Kenapa Kita Sering Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup? Ternyata Ini Penyebabnya

Redaksi 2 08 Feb 2025

Tidur cukup sering dianggap sebagai solusi utama untuk menghilangkan rasa lelah. Tapi, banyak orang masih merasa kurang fresh meski sudah tidur dalam durasi yang disarankan, yaitu 7-9 jam per malam.

Merasa lelah meski sudah tidur cukup bisa menjadi tanda bahwa tubuh dan pikiran kita belum sepenuhnya mendapatkan istirahat yang berkualitas. Yups, tidur yang cukup secara durasi tidak berarti tubuh benar-benar beristirahat.

Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan fenomena ini, simak yuk!

1. Kualitas Tidur yang Buruk

Tidur bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas. Banyak orang mengira bahwa selama mereka tidur dalam durasi yang cukup, mereka akan merasa segar saat bangun. Namun, kenyataannya, gangguan tidur seperti tidur yang terfragmentasi (sering terbangun di malam hari), sleep apnea, atau kurangnya tidur dalam fase tidur dalam (deep sleep) bisa membuat tubuh tetap merasa lelah.

Sebuah studi dari Journal of Clinical Sleep Medicine (2020) menyebutkan bahwa seseorang yang sering mengalami gangguan tidur, entah karena faktor lingkungan, kebiasaan buruk sebelum tidur, atau kondisi medis tertentu, cenderung mengalami kelelahan di siang hari, meskipun mereka tidur cukup lama.

Selain itu, paparan cahaya biru dari layar ponsel sebelum tidur bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, tidur menjadi lebih dangkal dan tidak memberikan efek pemulihan yang optimal.

Jadi, menjaga kebersihan tidur (sleep hygiene), seperti menghindari kafein sebelum tidur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan memiliki rutinitas tidur yang konsisten, sangat penting untuk memastikan tidur yang berkualitas.

2. Gangguan Kesehatan dan Ketidakseimbangan Hormon

Rasa lelah yang terus-menerus juga bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan, terutama jika kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang.

Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan kelelahan kronis meski sudah tidur cukup, antara lain adalah anemia, hipotiroidisme, diabetes, serta gangguan autoimun seperti sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome).

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology (2021) menemukan bahwa ketidakseimbangan hormon, terutama yang berhubungan dengan fungsi tiroid dan resistensi insulin, dapat mengganggu metabolisme tubuh dan menyebabkan perasaan lelah yang berkepanjangan. Ketika hormon tidak seimbang, tubuh akan kesulitan mengatur energi dan mempertahankan tingkat kewaspadaan di siang hari.

Jadi, jika seseorang merasa lelah terus-menerus meskipun tidur cukup, penting untuk memeriksakan kondisi kesehatannya melalui tes darah atau konsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan yang mendasari.

3. Faktor Psikologis dan Kelelahan Mental

Banyak orang tidak menyadari bahwa kelelahan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga bisa bersumber dari aspek psikologis dan mental. Stres, kecemasan, dan depresi adalah beberapa faktor utama yang bisa menyebabkan seseorang merasa lelah sepanjang waktu, bahkan setelah tidur cukup.

Penelitian dari Psychological Medicine (2022) menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres kronis atau gangguan kecemasan sering memiliki pola tidur yang tidak optimal, termasuk mimpi yang mengganggu, peningkatan hormon kortisol saat tidur, serta kualitas tidur yang menurun.

Kelelahan mental juga bisa disebabkan oleh tekanan kerja, konflik emosional, atau beban pikiran yang terus-menerus. Ketika otak terus bekerja tanpa istirahat yang cukup, tubuh pun ikut merasakan dampaknya.

Untuk mengatasi hal ini, penting bagi seseorang untuk mengelola stres dengan baik, bisa melalui meditasi, olahraga, atau terapi psikologis. Mengatur keseimbangan antara kerja dan istirahat dan memberikan waktu bagi otak untuk relaksasi juga merupakan langkah penting dalam menjaga energi tubuh tetap optimal.