‘Nyaman’ atau ‘Terjebak’? Ketika Hubunganmu Terlanjur Lama
Hubungan yang sudah berjalan lama sering kali terasa aman. Kamu sudah hafal kebiasaan pasangan, tahu cara menghadapi suasana hatinya, dan merasa tidak perlu lagi banyak penyesuaian. Di satu sisi, semua itu memberi rasa tenang. Namun di sisi lain, muncul pertanyaan yang pelan-pelan mengganggu, “apakah ini benar-benar nyaman, atau kamu hanya bertahan karena sudah terlalu jauh melangkah?”
Tidak sedikit orang bertahan dalam hubungan bukan karena bahagia, tetapi karena takut memulai dari awal. Rasa sayang bercampur dengan kebiasaan, membuat batas antara “nyaman” dan “terjebak” menjadi semakin samar. Untuk membantumu lebih jujur pada diri sendiri, berikut beberapa hal yang bisa kamu cermati saat mempertanyakan nyaman atau terjebak di hubungan yang terlanjur lama.
1. Kamu Bertahan Karena Tenang, atau Karena Takut Kehilangan?
Rasa nyaman biasanya datang bersama ketenangan dan rasa aman. Namun jika kamu bertahan karena takut sendirian, takut mengecewakan keluarga, atau takut membuang waktu yang sudah diinvestasikan, itu patut dipertanyakan. Penelitian dalam Journal of Social and Personal Relationships (2019) menyebutkan bahwa fear-based commitment sering membuat seseorang menunda keputusan penting dalam hubungan, meski secara emosional sudah tidak terpenuhi.
2. Hubungan Terasa Stabil, Tapi Tidak Lagi Bertumbuh
Hubungan yang sehat tidak selalu penuh drama, tapi tetap memberi ruang untuk berkembang. Jika kamu merasa hubungan berjalan di tempat, tanpa percakapan mendalam atau rencana ke depan, bisa jadi kenyamanan itu berubah menjadi stagnasi. Studi dalam Personal Relationships Journal (2020) menunjukkan bahwa pasangan yang berhenti bertumbuh bersama cenderung mengalami kepuasan hubungan yang menurun secara perlahan.
3. Kamu Lebih Sering Memaklumi daripada Didengarkan
Memaklumi pasangan adalah bagian dari kedewasaan. Namun jika kamu terus-menerus menekan perasaan demi menjaga hubungan tetap utuh, itu bisa menjadi tanda kamu mulai mengabaikan diri sendiri. Menurut Journal of Marriage and Family (2018), pola relasi yang tidak seimbang secara emosional dapat meningkatkan kelelahan mental dan rasa kesepian, meski seseorang berada dalam hubungan jangka panjang.
4. Alasan Bertahan Lebih Banyak dari Masa Lalu
“Dulu dia baik,” atau “kami sudah melewati banyak hal bersama,” sering menjadi alasan utama untuk tetap bertahan. Padahal, hubungan dijalani di masa sekarang, bukan hanya dikenang dari masa lalu. Psikolog menyebut fenomena ini sebagai sunk cost fallacy, yaitu kecenderungan bertahan karena investasi emosional sebelumnya, meski kondisi saat ini tidak lagi sehat (Behavioral Decision Making Journal, 2017).
5. Kamu Takut Jujur pada Diri Sendiri
Tanda paling halus dari hubungan yang terasa menjebak adalah ketika kamu menghindari pertanyaan jujur tentang kebahagiaanmu sendiri. Kamu tahu ada yang tidak beres, tapi memilih diam karena tidak siap menghadapi perubahan. Padahal, menurut Journal of Positive Psychology (2021), kejujuran emosional pada diri sendiri adalah langkah awal menuju kesejahteraan psikologis, baik dalam hubungan maupun secara personal.
Hubungan yang sudah lama memang tidak selalu mudah dilepaskan. Namun bertahan juga seharusnya tidak membuatmu kehilangan diri sendiri. Saat kamu mulai bertanya tentang nyaman atau terjebak ketika hubungan terlanjur lama, itu adalah tanda bahwa kamu sedang belajar lebih jujur pada perasaanmu.