Kanker Kolorektal: Silent Killer yang Harus Kamu Waspadai
Di tengah kesibukan multitasking antara karier dan kehidupan pribadi, banyak perempuan mengandalkan makanan cepat saji sebagai solusi praktis. Rasanya enak, mudah didapat, dan bisa jadi bentuk self-reward setelah hari yang panjang. Tapi, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal, salah satu penyakit yang sering kali datang tanpa gejala? Yes, it’s a silent killer.
Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat
Kanker kolorektal terjadi di usus besar dan rektum, dan sayangnya, gejalanya sering kali baru muncul saat kondisi sudah cukup parah. Menurut dr. Muhamad Yugo Hario Sakti Dua, Sp.PD-KGEH, ada beberapa tanda yang harus kamu perhatikan:
- Perdarahan dari dubur
- Noda darah atau lendir pada tinja
- Sering merasa ingin BAB tapi tidak tuntas
Siapa yang Berisiko?
Selain faktor genetik dan riwayat keluarga, ada beberapa kebiasaan yang bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal, seperti:
- Pola makan tinggi lemak, rendah serat
- Konsumsi makanan olahan dan daging merah berlebihan
- Kurang aktivitas fisik
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
- Obesitas atau diabetes
Pentingnya Skrining Sejak Dini
Menurut American Cancer Society, skrining kanker kolorektal sebaiknya dimulai dari usia 45 tahun, atau lebih awal jika kamu memiliki faktor risiko. Dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD-KGEH menyarankan prosedur kolonoskopi untuk deteksi dini. Ada dua metode yang bisa kamu pilih:
- Kolonoskopi Konvensional: Menggunakan alat endoskopi yang dimasukkan melalui dubur untuk melihat kondisi usus besar secara langsung.
- Virtual Kolonoskopi: Alternatif yang lebih nyaman karena hanya menggunakan sinar-X dosis rendah untuk menghasilkan gambaran 3D dari usus besar.
Dengan kemajuan teknologi medis, deteksi kanker bisa dilakukan lebih mudah dan nyaman. No more excuses untuk menunda pemeriksaan, ya.
Bagaimana Jika Terdiagnosis?
Kalau kanker kolorektal sudah terdeteksi, jangan panik! Ada berbagai metode pengobatan yang bisa dilakukan, tergantung pada stadium dan kondisi kesehatan pasien. Dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B-KBD menjelaskan bahwa prosedur pembedahan bisa dilakukan secara laparoskopi (minim sayatan) atau laparotomi (operasi terbuka). Selain itu, terapi seperti kemoterapi dan radioterapi juga bisa menjadi pilihan.
Dr. Rio Andreas, Sp.B, SubSp.BD(K) menambahkan bahwa jika kanker ditemukan pada stadium awal, peluang kesembuhan jauh lebih tinggi. So, semakin cepat dideteksi, semakin besar kemungkinan untuk sembuh total!
Jangan Ditunda, Lakukan Pemeriksaan Segera
Jika kamu mengalami gejala mencurigakan atau memiliki faktor risiko, segera konsultasikan dengan dokter. Mayapada Hospital menyediakan layanan lengkap untuk pemeriksaan dan perawatan kanker kolorektal di Gastrohepatology Center. Dengan teknologi medis terkini dan tim dokter spesialis yang kompeten, kamu bisa mendapatkan perawatan terbaik tanpa perlu khawatir.
Untuk kemudahan akses, kamu bisa menggunakan aplikasi MyCare dari Mayapada Hospital. Dari booking jadwal pemeriksaan, telekonsultasi dengan dokter, hingga fitur darurat, semuanya bisa dilakukan dalam satu aplikasi. Plus, kamu juga bisa mengakses berbagai tips kesehatan dan mendapatkan reward point yang bisa digunakan untuk layanan kesehatan!
So, jangan abaikan kesehatanmu, ya! Mulai perhatikan pola makan, aktif bergerak, dan jangan ragu untuk melakukan skrining. Karena kesehatan usus besar yang terjaga = masa depan yang lebih cerah.
(Nadhifa Arundati / Image: Dok. Pexels by Andrea Piacquadio)