Dita Karang: Memulai Babak Baru dalam Bermusik
- “She’s a star!” Begitulah Cosmo akan menjawab tanpa ragu ketika ditanya seperti apa sosok Dita Karang. Bukan semata karena perjalanan kariernya sebagai eks member dari Secret Number, tetapi karena cara ia menatap dunia—tenang, jernih, dan penuh kesadaran.
Setiap langkah yang ia ambil, setiap pengalaman yang ia jalani, terasa seperti kepingan perjalanan yang memang sudah ditakdirkan untuk ia peluk. Apa yang ia capai hari ini bukan sekadar hasil kerja keras, tetapi juga refleksi dari cara ia tumbuh, belajar, dan bertahan.
Satu “senjata” yang dimiliki Dita Karang: saat dirinya mengulas senyum, menyapa Cosmo dengan hangat. Sosoknya yang terlihat penuh ketenangan ini tampak memiliki ambisi begitu besar, Silent energy outside, roaring power within, energi yang umumnya selalu dimiliki oleh para Capricorn.
Memulai karier di Korea Selatan bukan sekadar keputusan besar, tetapi sebuah lompatan yang menuntut keberanian. Bagi banyak orang, itu mungkin tampak sebagai langkah yang menakutkan—namun bagi Dita, tantangan justru menjadi panggilan. Semakin tinggi rintangannya, semakin kuat dorongan dalam dirinya untuk bergerak maju dan membuktikan bahwa mimpi tidak lahir dari rasa takut, melainkan dari tekad untuk tumbuh.
Perjalanan Dita Karang masih jauh dari kata selesai. Garis akhirnya belum terlihat—dan itu justru keindahannya. Korea Selatan mungkin menjadi panggung pertamanya, tetapi bukan satu-satunya tempat yang ingin ia jejaki. Ada mimpi-mimpi yang terus tumbuh, ada negara-negara lain yang ingin ia sentuh dengan karyanya.
Gaun mini, STELLARISSA, anting, AIDAN AND ICE.
Keputusan untuk meniti karier di industri hiburan Korea Selatan bukan langkah kecil. Apa yang mendorong Anda untuk berani menembus industri yang dikenal begitu kompetitif itu?
Saya punya moto hidup, “If I want something, I’ll make sure I get it.” Kegemaran saya terhadap dance sudah muncul sejak lama. Setelah akhirnya saya lulus SMA, saya membicarakan hal ini ke orangtua—bahwa saya butuh dukungan dari mereka untuk bisa menekuni bidang tersebut. After that, I went to American Musical and Dramatic Academy, in New York. Saya kerap mengambil kelas Korean Dance.
Long story short, ada kesempatan audisi di Korea Selatan yang pada akhirnya menggerakan diri saya untuk mencobanya. Well, ini bukan pertama kalinya—saya selalu aktif mengikuti berbagai audisi dance sejak dulu, bahkan di Disney Cruise pun pernah saya coba. Because if I didn’t take it, that opportunity might never come back, hal ini yang mendorong saya untuk berani terjun ke industri hiburan di Korea Selatan. Di sana, saya mempelajari bahasanya selama satu tahun sampai akhirnya bisa menjadi fasih. Saya bersyukur telah melaluinya.

Gaun mini, STELLARISSA; anting, AIDAN AND ICE; sepatu, ALDO
Bagaimana cara Anda menemukan identitas diri seiring menjalani karier di tempat yang memiliki latar dan budaya yang jauh berbeda dengan Indonesia?
Hmm… Kalau ditanya tentang identitas diri, saya rasa saya masih dalam pencarian—bukankah kita semua juga merasakan yang sama? Tentu saya mempelajari banyak hal di Korea Selatan. Latar dan budaya yang berbeda membawa saya untuk bisa lebih menghargai perbedaan. Saya menjadikan perjalanan tersebut sebagai sebuah pelajaran dalam pengenalan diri—yang sampai saat ini masih saya telusuri.

Gaun mini, STELLARISSA, anting, AIDAN AND ICE.
Anyway, congrats untuk debut solonya yang berjudul ‘love so sweet’! Lagu tersebut terasa seperti representasi sisi lain dari diri Anda. Apakah ini menjadi bentuk ekspresi yang lebih personal setelah bertahun-tahun tampil dalam format grup?
Tentu saja! This is my first time doing a solo. We make the concept more trendy, Y2K-ish. Ada banyak renovasi yang kami lakukan dalam lagu ini. Awalnya, genre lagu ini lebih mirip seperti lagu-lagunya mendiang Amy Winehouse. Namun saya bersama tim ingin membuat lagunya lebih cocok untuk dance. I really like everything about this song, this is so me.
Di tengah industri yang sangat berorientasi pada tren, bagaimana Anda memastikan karya ini tetap terasa jujur dan mencerminkan siapa Anda sebenarnya?
Sejujurnya saya masih mempelajari hal ini—merilis solo menjadi suatu pelajar baru yang menarik. Saya rasa, jika lagu dibuat dengan sepenuh hati, dengan kerja sama yang baik, serta proses kreatif yang matang, hasilnya pun akan terasa jujur dan mampu merepresentasikan para musisinya.

