Shenina Cinnamon, Emir Mahira & Caitlin North Lewis Belajar Mencintai Diri Sendiri Lewat Film 'Dear David'

Giovani Untari 13 Feb 2023

Proses pendewasaan diri adalah bagian yang pasti dialami dalam fase kehidupan semua orang. Entah datang secara cepat atau lambat, proses tersebut membantu kita melihat dunia dengan perspektif baru serta berbeda dari sebelumnya. Momen pendewasaan diri juga ada kalanya mengantarkan kita pada piliha yang sulit, hal tak terduga, namun itulah bagian dari hidup yang tak bisa dielakkan begitu saja.


Berbicara tentang pendewasaan diri, sebuah film coming of age terbaru dari Netflix yaitu Dear David siap mengantarkan kita melihat dunia remaja dengan sudut pandang yang fresh dan menampilkan kompleksitas nyata atas realita apa yang terjadi saat ini. Film yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi tersebut akan membawa kita pada kisah Laras (Shenina Cinnamon) seorang murid SMA yang berprestasi dan juga seorang ketua OSIS. Suatu hari karena sebuah kesalahan tulisan fantasi tentang teman satu sekolahnya bernama David (Emir Mahira) di blog pribadinya tersebar. Hal ini membuat hidup Laras serta David berubah drastis. Di sisi lain ada sosok Dilla (Caitlin North Lewis) teman sekelas Laras yang sering mendapat image buruk karena perilakunya juga terpaksa ikut terlibat dalam masalah ini. Mampukah mereka bertiga mengatasi permasalahan yang sedang terjadi?

Good news! Cosmo berkesempatan untuk bertemu dengan tiga pemeran utama dalam film Dear David yaitu Shenina Cinnamon, Emir Mahira dan Caitlin North Lewis. Ketiganya siap 'membongkar' lebih dalam tentang karakter mereka di Dear David, serba-serbi saat syuting, serta bagaimana cara mereka dalam memandang pentingnya mencintai diri sendiri dan belajar melalui pendewasaan diri. 

Dear Cosmo Babes, time to scroll down~

Film bergenre coming of age selalu diminati karena membawa kita pada banyak memori di masa muda. Apakah ini yang membuat kalian tertarik mengambil proyek film Dear David?

Shenina: Saya merasa topik yang ada di Dear David belum pernah diangkat di sebuah film Indonesia. Padahal sebenarnya ini adalah topik yang banyak terjadi di kehidupan nyata. Untuk proses pendalaman karakter ternyata saya melihat banyak sekali remaja seumuran Laras yang pernah menulis atau membaca hal fantasi seperti itu. Saya ingin memainkan karakter yang banyak orang merasa related dengan sosoknya. Saya yakin banyak penonton Dear David yang akan related dengan sosok Laras dan sisi kompleks di dirinya.

Emir: Banyak hal yang membuat saya tertarik film ini. Salah satunya karena cerita Dear David yang menarik dan memiliki topik yang layak untuk dibicarakan terutama tentang masa pubertas, growing up dalam hal sexuality yang mana mungkin hal ini masih agak tabu untuk dibicarakan entah antara teman atau antara anak ke orangtua di Indonesia. Padahal ini adalah sesuatu topik yang pentin dan menjadi bagian dari hidup seseorang remaja. Dear David sendiri adalah film yang saya harap saya tonton saat dulu masih remaja.

Caitlin: Ketika saya membaca skrip Dear David untuk pertama kali, saya merasa karakter Dilla ini sungguh unik, berbeda dan sulit ditemukan di film Indonesia. Saya tidak bisa memberitahu kamu kenapa, haha.. Tapi saya bermain sebagai Dilla yang mengalami krisis identitas dan belajar mengeksplorasi segala emosi yang sedang dirasakannya. Ini membuat saya tertarik mengambil peran di film ini.

Busana, Sapto Djojokartiko.

 

Cosmo ingin mengenal karakter kalian satu persatu, bisa diceritakan di sini kalian berperan sebagai siapa dan apa sisi charming dari karakter yang kalian perankan?

Emir: David sebenarnya karakter yang cukup kompleks tapi relateable, that’s why i love David! Ia adalah remaja yang merasa bukan siapa-siapa. Jadi ketika Laras menulis blog tentang David dan tiba-tiba viral ini menjadi sebuah beban untuknya. David sebenarnya memiliki sisi anxiety di mana ia gampang resah atas suatu masalah yang terjadi. Tapi ia selalu stand out pada orang ya ia pedulikan dalam hidupnya, itu adalah hal yang saya suka. Sisi charming seorang David? Ia adalah pria muda yang memiliki beban saat menjadi seseorang yang bukan dirinya, saya rasa itu adalah hal yang semua orang mungkin pernah merasakannya.

