Staycation untuk Healing di Hoshinoya Bali
Dengan konsep yang menyatu bersama alam, serta rancangan resor yang berestetika airy, Hoshinoya Bali jadi destinasi menarik untuk merasakan pengalaman menginap demi momen healing. Ya, ditambah lokasi yang berada di Ubud, atau tepatnya di Pejeng Kangin yang rimbun dan kaya sejarah lokal, resor ini secara harafiah ‘mengalirkan’ energi yang menentramkan. Bagaimana tidak, di resor ini, sungai Pakerisan yang dianggap suci oleh masyarakat setempat mengalir dalam kawasan resor. Ditambah bahwa sejarah kerajaan Pejeng telah berdiri sebelum kerajaan Ubud, membuat dataran ini punya julukan salah satu holy land Pulau Dewata.
Itulah mengapa Hoshinoya Bali dirancang berlandaskan filosofi spiritual Hindu Bali, yang mengedepankan keseimbangan antara manusia dan alam, alias skala dan niskala. Resor yang memiliki 30 vila, restoran, dan spa, harmonis berdiri di antara rimbunnya hutan, serta bertengger di sisi lembah yang dikelilingi aliran sungai. Begitu pula memori Cosmo saat berkunjung dan menginap di resor. Dengan suasana yang hening, di mana hanya ada suara alam yang mengisi atmosfer, Cosmo serasa memasuki dunia berbeda dengan waktu yang berdetak lebih lambat.
Ah, ya, Cosmo perlu bilang juga, tak ada perangkat jam ataupun alat elektronik (seperti TV) untuk hiburan di kamar, hingga tamu resor *sungguh* didorong untuk bersantai saja dan memaksimalkan panca indera pada keseluruhan alam yang ada. Jadi, kalau Anda butuh mengesampingkan sejenak segala kesibukan harian, maka cobalah untuk sedikit mendetoks diri di sini. Anggaplah menginap di sini selayaknya sedang berada di rumah kedua.
The Exotic Villa
First things first, mari bicarakan tentang kamarnya yang dikreasikan dalam wujud vila-vila demi membentuk pola perumahan bernuansa tradisi Bali. Arsitek Rie Azuma asal Jepang yang menggagas desain resor ini kental memadukan elemen khas Bali dengan seni estetika Jepang, oleh karenanya desain interior vila pun berkonsep pola ruang terbuka. Seperti pintu sekaligus jendela geser (shoji) yang hampir menjadi keseluruhan dinding vila‒yang mengizinkan sinar matahari leluasa masuk ke dalam ruangan (andon, teknik pencahayaan Jepang)‒kemudian kasur tatami, dan sentuhan ornamen Bali pada langit-langit kayu tinggi menjulang, atap jerami, serta ukiran kayu masif pada dinding pembatas ruang yang mengisahkan cerita tentang flora fauna hutan Ubud.
Selain interior yang melegakan, desain lanskap di area vila juga layak menjadi sorotan. Rancangan taman oleh Hiroki Hasegawa mengawinkan elemen alam ke dalam area vila. Seperti minimnya pohon yang ditebang saat resor dibangun, yang membuat vila pun ikut rimbun, selayaknya desain utama resor yang sengaja didirikan mengikuti kontur bukit, bahkan tanpa menginterupsi kanal subak (sistem irigasi sawah tradisional Bali yang masuk warisan budaya UNESCO). Belum lagi, setiap vila punya akses tersendiri menuju kolam renang yang membentang di sepanjang jajaran vila dalam resor, membuat elemen air serta penghijauan menjadi penghibur utama di dalam vila. Psstt, desain kolam ini juga terinspirasi dari tradisi masyarakat Bali kuno yang gemar berenang dan mandi di sungai, lho. Zen journey is just getting started.
The Authentic Dining
Sekarang, mari bahas kulinernya. Sebagai info, Hoshinoya Bali adalah resor pertama di luar Jepang yang dihadirkan oleh brand hotel asal negeri Sakura tersebut, Hoshino Resorts. Jadi, Anda boleh berekspektasi menikmati sajian Jepang yang otentik! Inilah tugas Mitsuaki Senoo selaku Executive Chef untuk meracik dan menciptakan berbagai hidangan khas Jepang yang bersumber dari bahan-bahan lokal.
Cosmo sendiri berkesempatan mencoba menu set course untuk sesi makan malam, di mana seleksi hidangan Perancis, Bali, dan Jepang diolah lewat teknik kuliner tertentu dan disajikan selayaknya karya fine art. Mulai dari gazpacho dengan infusi jahe dan lemon, dilanjutkan dengan gently sautéed bigfin reef squid, lalu sushi mitsu yang menyegarkan, beef steak dengan burdock chips (siapa yang tahu ternyata akar tanaman bisa jadi side dish yang lezat?!), diakhiri dengan bubur sumsum dengan es krim kelapa, serta awayuki cheese yang dilumuri saus koktail. Semuanya menggugah selera, yumm!
Untuk sesi sarapan, favorit Cosmo adalah bersantai di Café Gazebo yang ikonis. Ya, inilah restoran yang ruang makannya didesain sebagai ‘sangkar’ tersendiri, yang berdiri langsung di atas tebing dan menyatu dengan kerimbunan hutan, hingga panorama kehijauan alam merentang sejauh mata memandang. Perihal menu sarapan, cobalah menu picnic style yang menyajikan hidangan lengkap Bali, mulai dari terang bulan, salad, sampai seleksi buah tropis yang menyegarkan.
The Spa Ritual
Tak lengkap rasanya jika harus melewatkan sesi spa untuk berelaksasi optimal selama menginap di sini. Berlokasi di kaki bukit, Cosmo pun menempuh perjalanan ke kamar spa dengan menggunakan lift yang miring menuruni lembah. The view is amazing! Sesampainya di bawah, kamar spa jauh lebih mengekspos energi dan suara alam dari hutan serta sungai Pakerisan. Sukses membuat Cosmo terhanyut akan keindahannya~
Dengan menggunakan produk spa buatan “Jamusara”, seluruh lulur, minyak, serta bahan perawatan kulit di sini dibuat dari beras organik, rempah, dan jamu. Persis seperti yang kerap diaplikasikan dalam tradisi perawatan kulit orang Bali. Sehingga treatment seperti Royal Lulur, Balinese Boreh, dan Balinese Massage yang ditawarkan mampu memercik keseimbangan antara tubuh dan pikiran.
The Cultural Activity
Selama menginap di sini, Cosmo juga tertarik untuk mengikuti beberapa aktivitas yang ditawarkan. Terutama karena setiap kegiatan dikemas dari inspirasi kegiatan keseharian masyarakat Bali, seperti kerajinan seni membuat Canang untuk sembahyang, sesi sun salutation yoga setiap pagi, membatik khas Bali (bahkan bisa bawa pulang hasil karya batik sendiri, lho), sampai berjalan kaki mengelilingi banjar (atau dusun) dan persawahannya yang subur untuk mendapat insight mengenai agrikultur warga lokal serta sejarah rumah-rumah lama peninggalan kerajaan Pejeng. Ah, what’s not to love here? It’s a soulful stay, indeed.
Untuk reservasi:
Hoshinoya Bali, +62-361-849-3080
(Givania Diwiya / FT / Images: Dok. Hoshinoya Bali)