dalam konteks pop culture, pria misterius bukan sekadar karakter. Ia adalah fantasi romantis yang memberi ruang bagi imajinasi perempuan: kalau kamu cukup sabar dan tulus, kamu akan jadi orang pertama yang dia percayai.
Tapi Dunia Berubah, dan Begitu Juga Pandangan Gen Z
Masuk ke era Gen Z, narasi itu mulai bergeser. Generasi ini tumbuh di dunia yang sangat terbuka—di mana emosi dibicarakan di media sosial, mental health bukan tabu, dan boundaries jadi bagian penting dalam hubungan.
Dalam riset dari ZipDo Relationship Statistics 2025, sekitar 65% Gen Z menganggap kemampuan mengekspresikan emosi secara terbuka adalah hal paling penting dalam hubungan. Sementara 54% lainnya mengutamakan kejujuran dan komunikasi langsung. Dengan kata lain, generasi ini tidak ingin “menebak-nebak” seseorang—mereka ingin tahu di mana posisi mereka.
Dalam dunia yang cepat dan transparan, “misterius” bisa dengan mudah disalahartikan sebagai “dingin,” “tidak tertarik,” atau bahkan “emosionalnya tidak tersedia.” Misteri yang dulu dianggap seksi kini bisa jadi red flag bagi mereka yang menghargai clarity di atas chemistry.
Dari Misterius ke Emotionally Available
Perubahan ini juga tercermin di layar. Karakter pria ideal di era sekarang mulai bergeser dari “pendiam penuh rahasia” menjadi sosok yang empatik, jujur, dan terbuka.
Lihat saja Conrad Fisher di The Summer I Turned Pretty—masih ada sisi misterius, tapi dia rapuh dan jujur soal emosinya. Atau Otis Milburn dari Sex Education—canggung, komunikatif, dan memahami pentingnya mendengar. Bahkan di film Barbie (2023), Ken justru menjadi simbol laki-laki yang sedang belajar mengenali identitasnya sendiri tanpa harus “menyembunyikan” perasaan di balik topeng keren.
Pop culture kini merayakan vulnerability—dan itu adalah hal yang dulunya tidak diasosiasikan dengan sosok pria ideal.
Sedikit Misteri Masih Boleh, Tapi Jangan Jadi Tembok
Bukan berarti semua misteri harus hilang. Masih banyak yang menganggap sedikit mystery itu menarik—selama bukan cara untuk menghindar dari kedekatan emosional. Dalam hubungan yang sehat, misteri seharusnya muncul dari rasa ingin tahu yang alami, bukan kebingungan karena komunikasi yang tertutup.
Misteri bisa tetap ada dalam bentuk depth—bukan distance. Beda antara seseorang yang punya sisi pribadi yang tenang, dengan seseorang yang tidak bisa diajak bicara. Gen Z menginginkan pasangan yang authentic, bukan penuh teka-teki.
Jadi, apakah sosok pria misterius masih relevan? Jawabannya: iya, tapi versi barunya.
Misteri kini tidak lagi berarti diam dan dingin, tapi punya kedalaman yang tidak perlu diumbar ke dunia. Ia tetap menarik, tapi harus berjalan beriringan dengan komunikasi, kejujuran, dan empati.
Generasi sekarang tidak lagi mencari pria yang “tidak bisa ditebak,” tapi pria yang tahu kapan harus terbuka dan kapan cukup diam untuk mendengarkan. Karena di dunia yang serba cepat ini, clarity is the new sexy.
(Nadhifa Arundati / Image: IMDb)