Shenina: Laras adalah sosok siswi SMA yang cerdas, ia juga ketua OSIS, sangat suka belajar dan selalu juara. Ia punya goals tersendiri dalam hidupnya. Laras selalu ingin membuat orangtua bangga. Sosok yang mandiri meski rutinitas hariannya selalu sama. Pokoknya Laras selalu ingin selalu mengisi bagian penting di hidupnya. Tiba-tiba ia jatuh cinta dan dengan pria bernama David, sosok yang di sekolah mungkin orang sering tidak ngeh kalau ada yang namanya David, sampai tulisan fantasi Laras tentang David tersebar luas.

Caitlin: Dilla adalah adalah sosok perempuan muda yang sebenarnya lahir di keluarga kaya dan memiliki previlege dalam hidupnya tapi ia tidak sombong. Meski banyak teman sekelasnya yang merasa Dilla sombong, tapi sebenarnya ia hanya seseorang yang memang suka dengan kesendirian. Dilla adalah sosok yang pemalu dan sayangnya ini membuatnya sering dicap sombong. 

 

Film ini banyak melibatkan unsur fantasi dengan konsep visual yang juga versatile. Sebagai aktor dan aktris yang bermain di dalamnya, seperti apa cara kalian ikut berimajinasi dengan unsur fantasi di film ini? Apakah ada pendalaman khusus?

Shenina: Ini menarik sekali, sebab untuk peran Laras saat reading mas Lucky Kuswandi meminta saya ingin saya menulis cerita seperti yang dilakukan Laras. Saya harus menulis sekitar minimal 3 cerita yang berbeda untuk sosok David, haha... Saya rasa semua orang punya fantasinya masing-masing, dan ada orang yang hanya memikirkan atau mewujduknya ke dalam bentuk tulisan. Nah saya sepertinya bukan tipe yang menulis fantasi. Sedikit trivia Laras ini sebenarnya memang suka menulis tidak hanya tulisan fantasi semata, ia bercita-cita menjadi penulis.

Emir: Akting fantasi yang ada di pikiran Laras jelas berbeda dibanding biasanya. Saat berakting di bagian fantasi saya harus membuat gerakan yang lebih besar dan ekstrim karena ini adalah fantasi seseorang yang imajinasinya masih penuh gairah muda. Sedangkan sebagai David di kehidupan nyata, saya harus berakting senatural mungkin.

Caitlin: Di seluruh film Dear David, saya lebih banyak menggunakan seragam sekolah. Tapi di scene fantasi saya menggunakan pakaian yang unexpected. Kamu harus nonton filmnya, haha.. Itu adalah sesuatu yang berbeda, sebab Dilla di fantasi Laras adalah mimpi buruk untuknya!

Busana dan aksesori, Studio 133 Biyan.

 

Apakah ada pengalaman unik / tantangan tersendiri yang kalian rasakan saat syuting?

Caitlin: Mas Lucky Kuswandi secara mengejutkan meminta saya melakukan dance singkat. Saya sempat mengatakan saya bisa dan ternyata beliau tahu bahwa saya awalnya tidak terlalu percaya diri. Selama dua bulan sebelum syuting saya disuruh latihan muay thai dan ini hal yang menarik karena sebelumnya saya tidak pernah melakukan persiapan fisik tertentu sebelum syuting. Apalagi mengingat jika ini bukan film action. Tapi secara mental itu sangat membantu saya!

Shenina: Fun fact! Pakaian untuk karakter fantasi Laras itu aslinya cukup challenging dan memerlukan bantuan banyak orang untuk bisa menggunakannya sampai fit. Agar lebih glamour dan unsur fantasinya lebih terasa, para tim produksi film mengatur sedemikian rupa bagaimana makeup dan wardrobe-nya agar lebih grande. Bajunya benar-benar dibuat lebih kecil dari ukuran asli saya, haha... Makeup dan rambut Laras dibuat lebih megah sampai saya pakai wig. Saya juga harus potong rambut bob untuk karakter Laras. Tapi saya senang bisa bertemu dan bekerjasama dengan banyak orang di film Dear David

Emir: Semua momen di film ini terasa unik. Tapi yang paling memorable adalah saat scene saya harus berakting total untuk adegan momen anxious yang dialami David. Itu adalah salah satu akting tersebut cukup tricky sebab saya merasa punya tanggung jawab tersendiri saat menjalaninya. Saya juga belajar cara menanganinya agar tidak terlalu terbawa ke kehidupan nyata.

 

Bagaimana cara kalian membangun chemistry satu sama lain selama syuting?

