Body Positivity vs. Body Neutrality, Mana yang Lebih Realistis untuk Perempuan?

Redaksi 2 19 Nov 2025

Di tengah dunia yang serba visual, tubuh perempuan sering kali menjadi medan penilaian. Parahnya tak hanya dari orang lain tapi juga dari diri sendiri. Kamu mungkin pernah berada di momen ketika setiap pantulan cermin terasa seperti ujian, atau ketika pujian dan komentar di media sosial begitu memengaruhi cara kamu memandang diri. Dalam kondisi seperti ini, gerakan body positivity sempat menjadi angin segar karena mengajak perempuan untuk mencintai tubuhnya tanpa syarat.

Namun, seiring waktu, tidak semua orang merasa mampu mencintai tubuhnya setiap hari. Ada hari ketika kamu bangun dengan rasa percaya diri, dan ada hari ketika kamu merasa biasa saja atau bahkan kurang nyaman dengan penampilanmu. Dari sinilah muncul gagasan body neutrality, sebuah pendekatan yang lebih tenang, lebih realistis, dan tidak memaksamu untuk selalu positif. Jadi, body positivity vs. Body neutrality, mana yang lebih realistis untuk perempuan?

Body Positivity Memanggilmu untuk Mencintai Tubuh Apa Adanya

Gerakan body positivity mengajakmu untuk mencintai tubuhmu tanpa syarat, apa pun bentuk, ukuran, atau kondisinya. Menurut Journal of Health Psychology (2019), pendekatan ini dapat meningkatkan rasa syukur pada tubuh dan menurunkan tingkat body dissatisfaction. Namun, mencintai tubuh setiap hari bukan hal yang mudah, terutama ketika kamu sedang stres, lelah, atau menghadapi perubahan fisik. Body positivity efektif, tapi tidak selalu terasa realistis untuk semua orang.

Body Neutrality Membebaskanmu dari Kewajiban Selalu Positif

Berbeda dengan body positivity, body neutrality tidak meminta kamu untuk menyukai atau mencintai tubuhmu setiap saat. Fokusnya adalah menerima tubuh sebagai bagian dari dirimu yang bekerja keras setiap hari. Studi dalam Body Image Journal (2021) menunjukkan bahwa pendekatan netral ini dapat mengurangi tekanan emosional karena tidak menuntut respons emosional tertentu terhadap tubuh. Kamu cukup mengakui fungsinya, tanpa harus menilai atau mengomentarinya terus-menerus.

Body Positivity Cocok untuk Kamu yang Butuh Dorongan Emosional

Jika kamu sedang ingin membangun kembali kepercayaan diri, body positivity bisa membantu karena pendekatan ini memberi ruang untuk afirmasi diri. Penelitian dari Psychology of Women Quarterly (2020) menemukan bahwa afirmasi positif tentang tubuh mampu meningkatkan self-esteem pada perempuan, terutama yang sering mengalami kritik terhadap penampilan. Pendekatan ini menghadirkan energi emosional yang hangat untuk kamu yang butuh dukungan ekstra.

Body Neutrality Lebih Praktis untuk Kamu yang Menginginkan Ketentraman

Ketika hidup sedang padat dan emosimu naik turun, body neutrality bisa terasa lebih menenangkan. Kamu tidak diharuskan merasa cantik, kamu hanya perlu hadir dan menjalani hari dengan tubuhmu sebagaimana adanya. Menurut Mindfulness Journal (2020), sikap netral seperti ini dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan fokus pada pengalaman sehari-hari tanpa tekanan untuk tampil atau merasa tertentu. Pendekatan ini cocok ketika kamu ingin hubungan yang lebih tenang dengan tubuh.

Mana yang Lebih Realistis? Keduanya Bisa, Asal Kamu Sesuaikan dengan Kondisi Emosimu

Tidak ada jawaban tunggal untuk body positivity vs. Body neutrality. Realistis atau tidaknya sangat bergantung pada situasi emosimu dan apa yang sedang kamu butuhkan. Ada hari ketika kamu ingin merayakan tubuhmu, dan ada hari ketika kamu hanya ingin menghargai tubuhmu tanpa komentar. Mengombinasikan keduanya justru memberi ruang lebih sehat, fleksibel, lembut, dan manusiawi.