Cara Mudah Untuk Memaafkan dan Melupakan Kesalahan Pasangan
"Forgive but not forget" Kalimat ini sering diucapkan, terutama ketika seseorang selingkuh—baik secara fisik maupun emosional.
Tapi percaya atau tidak, memaafkan dan melupakan seseorang yang telah menyakiti kita itu mungkin untuk dilakukan.
Hanya saja, butuh banyak waktu dan usaha untuk mengembalikan kepercayaan yang pernah ada dalam hubungan. Kalau kamu benar-benar ingin sembuh dan move on dari masalah, ada beberapa hal yang perlu diingat.
Jangan terburu-buru dalam memaafkan
Banyak orang mencoba mempercepat proses ini dengan berkata, "Aku sudah memaafkan," atau "Udah nggak apa-apa," hanya karena ingin mengakhiri pertengkaran secepat mungkin.
Fake it till you make it, kan? Berpura-pura sudah melupakan, berharap semuanya bisa kembali seperti semula. Tapi, menekan perasaan bukanlah solusinya.
Suatu saat, ada hal yang memicu emosi itu muncul kembali, dan semuanya akan meledak. Hal ini bisa menyebabkan kebingungan dan memperburuk keadaan.
Jadi, izinkan dirimu merasakan semuanya—marah, kecewa, sakit hati—tanpa terburu-buru untuk memaafkan.
Coba lihat dari sudut pandang mereka
Saat emosi memuncak, menyalahkan seseorang terasa lebih mudah. Tapi kalau dipikir lagi, kamu memilih bersama dia karena alasan tertentu.
Dia nggak mungkin sepenuhnya buruk—meskipun telah melakukan kesalahan besar. Ada banyak hal baik yang pernah dia lakukan, kan?
Satu kesalahan tidak langsung menghapus semua kebaikan itu.
Maafkan dirimu sendiri
"Kenapa aku nggak sadar?" atau "Aku seharusnya tahu dari awal," atau "Aku bodoh banget." Pikiran-pikiran ini sering muncul saat kamu sedang terpuruk.
Kadang, rasa lelah karena marah pada seseorang berubah menjadi marah pada diri sendiri, dan ini lebih menyakitkan. Ingat, kamu bukan penyebab tindakan orang lain.
Kalau kamu belum siap untuk memaafkan dan mencintai orang yang menyakitimu, setidaknya belajarlah untuk lebih mencintai dirimu sendiri.
Lepaskan rasa dendam
Carrie Fisher pernah berkata, "Dendam itu seperti racun yang kita telan, berharap orang lain yang mati." Rasa dendam hanya akan membuatmu terjebak dalam lubang yang sulit keluar. Ini karena kamu memberi orang lain kendali atas emosimu.
Salah satu cara melepaskan dendam adalah berhenti merumitkan masalah. Pernah sadar tidak, ada hari di mana kamu tiba-tiba merasa lebih baik?
Tapi perasaan negatif itu kembali muncul saat kamu dengan sengaja mengingat-ingat kejadian buruk yang sudah berlalu?
Itu namanya rumination—kebiasaan mengulang-ulang pikiran negatif. Kamu bisa melatih diri untuk berhenti melakukannya dengan fokus mencari solusi daripada terus-menerus memperbesar masalah.
Maafkan orang yang menyakitimu
Memaafkan itu bentuknya berbeda bagi setiap orang dan setiap situasi. Kalau kamu memutuskan untuk memaafkan seseorang, bukan berarti kamu harus tetap menjaganya dalam hidupmu.
Memaafkan berarti melepaskan amarah dan memilih untuk tidak terjebak dalam emosi negatif. Di sini, rasa kasih juga berperan.
Dan akhirnya, lupakan
Ini bukan berarti benar-benar melupakan kejadian tersebut, tapi move on. Misalnya, dalam kasus perselingkuhan: kalau kamu memutuskan untuk memaafkan pasangan dan memberi hubungan kalian kesempatan kedua, itu berarti kamu nggak akan mengungkit-ungkit kejadian itu setiap kali kalian bertengkar. Karena kalau masih terus diungkit, kamu belum memaafkan namanya.
Saat kamu melempar kesalahan lama seseorang ke wajahnya setelah mengklaim telah memaafkan dan melupakan, maka itu hanya akan menciptakan ketegangan.
Pasanganmu mungkin berpikir, "Apa dia benar-benar akan memaafkanku?" atau "Apakah setiap pertengkaran akan selalu kembali ke kesalahanku dulu?"
Karena kenyataannya, kalau hubungan kalian masih berlanjut selamanya, pasti akan ada kesalahan lain yang terjadi. Dan itu adalah hal yang wajar—karena kita semua hanya manusia.
(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan PH / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis/Salsa Meilivia/ Image: Doc. Photo by istockphoto on Cosmopolitan PH).