Fashion Forward!

Redaksi Cosmopolitan 2 01 Feb 2012

 

Tren fashion mencerminkan kepercayaan diri, dari kreator hingga penikmatnya.

Ladies, presentasi busana koleksi musim baru selalu disambut untuk menjadi acuan gaya dan penyemangat kita dalam menikmati fashion. Fashion week untuk koleksi musim panas yang digelar di New York, London, Milan yang berakhir di Paris pada September 2011 lalu, memberikan wacana baru akan dinamika fashion. Para desainer fashion dunia musim semi dan panas 2012 ini tengah merayakan kekayaan inspirasi dan imajinasi pada era fashion 20an dan 50an, era fashion yang menempatkan wanita di atas puncak keanggunan. Kreasi desainer Marc Jacobs dibuktikan pada koleksi Louis Vuitton dengan rok A-line bernuansa pastel, padanan blazer membuat inspirasi 50an jadi semakin modern. Sedangkan Frida Giannini dari label Gucci mengangkat keriaan fashion era 20an dengan nuansa metallic yang sexy sekaligus powerful. Musim ini juga banyak menawarkan eksplorasi detail craftsmanship yang prima. Ada material yang delicate, nuansa haute couture yang sengaja diinjeksi pada koleksi siap pakai demi merangsang gairah belanja. Pada produksi aksesori kulit, kesetiaan pada tradisi hand made dari sebuah rumah mode hadir pada tas-tas ikonik yang desainnya lahir baru. Daya pikat dari desain dan kualitas pun berjalan beriringan.

Kiprah dari pencipta fashion itu sendiri terus menggeliat di medan kreativitas. Para desainer baik yang senior ataupun yang berpretasi terus mengekplorasi sesuatu yang baru atau radikal sekalipun. Mereka terus memimpin tren mulai dari Karl Lagerfeld untuk Chanel, Miuccia Prada hingga Marc Jacobs dan Richard Chai dari kubu New York. Fashion membutuhkan area yang lebih segar lagi, keluar dari zona aman untuk memberi pengalaman baru bagi penikmat karya-karyanya. Sepanjang pergelaran pekan mode, dunia fashion yang dinamis juga membutuhkan regenerasi para kreatornya. Dalam bisnis fashion, jatuh dan bangun adalah warna dunia kreatif. Banyak rumah mode yang dulu dielu-elukan, kini sepi pelanggan di butiknya. Ada pula rumah mode yang peka terhadap kebutuhan pasar yang kini datang dari generasi yang baru sehingga merasa perlu untuk mendaulat kepala kreatif baru yang juga lahir dari generasinya. Sebut saja Versus oleh Christopher Kane, Thierry Mugler oleh Nicola Formicheti, Givenchy oleh Ricardo Tisci dan Celine oleh Phoebe Philo, mereka menjadi buah bibir sepanjang pekan mode. Ada juga pewarisan label fashion seperti yang dialami oleh Alexander Mcqueen oleh Sarah Burton, Dior yang tak lagi John Galliano tapi Bill Gaytten, atau Valentino oleh Pier Paolo Piccioli dan Maria Grazia Chiuri, mereka semua mantan asisten sang desainer sebelumnya. Label lama seperti Vionnet, Carven dan Helmut Lang pun bangun dari tidur panjangnya dengan lansiran koleksi segar kreasi perancang barunya. Pemain-pemain baru yang datang dari dunia selebriti seperi Kanye West, Ashley dan Mary-Kate Olsen dengan label The Row atau Victoria Beckham pun mencoba berkarya di atas panggung runway bukan musik atau layar lebar lagi.

Pada akhirnya walau Eropa masih diselimuti krisis ekonomi, kepercayaan diri dari rumah mode dan para desainernya patut disambut hangat. Di era kini, saat wanita semakin banyak menjadi pemimpin, wanita diajak untuk benar-benar bisa merayakan kebebasan dan penentu keputusan, walau dalam berbusana sekalipun. Ragam gaya, potongan dan material, diciptakan untuk memudahkan Anda untuk memilih yang terbaik. Jika Anda juga turut mempercayai para kreator gaya, sudah seharusnya dibarengi dengan kepercayaan diri yang matang, sehingga tren fashion walau datang dan pergi setiap musimnya, tetap mendukung Anda untuk terus bergairah dalam menikmati hidup. Enjoy ladies! (Lily Marpaung/ES/Image: dok. Google)