Gaun mini, Sean Sheila; anting dan kalung, THA; fur coat, MAISON BAAZ COUTURE.
Industri hiburan Korea Selatan dikenal dengan standar kecantikan yang begitu spesifik. Bagaimana Anda memaknai konsep “cantik” di tengah ekspektasi tersebut?
Bagi saya, kecantikan adalah perjalanan kembali pada diri sendiri. Setiap orang memancarkan cahaya yang berbeda, dan membandingkan diri hanya akan menjauhkan kita dari esensi itu. Kecantikan tidak diukur oleh standar luar, melainkan oleh cara kamu mengenali, menghargai, dan berdamai dengan dirimu sendiri.
Di usia Dita yang sudah 28 tahun, banyak orang—yang sepantaran—mulai menemukan keseimbangan antara ambisi dan kedewasaan emosional. Bagaimana perjalanan ini Anda rasakan dalam diri sendiri?
Saya yakin semua orang pasti tengah mengadapi hal ini—yakni bukan suatu kondisi yang mudah. Saya memang memiliki ambisi yang besar, tetapi terkadang ada satu atau dua hal yang membuat saya tak bisa mengambil keputusan akan kehidupan karier saya sendiri. Situasi tersebut yang umumnya membuat saya merasa cukup stres, tetapi saya sadar, saya harus bisa mengendalikan perasaan saya sendiri. Sejatinya emosi manusia itu tak bisa selalu stabil, tetapi itu semua tentang bagaimana cara kita menghadapinya.
Apakah ada momen introspektif yang membuat Anda menyadari bahwa pertumbuhan sejati tidak selalu tentang pencapaian, tetapi tentang kedamaian dalam diri?
Saya melalui banyak proses introspeksi. Dari situ, saya belajar bahwa menetapkan tujuan-tujuan kecil dapat membantu saya tetap bergerak. Dita keluar dari grup Secret Number pada bulan April lalu, sedangkan saya baru bisa kembali aktif pada bulan Agustus. Di sela-sela waktu kosong itu, justru menjadi periode paling penuh tekanan bagi saya, karena keputusan tersebut bukan datang dari diri saya sendiri.
Saya akhirnya memilih untuk melakukan hal-hal yang bisa menghidupkan diri saya kembali—mulai dari kembali berlatih tarian balet hingga membuat rencana sederhana seperti, “hari ini saya ingin menyelesaikan pekerjaan rumah!”

Atasan dan celana, Michael Kors; sepatu, Steve Madden; kalung, THA.
'.Jika Anda bisa melihat perjalanan Anda dari luar, menurut Anda, bagian mana dari diri Dita Karang yang kini paling berubah—dan bagian mana yang tetap sama sejak awal?
Satu hal yang paling terasa berubah dalam diri saya adalah cara saya memandang waktu. Di Indonesia, keterlambatan lima menit sering dianggap hal kecil—nyaris tidak berarti. Tetapi ketika saya mulai berkarier di Korea, saya belajar bahwa setiap detik punya nilainya sendiri. Waktu bukan hanya angka; ia adalah bentuk penghargaan terhadap orang lain dan terhadap diri kita. Perbedaan budaya itu benar-benar membentuk ulang cara saya bergerak dan bertanggung jawab.
Namun di balik semua perubahan itu, ada bagian dari diri saya yang tetap sama—yang selalu saya jaga. Filosofi “alon-alon waton kelakon” masih menjadi pegangan. Bagi saya, tidak semua hal harus dikejar dengan tergesa. Selama saya berjalan di jalur yang benar, selama tujuan itu tetap terlihat di depan, saya percaya semuanya akan sampai pada waktunya.
Selain di industri hiburan, adakah goals yang dimiliki Dita Karang—mungkin belum tercapai—tetapi ingin Dita raih?
Dita masih menyimpan banyak keinginan untuk dijelajahi—salah satunya mempelajari bahasa asing lainnya. Saya juga berharap dapat tinggal di negara lain suatu hari nanti, membuka diri pada pengalaman baru yang dapat memperkaya perspektif dan karya saya.
Jika Anda bisa bertemu dengan versi diri Anda di masa lalu, apa hal yang ingin Anda sampaikan?
Keep moving forward. Trust yourself—every step is leading you somewhere meaningful.
Photographer: Hadi Cahyono
Stylist: Dheniel Algamar
Writer: Nadhifa Arundati
Asst. Stylist: Alicia Triesno
Makeup: Lorita Young
Hair: Rury Padwa
Wardrobe: Sean Sheila, Maison Baaz Couture, Stella Rissa, Michale Kors
Accessories: AIDAN AND ICE, THA
Shoes: Steve Madden, ALDO
Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang