Female Rage: 8 Playlist Lagu Powerful Untuk Perempuan Berdaya!

Redaksi 27 Mar 2025

Ada sesuatu yang membebaskan tentang memutar lagu untuk menyalurkan rasa frustrasi dan amarah kita. Selama berabad-abad, perempuan diharapkan untuk menekan emosi mereka-untuk tetap tenang, tenteram, dan tidak mudah terguncang. Di dunia yang menuntut ketenangan yang konstan, mengekspresikan kemarahan sering kali dianggap sebagai “overreacting” atau “being dramatic.”  

Tetapi perasaan tidak seharusnya dipendam, dan musik selalu menjadi ruang di mana emosi dapat keluar tanpa ditahan. Lagu-lagu female rage memberi kita jalan keluar untuk mengeluarkan semuanya, termasuk merangkul kemarahan dan menghancurkan tembok-tembok yang kita bangun di sekelilingnya.

Mari kita masuk ke dalam dunia yang menggetarkan dari lagu-lagu female rage.

 

1.   Labour – Paris Paloma

Jika kamu menggunakan TikTok, kamu mungkin pernah mendengar Labour, sebuah lagu tentang beratnya beban (labour) emosional dan fisik yang ditanggung perempuan. Lagu ini melambangkan female rage, yang beresonansi kuat dengan para pendengarnya sebagai lagu anthem feminisme modern. Liriknya yang puitis menggambarkan perjuangan perempuan dari generasi ke generasi dan membangkitkan kemarahan yang diturunkan dari ibu kita.

“All day, every day, therapist, mother, maid” adalah jeritan kolektif dari perempuan yang lelah dengan ekspektasi yang tidak adil. Liriknya begitu mengena sehingga banyak perempuan menyerapnya effortlessly, bernyanyi bersama seolah-olah kata-kata itu selalu ada dalam diri kita.

 

2.   Bad Reputation – Joan Jett

Jauh sebelum gelombang lagu-lagu anthem rage modern, ada Joan Jett, the original rebel. Bad Reputation tetap menjadi salah satu lagu rage paling ikonis sepanjang masa. Lagu ini adalah jari tengah bagi siapa pun yang mencoba mendikte bagaimana seorang perempuan harus bersikap. “I don’t give a damn about my reputation,” ia berteriak, menolak semua label yang dilemparkan padanya.

Lagu ini adalah pemberontakan murni tanpa filter-sebuah deklarasi bahwa seorang perempuan tidak perlu bersikap baik, manis, atau taat untuk bisa exist. Puluhan tahun kemudian, pesannya masih tetap kuat: perempuan berhak untuk embrace sisi mereka yang keras, berantakan, dan tidak meminta maaf.

 

3.      The Blade – AURORA

AURORA tidak hanya bernyanyi tentang female rage, dia menjadi female rage itu sendiri. Seperti rage room di mana kita membiarkan kemarahan kita bebas, The Blade adalah perwujudan sonik dari membebaskan diri, yang pada akhirnya membiarkan diri kamu merasakan beban kemarahan mu sendiri. Liriknya yang penuh intensitas, dipadukan dengan suaranya yang fierce, benar-benar membuatmu “feel the rage”. Lagu ini merupakan pengingat bahwa kemarahan, jika dimanfaatkan dengan baik maka akan sama kuatnya dengan kekuatan yang mencoba membungkamnya.

 

4.      King – Florence + The Machine

Tidak ada playlist female rage yang lengkap tanpa Florence + The Machine. Florence tidak asing dengan kemarahan, tetapi King adalah jenis kemarahan yang berbeda, sebuah kesadaran yang perlahan-lahan muncul tentang apa artinya menjadi seorang perempuan di dunia yang mengharapkan pengorbanan. 

King adalah lagu anthem untuk setiap perempuan yang telah diberitahu bahwa dia tidak bisa menjadi kuat dan feminin, untuk setiap perempuan yang dipaksa untuk memilih antara ambisi dan ekspektasi. Florence menolak untuk memilih. “I am no mother, I am no bride—I am King.” Gelar itu sendiri adalah sebuah pemberontakan. Bukan Queen. Bukan Princess. King.

 

5.      I Spit on Your Grave – ZAND

Jika balas dendam memiliki soundtrack, maka inilah lagunya! ZAND menyalurkan kemarahan para survivor yang menolak untuk dibungkam atau ditundukkan. I Spit on Your Grave membongkar konsep victimhood, mengubahnya menjadi pembalasan yang brutal.

Dengan lirik seperti “So when you see my face, remember to run,” lagu ini membalikkan dinamika kekuatan antara victim dan abuser. Lagu ini berantakan, brutal, dan merupakan jeritan yang necessary bagi setiap perempuan yang pernah diberitahu untuk “deal with it.”

 

6.      Wings – ILUKA

Dari pembukaannya, ILUKA mengingatkan kembali pesan-pesan yang selalu diberikan kepada para perempuan: “Know your place, this ain't your world” dan “If you dress like that, then you're asking for it.” namun ILUKA menolak, jawabannya tegas dan unapologetic: “Fuck it.”

Wings adalah deklarasi perang melawan kekuatan yang mencoba menggunting sayap perempuan. Ini adalah pengingat bahwa seberapa sering pun mereka mencoba menjatuhkan kita, kita akan bangkit kembali dan terbang tinggi melewati mereka yang mencoba mengurung kita.

 

7.      Man’s World – MARINA

Man's World adalah sebuah protes yang menentang misogyny yang terjalin dalam sejarah. “Burnt me at the stake, you thought I was a witch / Centuries ago, now you just call me a bitch.” Baris ini memperjelas bahwa misogyny belum hilang, hanya berubah bentuk. Perempuan yang menentang kekuasaan masih dihujat, hanya dengan cara yang baru.

Pada saat MARINA menyatakan, “I don't wanna live in a man's world anymore,” kata-katanya terasa kurang seperti keluhan dan lebih seperti sebuah battle cry. Lagu ini tidak hanya mengekspresikan kemarahan, ia menuntut perubahan, memberikan suara kepada semua yang lelah untuk sekadar bertahan hidup di dunia yang tidak pernah dibangun untuk mereka.

 

8.      You Don’t Own Me – Lesley Gore

Dirilis pada tahun 1963, di era ketika perempuan diharapkan untuk tunduk, suara Gore terdengar sebagai tantangan terhadap male control: “I’m young, and I love to be young / I’m free, and I love to be free.” Yang membuat You Don't Own Me begitu kuat adalah kemarahannya yang terkendali. Tidak ada permohonan, tidak ada kompromi, hanya pernyataan yang tegas dan tak tergoyahkan tentang kebebasan. Lagu ini menolak sikap posesif, menolak gagasan bahwa identitas seorang perempuan harus ditentukan oleh ekspektasi pria.

 

Lagu-lagu ini membuktikan bahwa kemarahan tidak hanya valid, tetapi juga sangat penting. Entah kamu sedang menghadapi patah hati, ketidakadilan, atau hanya ingin melepaskan beban dunia, lagu-lagu ini memberikan kamu izin untuk berteriak, menangis, dan merebut kembali kekuatanmu. Jadi, lain kali jika kamu ingin mengeluarkan semuanya, naikkan volume dan biarkan musik berbicara untuk kamu and feel the rage.