Shenina: Di screen test terakhir saya baru akhirnya bertemu Emir dan ternyata kita berdua nyambung! Dari proses reading sampai produksi, chemistry yang terjalin mengalir begitu saja. Untuk Caitlin, ia adalah sosok yang seru jadi proses kami berakting lebih mudah. Kami bertiga juga punya energi dan tujuan yang sama sehingga saling memberikan satu sama lain untuk produksi ini. Selama syuting Dear David kami merasa seperti keluarga. Bahkan saling mencari satu sama lain kalau jika tidak ada scene bareng, haha..

Caitlin: Laras adalah sahabat baik saya di film ini. Jadi saya dan Shenina banyak berdiskusi mengenai peran kami dan mas Lucky juga banyak membantu. Selama persiapan syuting kita banyak jalan dengan bareng dengan para pemain. Sehingga pas syuting vibes family-nya sudah terbangun dengan baik.

Emir: Membangun chemistry dengan Shenina dan pemain lain tidak sulit karena kita saling profesional dalam menjalani produksi ini. Saya merasa Shenina selalu memasukkan effort dalam setiap scene yang kami mainkan, itu juga yangg membuat saya menghargai hal tersebut dan ikut berusaha memberikan yang terbaik juga untuk Shenina serta para lawan main saya di Dear David.

Kemeja dan celana; Studio 133 Biyan.

 

Apa pesan yang ingin kalian sampaikan lewat film ini kepada para penonton? Khususnya mungkin bagi para penonton yang berusia sama dengan para karakter kalian di film Dear David?

Caitlin: Saya ingin memberitahu bahwa menjadi dewasa bukanlah sebuah perjalanan singkat, kita akan banyak melalui ups and downs. Just be patient! Saya pun sedang belajar menjadi dewasa keluar dari fase remaja menuju awal 20-an. Dan semua hal memerlukan waktu, jadi bersabarlah.

Emir: Pada akhirnya hidup kita adalah milik diri kita sendiri. Jadi lupakan tentang ekspektasi orang lain kepada kita dan dikte-dikte atas apa hal yang seharusnya kita lakukan. Tidak ada yang salah menjadi diri sendiri selama itu tidak melukai dan merugikan orang lain. 

Shenina: Saya ingin mereka semua tidak takut untuk menjadi dirinya sendiri. Lewati saja semua proses yang ada untuk menjadi dewasa. Jangan pernah malu untuk mencoba hal baru karena jika menurut kalian benar tapi orang lain berkata sebaliknya, siapa tahu insting kalian yang benar.! Toh pada akhirnya semua kebahagiaan datang dari diri kalian sendiri. Jangan takut salah dan mundur mencoba hal baru karena itu adalah bagian dari kita menjadi diri sendiri. Di saat kalian merasa insecure lewati saja karena pasti ada titik terang dan cara untuk mencintai diri kalian lebih dalam lagi. Tiada hal yang salah dalam menjadi diri sendiri.

 

Siapa sih peran favorit kalian di film ini? Dan jika bisa bertukar peran karakter, siapa peran yang ingin kalian mainkan?

Shenina: Pertanyaan yang cukup sulit karena saya sangat suka Laras. Tapi saya akan memilih Dilla. Ia adalah sosok yang mandiri, vokal, blak-blakan! Saya suka karakter perempuan yang seperti ini.

Emir: Saya ingin menjadi Laras! Karena ia sosok yang gender transcendence dan relateable kepada semua orang. Semua karakter di sini unik dengan caranya tersendiri dan relateable

Caitlin: Kalau saya pria, saya akan memilih karakter David yang diperankan Emir. Karena ia tak hanya tampan tapi juga sosok siswa yang baik dan teladan. Ia juga seorang atlet yang tiba-tiba dunianya berubah karena suatu hal. Rasanya menarik mempelajari bagaimana karakter David.

Busana, Studio 133 Biyan; anting, H&M.

 

Karakter Laras adalah seorang penulis fantasi di blognya. Kalau bisa menulis sebuah cerita, kira-kira Shenina mau menulis genre apa?

Shenina: Genre action-romantic, haha... Atau superhero! Saya sebenarnya kagum dengan imajinasi para penulis di luar sana dengan ceritanya yang luar biasa. Bagi saya mereka keren dan saya terus mendukung mereka!


Cosmo rasa film ini juga tentang proses mencari jati diri. Apakah kalian juga sempat merasakan momen struggle mencari siapa diri kalian sebenarnya? Dan  bagaimana proses kalian menghadapinya?

Emir: Saya sempat merasa struggle tentang diri ketika masuk kuliah, sebab saya sempat ada di poin di mana tidak ada tujuan dalam hidup. Kemudian saya menonton film 2001: A Space Odyssey di sana saya akhirnya sadar bahwa kadang hidup mungkin tidak ada tujuannya. Tujuan hidup adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri. Dan itulah indahnya hidup. Tujuan hidup saya saat ini adalah ingin membuat orang bahagia dan menolong lebih banyak orang.

