Deretan Film yang Menyinggung Tentang Beauty Standard
Satu pertanyaan untuk kamu: apa definisi cantik atau tampan menurutmu? Cosmo rasa, setiap pembaca pasti punya definisi dan standard yang berbeda-beda. Tetapi tetap saja, ada beberapa komponen terpenting yang umumnya di-isyaratkan bawa seorang yang cantik itu punya kulit wajah yang putih, wajah simetris, tubuh langsing, dan rambut lurus nan bervolume. Sadly, standard seperti ini masih dianut oleh banyak orang, khususnya di Indonesia, berdasarkan dari survei di Goodstats.
Pemahaman paras kecantikan seseorang secara tak sadar sudah dibentuk sejak kecil, baik itu melalui mainan anak-anak, bahkan sampai tayangan televisi atau film yang umumnya menampilkan perempuan dengan kriteria serupa. Lalu ketika kita menyadari bahwa kita bukan bagian dari kriteria tersebut, muncul keraguan akan diri sendiri, am I pretty enough? Oh, gurl, yes, you are.
Tetapi generasi sudah semakin maju, pola pemikiran seseorang juga semakin berkembang, bahkan beberapa tahun ke belakang ini, sudah banyak gerakan yang menyuarakan tentang keberagaman dalam mendefinisikan arti “cantik” atau “tampan” itu sendiri. Khususnya di industri film, yang nyatanya telah mengepakkan sayapnya dalam menyuarakan “keresahan” akan konsep beauty standard.
Well, kita semua sudah cukup dewasa untuk mampu menerima perbedaan dan kekurangan yang dimiliki orang lain. Jadi Cosmo rasa, penting bagi kamu untuk menambahkan tontonan film yang menyinggung tentang beauty standard. Yes, kita perlu melihat dari sudut pandang yang berbeda. So, simak!
The Substance
Mungkin film “The Substance” bukan tontonan yang cocok untuk disaksikan sembari menyantap snack atau hidangan favoritmu. Pasalnya, film ber-genre satirical body-horror ini menampilkan beberapa scene brutal akan kekejaman yang dibangun dari konsep beauty standard itu sendiri.
Menceritakan tentang Elisabeth, perempuan paruh baya yang baru saja menginjak usia 50 tahun yang telah mendapatkan tekanan dari lingkungan sosial karena dirinya yang dianggap sudah tak layak menjadi sosok selebriti serta host dalam program TV olahraga. Hal ini perlahan membuat Elisabeth merasa tak mencintai dirinya sendiri, menginginkan sosoknya yang masih muda dengan tubuh yang ideal. Di mana sebuah kejadian di luar nalar ia lakukan demi meraih keinginannya tersebut. Pada akhirnya memengaruhi kondisi fisik serta mental Elisabeth.
A Different Man
Film “A Different Man” merupakan drama psikologis yang bakal bikin kamu berpikir dua kali tentang identitas dan penerimaan diri. Film ini mengikuti kisah Edward, seorang pria yang menjalani operasi rekonstruksi wajah untuk memulai hidup baru.
Namun alih-alih menemukan kedamaian, dia malah terobsesi dengan seorang aktor yang memerankan dirinya di sebuah drama teater. Dengan alur penuh twist dan vibe yang intens, film ini mengajak kamu menyelami kompleksitas emosi dan sisi gelap dari keinginan untuk berubah.
Uglies
“Uglies” membawa kamu ke dunia dystopian di mana standar kecantikan jadi segalanya. Diadaptasi dari novel laris karya Scott Westerfeld, film Netflix original ini bercerita tentang Tally Youngblood, seorang remaja yang hidup dalam di mana semua orang harus menjalani operasi plastik ekstrem di usia 16 tahun untuk menjadi sosok yang "sempurna."
Hal tersebut membuat Tally mulai mempertanyakan harga yang harus dibayar untuk kesempurnaan itu dan memberontak melawan sistem. Dengan visual futuristik dan pesan mendalam tentang kecantikan dan tekanan sosial, Uglies siap jadi film yang bikin kamu berpikir ulang soal definisi "cantik”.
Subject of Desire
Film dokumenter yang menggali kisah mendalam tentang bagaimana standard kecantikan membentuk identitas, ambisi, dan perjuangan perempuan di seluruh dunia. Dengan narasi yang kuat dan emosional, film ini menyoroti pengalaman wanita dari berbagai latar belakang yang berjuang menemukan jati diri di tengah tekanan sosial yang terus menuntut kesempurnaan. Lebih dari sekadar eksplorasi tentang kecantikan,
“Subject of Desire” memberikan kisah yang menyangkut tentang keberanian, penerimaan diri, dan definisi kecantikan yang lebih luas dari sekadar penampilan fisik.
200 Pounds Beauty
Korean Selatan selalu dikenal dengan standard kecantikan yang begitu irelevan. Banyak orang berbondong-bodong ingin melakukan operasi kecantikan hanya karena ingin memiliki paras yang serupa dengan idola mereka, atau sekadar menyesuaikan standard kecantikan yang ada.
Dengan hadirnya film komedi romantis Korea Selatan yang ikonik dan penuh pesan mendalam tentang kepercayaan diri, “200 Pounds Beauty" menceritakan tentang perjalanan Hana, seorang penyanyi latar berbakat dengan bentuk tubuh besar, Tetapi sosoknya sering diabaikan karena penampilannya. Frustrasi dengan standar kecantikan yang ada, Hana memutuskan menjalani operasi plastik total dan kembali dengan identitas baru sebagai bintang pop yang memukau. Namun, perjalanan ini mengajarkan Hana (dan kita semua) bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam. Dengan humor yang menghibur dan momen emosional.
Kamu bahkan dapat menyaksikan film “200 Pounds Beauty” yang di-remake oleh Indonesia, dengan penyampaian cerita serupa, yang rasanya pun cukup relate dengan keadaan society saat ini.
Imperfect
"Imperfect" tak sekadar menyuguhkan scene penuh komedi, tapi juga merenung tentang pentingnya mencintai diri sendiri. Menceritakan tentang Rara, yang selalu merasa hidupnya tak pernah cukup karena tubuhnya yang berisi dan kulit gelapnya, apalagi di tengah tekanan standard kecantikan yang ada.
Saat kariernya menuntut perubahan besar, Rara justru menemukan kekuatan untuk menerima dirinya apa adanya. Dengan humor yang fresh, kisah yang relatable, dan pesan yang menyentuh, "Imperfect" mengajarkan kamu bahwa keindahan sejati datang dari hati yang penuh penerimaan.
(Nadhifa Arundati / Image: Dok. Outnow.Ch)