Alasan Kita Menyukai Reality Show tentang Percintaan, Hopeless Romantic or Entertaining?
You can find love in the most unexpected places. Tinder? Bumble? No. But in reality shows. Kini reality show bukan hanya tentang kehidupan selebriti atau kompetisi memasak tapi juga kompetisi mencari cinta.
Tentu ini bukan kali pertama konsep kompetisi bertemakan pencarian cinta atau social experiment mengenainya hadir di televisi. Namun jika dulu hanya berfokus pada seputar seorang pria atau perempuan menyeleksi sejumlah kandidat untuk menemukan pasangan yang tepat -we talked about the pre-tinder era here, Cosmo Babe- kini konsepnya lebih beragam.
Sebut saja salah satu yang ramai diperbincangkan adalah Love Is Blind. Di mana tiap kontestan diajak saling mengenal satu sama lain lewat obrolan dengan tanpa melihat wujud fisik masing-masing.
Selain itu adalah Single’s Inferno yang mengemas pencarian cinta bukanlah hanya tentang kecocokan semata tapi juga tentang ambisi dan kemenangan.
Semakin banyaknya bermunculan acara serupa menandakan antusias publik terhadapnya. Lantas mengapa kita begitu menyukai ajang pencarian cinta? Are we that hopeless romantic? Well not at all. Berikut sejumlah alasannya.
Finding the meaning of love
Jika para kontestan reality show sibuk mencari pasangan cinta, maka alasan mengapa kita menonton mereka adalah pencarian dari definisi cinta itu sendiri. As cliche as it sounds, kita selalu tertarik untuk belajar mengenai cinta bukan?! Semisal dari menonton film atau membaca novel. Bahkan sekalipun bacaan yang kita tonton adalah bukanlah novel romantis. Unsur percintaan selalu jadi plot menarik.
Seperti ditegaskan Dr. Helen Fisher, peneliti senior dari Kinsey Institute dan penulis buku Anatomy of Love. “Selama jutaan tahun, manusia telah mengamati orang lain untuk mendapatkan petunjuk tentang cara hidup. Kita sangat termotivasi untuk menemukan pemahaman akan cinta bahkan hingga mencarinya dari sesuatu yang artifisial seperti novel dan drama,” ujarnya seperti dikutip dari Good Housekeeping.
It’s so entertaining
Meski tema besar acaranya adalah mengenai pencarian cinta, nyatanya sebuah dating show tak selalu menampilkan plot yang romantis. Malah cenderung banyak drama, dan hal ini pula yang jadi daya tarik lainnya.
“Mereka merupakan kombinasi dari berbagai elemen, ada unsur sebagian dari realita televisi, soap opera, dan permainan yang mana menggabungkan unsur fiksi dan non fiksi, karakterisasi, hubungan, melodrama, persaingan dan aspirasi yang sangat kuat,” terang Dr Karen McNally, dari American Film, Television and Cultural History London Metropolitan University seperti dikutip dari Cosmopolitan UK.
Beyond the ‘matched’
Kepopuleran acara dating show juga dapat merefleksikan bagaimana perubahan sosial terkait konsep sebuah hubungan.
“Pasang surutnya genre TV sebagian besar dipengaruhi oleh respon penontonnya. Namun di balik tren tersebut seringkali terdapat perubahan budaya yang membuatnya jadi semakin menarik,” terang Dr. McNally.
Semisal saja jika dulu kita mencari pasangan di aplikasi kencan hanya bergantung pada hasil ‘matched’, maka kali ini kita mulai mempertimbangkan faktor lain. Kita ingin mengenal lebih dalam dari calon pasangan. Secara tidak langsung kita mungkin menjadi lebih selektif.
We could see ourselves
Karena konsepnya reality show, maka para kontestannya pun berasal dari kalangan non selebriti. Tak jarang dari segi karakter atau plot drama yang hadir cukup relate dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dianggap jadi daya tarik lain dari dating show.
Learning about possibilities
Lewat acara dating show kita bisa melihat bahwa bisa memiliki pasangan adalah keinginan yang lumrah dan banyak diidamkan. Akui saja kadang kita merasa gengsi untuk mengakuinya.
Seperti disinggung sebelumnya, menonton dating show mungkin sama dengan menikmati film rom-com. In the end it gives us hope to find the one.
Namun sebuah reality dating show juga tak selalu berujung happy ending. But hey, amidst the drama and the possible sad ending, para kontestannya tetap berusaha menikmati waktu mereka. Entah itu di sebuah tempat terpencil, resort mewah, atau rumah tertutup.
And that’s the point. Mencari cinta memang tak mudah dan penuh drama, but we could still have a good time with ourselves.
Teks: Malcolm R, Foto: Netflix, Freepik