Membingungkan, Haruskah Kita Tetap Berteman dengan Inner Circle Mantan?
Putus cinta sering kali membawa badai emosi—kehilangan, kebingungan, dan rasa keterpurukan. Bukan cuma soal mengakhiri hubungan romantis, tapi juga kehilangan zona nyaman, tempat berlindung, dan kehidupan yang pernah kamu kenal. Kamu nggak cuma merelakan seseorang, tapi juga kenangan, pengalaman, serta persahabatan yang datang bersamanya.
Itulah yang umumnya banyak orang rasakan setelah putus cinta. Rasanya bukan hanya menutup satu bab, tapi seperti seluruh dunia yang aku bangun hancur berantakan, dan aku harus memulai segalanya dari awal. Tapi di balik patah hati itu, ada kejutan: aku menemukan dukungan tak terduga dari dua sahabat mantanku. Yup, kamu nggak salah baca. Kedengarannya memang aneh, dan Cosmo tahu banyak yang mempertanyakan hal ini, tetapi kali ini Cosmo akan menjelaskan kenapa hal ini t selalu jadi ide buruk.
Baca terus untuk memahami situasi rumit ini dan mempertimbangkan apakah tetap berteman dengan circle mantan adalah keputusan yang bijak setelah semuanya berakhir.
Kenangan, Jarak, dan Dukungan Tak Terduga
Hubunganku adalah hubungan jarak jauh—aku di Mumbai, dan dia di Delhi. Memang masih satu zona waktu, tapi jaraknya cukup signifikan. Dari total 11 bulan hubungan kami, sekitar tujuh bulan aku habiskan di luar negeri, di Inggris. Aku hanya pulang ke India saat liburan musim panas dan musim dingin. Hubungan jarak jauh itu berat, tapi kunjungan rutin kami membantu menjaga koneksi.
Saat kami putus, jarak yang terasa menghancurkan itu ternyata berubah menjadi berkah tersembunyi. Dengan waktu, aku sadar kalau jarak ini justru memudahkan proses move on. Awalnya aku takut teman-temannya, yang juga bagian dari hidupku, akan menjauh. Tapi, mengejutkannya, mereka tetap ada untukku.
Dua sahabat dekat mantanku nggak menghilang setelah kami putus. Mereka ada untukku dengan cara yang nggak pernah aku duga. Salah satu dari mereka bahkan terbang ke Mumbai untuk menghiburku tepat setelah putus. Rasanya memang aneh, dan ya, banyak yang berkomentar. Tapi yang paling penting, mereka cukup dewasa untuk menjaga persahabatan baik denganku maupun dengan mantanku. Jarak fisik juga membantu kami menavigasi dinamika yang rumit ini.
Meskipun mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan mantanku, kami tetap menjaga komunikasi lewat video call, kunjungan sesekali, dan obrolan santai. Rasanya seperti persahabatan baru yang bebas dari tekanan atau komplikasi.
Haruskah Kamu Tetap Terhubung dengan Circle Mantan?
Sebelum memutuskan, pertimbangkan beberapa hal ini:
1. Perjelas Niat Kamu
Sebelum memulai persahabatan dengan teman-teman mantan, pikirkan niatmu. Kalau tujuan kamu hanya untuk tetap memantau mantan, tetap diundang ke acara yang mungkin dia hadiri, atau berharap balikan, lebih baik pertimbangkan ulang. Ini mungkin terasa nyaman sementara, tapi hanya akan berujung pada sakit hati dan ketegangan. Ingat, patah hati nggak bisa jadi alasan untuk memanfaatkan orang lain sebagai pelampiasan emosi.
2. Hindari Romansa Baru
Ini sudah jelas: jangan mencoba menjalin hubungan romantis dengan teman mantan. Kalau kamu merasa ada ketertarikan, beri jarak dan waktu untuk diri sendiri. Masih banyak orang lain di luar sana, dan drama pacaran dengan teman mantan itu nggak sebanding dengan risikonya.
3. Hormati Pilihan Mereka
Mantan kamu memang nggak bisa mengontrol siapa yang tetap berteman denganmu, tapi teman-temannya punya hak untuk memilih. Kalau mereka merasa lebih baik menjaga jarak demi loyalitas pada mantan, hormati batasan itu. Memaksa persahabatan hanya akan menciptakan ketegangan yang nggak perlu. Orang-orang yang memang seharusnya ada dalam hidupmu akan tetap bertahan dengan sendirinya.
4. Tetapkan Batasan
Setelah putus, wajar kalau kamu ingin curhat, tapi teman bersama bukanlah audiens yang tepat. Hal itu bisa membuat mereka berada dalam posisi canggung dan kemungkinan besar nggak akan memberikan dukungan yang kamu butuhkan. Tetapkan batasan tentang apa yang kamu bicarakan dengan teman-teman bersama, terutama soal hubungan yang telah berakhir. Sebaliknya, curhatlah pada teman dekat, keluarga, atau terapis untuk mengatasi perasaanmu.
5. Beri Waktu untuk Pulih
Walaupun dengan niat terbaik, tetap dekat dengan teman-teman mantan bisa jadi pengingat terus-menerus tentang hubungan masa lalu. Mendengar cerita tentang kenangan bersama atau mengunjungi tempat-tempat yang familiar bisa memicu luka jika kamu belum benar-benar pulih. Beri diri kamu waktu dan ruang untuk fokus pada pengalaman baru yang positif bersama teman-teman ini, tanpa keterkaitan dengan mantan.
6. Fokus pada Pertumbuhan Diri
Aku cukup beruntung karena sebagian besar mantan aku menerima aku tetap berteman dengan circle mereka dengan baik—atau setidaknya mereka berhasil menyembunyikan ketidaknyamanan mereka. Tapi pelajaran paling penting yang bisa diambil adalah bahwa putus cinta adalah kesempatan untuk fokus pada pertumbuhan diri. Mengandalkan orang lain untuk kebahagiaan, baik dalam hubungan romantis maupun pertemanan, itu berisiko. Menginvestasikan waktu untuk diri sendiri nggak akan pernah sia-sia, dan pada akhirnya kamu akan jadi lebih kuat.
Navigasi persahabatan dengan circle mantan memang nggak mudah, dan ini nggak cocok untuk semua orang. Dibutuhkan kedewasaan, rasa hormat, dan niat yang jelas dari semua pihak. Tapi kalau kamu bisa membuatnya berhasil, persahabatan ini bisa jadi bagian berharga dari sistem pendukungmu. Dalam kasusku, mereka sekarang jadi teman yang berdiri sendiri, terlepas dari hubungan masa laluku. Kami bahkan jarang membicarakan mantanku, kecuali untuk lelucon ringan sesekali.
Ingatlah, selalu prioritaskan penyembuhan dan kesejahteraanmu. Putus cinta adalah kesempatan untuk menemukan kembali siapa dirimu dan apa yang kamu butuhkan. Jadi, manfaatkan waktu itu untuk diri sendiri—kamu layak mendapatkannya.
(Artikel disadur dari cosmopolitan.in dan berdasarkan dari pengalaman penulis tim Cosmopolitan India / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis, Nadhifa / Image: )