Deretan Label Fashion yang Sering Melakukan Pergantian Creative Director

Rayoga Akbar 12 Feb 2025

Tahun 2025 menjadi tahunnya pergantian desainer. Gucci menjadi rumah mode lainnya yang mengalami pergantian kursi creative director tahun ini. Secara mengejutkan Gucci mengumumkan mundurnya Sabato de Sarno pada 6 Februari 2025 lalu. Keduanya tak menyebutkan alasan di balik keputusan tersebut.

Sabato sendiri baru memangku jabatan tersebut selama sekitar satu setengah tahun. Terlampau cepat untuk label berskala masif sekelas Gucci. Pergantian kursi creative director adalah hal yang sudah umum terjadi dan mungkin fase pergantiannya kini semakin cepat. 

Awalnya peran seorang creative director adalah untuk memperbarui citra dari label yang mereka pimpin agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Apalagi kebanyakan para jenama ini sudah eksis lebih dari puluhan hingga ratusan tahun. Karl Lagerfeld, Tom Ford, Phoebe Philo, dan Jonathan Anderson menjadi contoh terbaik ketika seorang desainer sukses merevitalisasi sebuah jenama.

Karl Lagerfeld menghidupkan kembali Chanel dengan membuat setelan tweed ikonisnya menjadi lebih muda. Lalu Tom Ford menginjeksi gaya seksi untuk Gucci yang sebelum kehadirannya terancam bangkrut. Phoebe Philo meredefinisi gaya minimalis di Celine. Dan Jonathan Anderson membawa Loewe menjadi brand paling populer selama lima tahun terakhir. 

Kehadiran fast fashion dan perkembangan media sosial menuntut desainer untuk terus memutar otak agar bisa membaca selera pasar dengan cepat. Hal tersebut juga berdampak pada penjualan. Akibatnya, performa seorang desainer tak hanya diukur berdasarkan kreativitas melainkan angka penjualan. 

Lesunya penjualan bukan berarti sang desainer tak punya kapabilitas dalam hal bisnis. Para petinggi di brand bersangkutan juga perlu lebih kritis ketika menyeleksi desainer serta mempersiapkan sarana dan prasarana secara matang. Adakah sosok yang mereka inginkan memang sesuai dengan DNA brand? Siapkah para konsumen dengan perombakan total desain? 

Sejatinya mode memang bersifat dinamis. Perubahan tren dan selera pasar memang sudah menjadi hakikatnya dan memaksa semua para pelakunya juga untuk beradaptasi lebih cepat lagi agar bisa relevan dengan perkembangan zaman.

Di satu sisi, kini seorang desainer juga punya pilihan lain. Ia tak perlu memangku jabatan creative director hingga akhir hayat seperti mendiang Karl Lagerfeld. Phoebe Philo memilih mundur dari Celine di saat sedang di puncak karier dan memilih membangun brand sendiri. 

Mereka yang sukses membangun brand sendiri bahkan tak sungkan untuk meninggalkan bisnisnya tersebut seperti Helmut Lang yang memilih menjadi seniman, Dries Van Noten yang pensiun, dan duo Jack McCollough dan Lazaro Hernandez yang mundur dari Proenza Schouler-kabarnya keduanya telah direkrut oleh brand lain untuk menjadi creative director.

Berikut adalah sejumlah label fesyen yang sering melakukan pergantian creative director.


Lanvin

Lanvin

Lanvin merupakan rumah mode tertua saat ini. Telah berusia 136 tahun, tak heran jika rumah mode ini juga telah banyak melakukan pergantian desainer. Peter Copping menjadi desainer ke-21 yang menjabat sebagai creative director rumah mode ini.

Baru melakukan debut pada Januari 2025 lalu, Copping yang sebelumnya juga menjadi creative director Nina Ricci dan Oscar De La Renta, menghadirkan kreasi yang terinspirasi dari era 1930-an.


