How To Act Like Sacha Stevenson
Wanita fun and fearless asal Kanada ini mulai dikenal saat video komedi How To Act Indonesian menjadi hits di YouTube dengan ratusan ribu viewers. Dengan Cosmo, ia mengaku telah jatuh cinta dengan polah tingkah masyarakat Indonesia yang sangat unik.
Cosmo: Apa yang membuat Anda pertama kali ke Jakarta?
Sacha: Saya memang punya keinginan untuk bekerja di negara lain, dan kebetulan Indonesia waktu itu sedang butuh tenaga pengajar bahasa. So, Januari 2001 akhirnya saya sampai di Jakarta.
Cosmo: Setelah 13 tahun tinggal di Jakarta, apakah ada keinginan untuk pindah kewarganegaraan?
Sacha: Saya masih ingin memiliki kewarganegaraan yang sama dengan orang tua saya. So, if something happens with my mom, saya tidak usah repot mesti urus visa untuk kembali ke Kanada.
Cosmo: Tujuan utama membuat video How To Act Indonesian?
Sacha: I'm a big fan of YouTube, actually. Saya tidak suka nonton televisi dan selalu menonton youtube. Saya kenal semua famous YouTub-ers. Awalnya saya hanya iseng coba upload video, hingga seorang teman memberikan saya ide untuk serius menggarap video YouTube. Karena saya hanya tahu kehidupan masyarakat Indonesia kebanyakan, akhirnya mulai fokus melakukan riset dan membuat video How To Act Indonesian.
Cosmo: Apa yang paling Anda tidak suka dari Indonesia?
Sacha: When people block the street. Tapi lucunya, saya baru saja menikah, dan pada saat menikah keluarga suami saya ingin agar kami mengadakan pesta pernikahan di rumah. Jadi kami terpaksa menutup jalan untuk memasang tenda dengan modal sudah mendapat izin dari tetangga. I did the thing i hate the most. Malu banget.
Cosmo: Apa yang membuat Anda bertahan di Indonesia?
Sacha: Well, I don't really know. I feel like there is something like a magnet keeping my soul here. Mysterious magnet.
Cosmo: Terakhir, apa harapan terbesar Anda untuk Indonesia?
Sacha: Indonesia sudah menjadi negara yang cantik apa adanya. Hanya saja, orang-orang Indonesia banyak yang memiliki orientasi kebarat-baratan dan ini membuat kekhasan Indonesia makin pudar. I hope Indonesian people can be more open minded. (Foto: Richard Gartodus. Penulis: Eunike Freskanta Bukit/IR. Wardrobe: BEBE.)