Psst! Ini Beberapa Cara Meluluhkan Pasangan Ketika Ia Sedang Badmood
Hubungan yang sehat memerlukan komunikasi yang jujur dan konsisten. Salah satu hal yang bisa menjadi sulit adalah menavigasi perasaan ketika terjadi konflik antara dua orang. Apa yang kamu lakukan jika kamu baru saja pulang bekerja dengan energi positif setelah hari yang produktif, sementara pasanganmu duduk di sofa dan merasa sedih? Bagaimana cara menghadapi situasi ketika pasanganmu sedang dalam suasana hati buruk? Di sini, para perempuan berbagi cara mengenai bagaimana mereka harus bertindak ketika pasangan mereka sedang badmood, dan cara mereka mengatasi atau menangani situasi tersebut, baik bersama-sama maupun secara sendiri.
1. "Kami melakukan hal dimana kami tidak mengatakan secara langsung kepada satu sama lain, tetapi kami mengubahnya menjadi sebuah bercandaan dan berpura-pura menjadi murung. Jadi jika dia sedang tidak dalam mood yang bagus, aku berkata, 'Maaf ya, saya sangat grumpy' Dan begitulah aku memberitahu kepadanya bahwa aku dapat merasakan suasana hatinya yang sedang tidak baik. Setelahnya dia akan mengubah sikapnya atau berkata sesuatu seperti, 'Tidak apa-apa, aku akan memberi sedikit ruang untukmu bisa merasa murung,' yang berarti dia akan pergi ke ruangan lain agar tidak mengisi rumah dengan suasana hatinya yang buruk. Hal ini berjalan baik untuk kami karena dengan cara ini suasana hatinya menjadi ringan dan konyol, dan membuat mereka menyadari bahwa tindakan mereka tidak terasa baik-baik saja." [via]
2. "Ini tidak sering, tetapi dia menjadi pendiam. Biasanya dia bersifat ramah dan konyol, sehingga sangat terlihat ketika ada sesuatu yang mengganggunya. Aku biasanya bertanya apakah dia baik-baik saja, memberinya kesempatan untuk mengeluarkan perasaannya jika dia mau bercerita. Jika dia tidak ingin membicarakannya, aku hanya memberinya pelukan atau mencium pipinya dan melanjutkan aktivitasku. Dia cukup baik dalam mengenali dan mengatur perasaannya sendiri, dan dia cepat pulih." [via]
3. "Pasanganku, Matt, memiliki cara meluapkan emosinya yang ku panggil 'Matty tantrums'. Dia biasanya harus mengeluh tentang apa pun yang mengganggunya dan kemudian segera melupakan masalah tersebut setelah itu. Aku biasanya hanya mendengarkan dan memberikan komentar yang menenangkan." [via]
4. "Dia bisa menjadi murung ketika pulang kerja. Aku bisa tahu karena dia menjadi pendiam dan tegang. Awalnya, aku membuat masalah besar karena dia tidak mau berbicara denganku tentang perasaannya. Aku mencoba membuatnya mengeluarkan perasaan itu dari dirinya, tetapi ternyata tidak berhasil. Sekarang aku menyadari bahwa biasanya itu bukan tentang sesuatu, dia hanya sedang merasa murung dan lelah, jadi sekarang aku hanya memberinya ciuman dan meninggalkannya sendiri sampai dia datang mencariku." [via]
5. "Aku bisa langsung tahu ketika dia tidak merasa baik. Aku tidak yakin bagaimana, tetapi sepertinya aku bisa merasakannya. Biasanya aku akan bertanya apakah dia baik-baik saja. Jika dia bilang 'tidak', aku bertanya apakah dia ingin membicarakannya atau tidak. Dia selalu memberitahu jika ada masalah, tetapi dia tidak suka mengulangi hal yang sama setiap kali. Biasanya aku akan memberinya ciuman ekstra atau meremas tangannya sambil tersenyum. Aku akan membawakan minuman dingin atau membeli sesuatu hal yang dia sukai dari supermarket. Itu adalah tindakan kecil yang membantu baginya. Kadang-kadang aku menyarankannya untuk pergi ke suatu tempat dan berjalan-jalan untuk menyegarkan pikiran. Jika dia memiliki sesuatu yang ingin dibicarakan, aku dengan sabar menunggunya menemukan kata-kata yang tepat. Aku mengerti bahwa dia sulit mengungkapkan dirinya. Aku juga meluangkan waktu sejenak untuk mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya." [via]
6. "Dia adalah pria yang luar biasa dan biasanya sangat tenang, kalem, dan mampu mengelola emosinya dengan baik. Jika dia dalam suasana hati buruk, terkadang dia menjadi kasar atau short temper. Ketika itu terjadi, aku akan bertanya kepadanya apakah ada sesuatu yang mengganggunya, dan aku akan memvalidasi perasaannya serta memberinya ruang untuk berbicara. Ini tidak mudah, dan pada awalnya dia sangat menentang. Aku pikir dia merasa harus menanggung semuanya sendiri." [via]
7. "Intinya: Aku memberitahunya bahwa hubungan ini adalah tim, aku di sini hadir untuk membantunya mengatasi masalah (bukan menciptakan masalah lebih banyak). Kadang-kadang aku akan coba untuk mendengarkan, kadang-kadang memberikan saran, dan kadang-kadang memberikan distraksi. Dia adalah pria yang paling tenang dan toleran, tetapi ketika ada sesuatu yang mengganggunya, dia akan marah denganku (hanya saya, tidak orang lain) dan melakukan protes atas hal-hal kecil, biasanya itu terjadi ketika aku memintanya untuk melakukan pekerjaan rumah. Aku mengatasinya dengan memintanya untuk meninggalkan semua yang sedang dia lakukan dan memberiku the big bear hug.
"Aku berkata, 'Baiklah, ceritakan apa yang mengganggumu.' Dia tahu dia tidak bisa mengelak, jadi kami berbicara panjang lebar tentang hal itu, membuat rencana tindakan, dan kemudian kami berdua merasa lebih baik. Aku pikir beberapa orang (khususnya pria) perlu izin untuk membuka diri dan membiarkan diri mereka terbuka, mengeluh, melepaskan kewaspadaan, dan menjadi fragile. Suamiku sangat positif, sehingga aku pikir dia perlu mengetahui bawah tidak apa-apa jika dia merasa down dan sesekali mengeluh/berteriak/menangis." [via]
8. "Dia terlihat lebih fokus pada ponselnya, atau menyendiri. Biasanya aku akan bertanya apakah dia sedang baik-baik saja. Jika dia sedang merasa sedih, aku kemudian bertanya apakah dia ingin diberi sedikit ruang. Biasanya dia mengatakan ya. Kemudian aku memberinya beberapa waktu untuk sendiri. Lalu, setelahnya aku akan bertanya apakah ia sudah merasa lebih baik. Jika iya, aku akan bertanya kepadanya apa yang terjadi, lalu dia akan berbicara sebentar mengenai hal yang mengganggunya.” [via]
(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan UK / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis/Salsa Meilivia/ Image: Doc. Photo by Keira Burton on Pexels)