Chloé

Chloé

Berdiri pada tahun 1952, di era ketika haute couture masih mendominasi dunia mode, Gaby Aghion selaku pendiri justru berfokus pada busana siap pakai. Ia menawarkan kreasi busana yang kasual. Tercatat sudah sepuluh desainer yang pernah bekerja untuk label ini. Seperti diantaranya, Karl Lagerfeld, Stella McCartney, Phoebe Philo, dan kini Chemena Kamali.


Nina Ricci

Nina Ricci

Feminin dan klasik menggambarkan karakter desain Nina Ricci. Dalam perjalanannya, label yang berdiri sejak tahun 1932 ini sudah merekrut sebelas creative director. Masing-masing menginjeksi garis desain mereka sendiri. 

Seperti Olivier Theyskens menghadirkan gaya yang feminin dan edgy. Peter Copping menampilkan nuansa sensual dan romantis. Duo Rushemy Botter dan Lisi Herrebrugh bereksperimentasi dengan gaya yang kontemporer dan maskulin. 

Dan yang terbaru adalah Harris Reed yang berfokus pada rancangan yang dramatis dan inklusif dalam hal ukuran.


Balmain

Balmain

Sudah delapan desainer yang menjabat creative director rumah mode Balmain. Sang pendiri Pierre Balmain ketika memulai bisnisnya pada tahun 1945 menghadirkan kreasi yang klasik dan elegan. Namun para penerusnya justru lebih berani bereksplorasi.

Seperti Christophe Decarnin yang membuat heboh dunia mode pada tahun 2011 dengan rancangannya yang bergaya punk. Di mana ia menghadirkan kaus bolong, jaket kulit berhiaskan spikes dan peniti, serta celana bersiluet ketat. Kini Olivier Rousteing selaku creative director memilih gaya yang glamor dan playful


Givenchy

Givenchy

Givenchy menjadi rumah mode yang cukup sering mengalami perubahan desain. Salah satu kreasi paling ikonis sekaligus menggambarkan karakter desain Hubert de Givenchy adalah gaun hitam yang dipakai Audrey Hepburn di film Breakfast At Tiffany’s (1961).

Selepas mendiang Hubert pensiun pada tahun 1995, rumah mode ini sudah tujuh kali melakukan pergantian creative director. Mereka adalah John Galliano, Alexander McQueen, Julien MacDonald, Riccardo Tisci, Clare Waight Keller yang juga merancang gaun pengantin Meghan Markle, Matthew Williams, dan kini posisi tersebut dijabat oleh Sarah Burton. 

Menariknya, sebelum bergabung dengan Givenchy, Sarah Burton merupakan creative director label Alexander McQueen. Desainer asal Inggris tersebut baru akan mempresentasikan koleksi debutnya pada Maret 2025. 


Celine

Celine

Label yang sudah eksis sejak tahun 1945 ini juga menjadi salah satu yang sering mengalami perubahan garis desain. Celine awalnya berfokus pada bisnis sepatu anak-anak. Baru pada era 1960-an, Celine dan Robert Vipiana yang merupakan pasangan suami istri, memutuskan untuk berekspansi ke pakaian dan aksesori perempuan lewat desain yang kasual dan fungsional.

Terlepas dari seringnya pergantian creative director, minimnya identitas historis dari brand bentukan Celine dan Richard Vipiana ini juga membuat setiap desainer bisa dengan bebas menginjeksi garis desain mereka. Hingga sekarang ini sudah ada tujuh desainer yang menakhodai label ini. 

Mereka adalah Peggy Huynh Kinh, Michael Kors dengan gaya glamornya, Roberto Menicetti, Ivana Omazic, Phoebe Philo, Hedi Slimane, dan Michael Rider yang baru ditunjuk tahun lalu. 

Phoebe Philo dan Hedi Slimane menjadi dua nama yang sukses mentransformasi Celine. Sekalipun garis keduanya saling bertolak belakang, Philo lebih minimalis dan modern sementara Slimane berfokus pada perpaduan gaya klasik dan rebel.

Michael Rider yang sebelumnya merupakan bagian dari tim Phoebe Philo, baru akan mempresentasikan koleksinya pada musim semi tahun ini. Banyak yang memprediksi bahwa ia akan membawa kembali Celine ke era Phoebe Philo.