Shenina: Saya belajar untuk tak takut mencoba hal baru. Meski di saat itu juga pasti akan muncul rasa insecure dan mempertanyakan diri sendiri serta beberapa hal. Bahkan sampai sekarang saya juga kerap overthinking, “Apakah saya bisa memerankanya?” itu sering sekali terjadi. Tapi saya rasa itu adalah bagian dari proses berbicara dan mengenal diri sendiri serta belajar menguatkan.

Kalahkan semua overthinking dan insecure! Tetaplah menjadi diri sendiri yang ingin kamu tunjukkan ke semua orang selagi itu tidak merugikan orang lain. Saya ingin menunjukkan agar orang tidak takut mencoba hal baru dan takut menjadi dewasa.

Caitlin: Saya menemukan diri saya yang baru ketika lulus di usia 17 tahun dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Eropa. Saya dulu naif dan merasa sudah dewasa, namun ketika sendirian di negara orang saya akhirnya sadar bahwa selama ini saya tidak tahu apapun. Ternyata hidup sendiri adalah hal yang baik, sebab saya bisa belajar lebih mandiri dan memahami diri sendiri. Di awal tahun 2022 saya lebih belajar mengenai value diri saya dan moral yang akan saya pegang dalam menjalani hidup. Ini yang membuat saya akhirnya membuat banyak keputusan berdasarkan value dan sisi moral tersebut. Saya belajar juga menjadi sosok yang lebih dewasa lagi. 

Busana, Sapto Djojokartiko.

 

Jika bisa memberi pesan untuk karakter yang kalian mainkan, maka apa pesan yang ingin kalian sampaikan?

Shenina: "Dear Laras, aku selalu bangga dengan segala yang sudah kamu lakukan dan proses yang kamu lewati. Kamu keren banget! Sekarang kamu tahu kan apa yang sudah kamu lewati itu akan membawa kamu kemana? Apa yang kamu lewati pasti ada hasilnya bahwa semua prosesnya memang harus kita lalui dan terima. Dan jika apa yang kalian lakukan itu salah ya tidak masalah toh sebagai manusia kita tidak mungkin selamanya selalu benar.”

Emir: "Dear David, santai bro, haha..."

Caitlin: "Dear Dilla, jangan khawatir menghadapi pendapat orang lain dan tetaplah berani mengungkapkan kebenaran yang ada. Aku sangat kagum dengan sosok Dilla yang jujur.”

 

Sebutkan 3 kata untuk menggambarkan film ini?

Emir: Relateable, compassionate, dan acceptance.

Shenina: Fantasi, cinta, dan acceptence!

Caitlin: Modern, sentimental, heart-warming!

 

Busana, Sapto Djojokartiko.

 

Terakhir, berikan alasan mengapa kita harus menonton film Dear David...

Shenina: Saya rasa mereka yang menonton dari teasernya pasti udah tahu bahwa film ini akan berbeda dari film coming of age lainnya. Bahwa saat ada perempuan muda yang jatuh cinta dan dianggap salah oleh dunianya dan di mana blog fantasinya untuk dirinya sendiri tersebar itu adalah hal yang tidak biasa untuk difilmkan. Saya ingin agar orang yang menonton walau mungkin mereka tidak related pada bagian fantasinya, tetapi di sini ada banyak pembelajaran tentang proses penerimana diri. Mereka akan ditemani oleh Laras. Kita bersama-sama belajar untuk mulai menerima dan mencintai diri sendiri tanpa harus memikirkan opini orang lain.

Emir: Sebagai pemain saya merasa cukup ‘kena banget’ dengan pesan yang ada di film ini serta seperti apa para remaja dengan kompleksitas masalahnya. Bagi para remaja yang menonton Dear David, semoga film ini bsa membantu mereka untuk lebih mengerti dirinya sendiri. Jika mereka sudah melalui masa remaja seperti saya, semoga film ini bisa menyelesaikan masalah yang belum selesai sebelumnya.

Caitlin: Karena Emir Mahira menggunakan kostum yang unexpected dan belum pernah ada di film lainnya!

 

Busana, Sapto Djojokartiko.

 

 

Photographer: Hadi Cahyono
Fashion Stylist: Dheniel Algamar
Text: Giovani Untari 
Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang
Assistant Fashion Stylist: Zhania Siti Taqiyya
Makeup: (Shenina & Emir) Yosefina Yustiani @beautybyyusti, (Caitlin) Indah Shafyra @indah.shafyra
Hair: Jovita Liana Dewi @jovitahairwizard

Special thanks to: Netflix Indonesia