Simak Keseruan Tame Impala Di The Lawn Dan Berkenalan Dengan Tai Buddha Co-Founder Project : Black
Pada tanggal 29 Maret 2024, The Lawn sebuah beach club ternama di area Canggu, Bali menggelar acara musik akbar dengan menghadirkan musisi asal Australia, Tame Impala. Gelaran yang mengundang antusiasme turis baik lokal maupun internasional ini berlangsung dengan meriah. Penasaran seperti apa? Simak keseruannya!
Festival musik di Bali selalu menjadi acara yang dinantikan tak hanya oleh para turis lokal namun juga untuk turis mancanegara. Project : Black, perusahaan yang menaungi sejumlah restoran dan beach club ternama di Bali salah satunya adalah The Lawn, Single Fin, Times Beach Warung, Skool Kitchen, dan beberapa nama lainnya terkenal sering menyuguhkan sesuatu yang berbeda untuk music scene di Bali. Kehadiran Kevin Parker sang musisi bertalenta di balik Tame Impala pun jadi sesuatu yang baru dan sangat ditunggu.
Meskipun tiket telah habis terjual jauh sebelum event ini diadakan, tetap saja tampak deretan antrian panjang di depan The Lawn tepat jam tiga sore hari. Cosmo pun bertanya apakah masih tersedia tersedia tiket di hari tersebut? Ternyata sisa tiket yang dijual sudah tidak banyak lagi, sayang sekali sepertinya akan ada banyak penggemar Tame Impala yang kecewa tidak dapat menyaksikan aksi DJ set-nya di Bali.
Gelaran dibuka dengan beberapa opening act mulai dari jam 5 sore yang menyuguhkan genre lagu seperti rap dan hip hop, kemudian dilanjutkan oleh DJ yang memutar lagu menghentak untuk terus menaikkan mood di event tersebut. Suasana pun terasa semakin ramai menjelang malam.
Tepat pada jam 10 malam, Kevin Parker dari Tame Impala naik ke atas panggung dan langsung disambut riuh para penggemar yang telah menantikannya. Kevin yang terkenal memiliki musikalitas yang tinggi dan mampu mengemas berbagai genre musik menjadi sebuah ciri khasnya, berhasil membawakan DJ set yang di luar dari harapan. Suasana pun semakin ramai dan seru.
Ribuan pengunjung hadir memenuhi beach club ini. Meskipun suasana terasa sesak namun lokasi di pinggir pantai, permainan lampu dan visual di atas panggung, ditambah deretan lagu yang Parker mainkan berhasil menghipnotis para penonton sehingga tak berhenti berdansa sambil sesekali berteriak memanggil namanya. Kevin Parker pun melakukan fan service dengan menandatangani beberapa Tame Impala vinyl. Awesome!
Berlangsung selama dua jam, penampilan Tame Impala pun terus menghentak hingga tengah malam, membuat momen tak terlupakan untuk setiap penikmat musik yang hadir. Keberhasilan gelaran kali ini menjadikan The Lawn sebagai salah satu destinasi yang semakin diperhitungkan oleh para turis dan music enthusiast secara global. Tai Buddha sang Co-Founder dari Project Black pun akan terus memberikan suguhan musik yang berbeda dengan kurasi sendiri untuk para penikmat musik yang datang ke Bali. So ladies, kalau kamu berencana untuk berlibur ke Bali pastikan untuk singgah ke The Lawn dan mengecek jadwal penampilan dari musisi internasional yang akan tampil.
Meet Tai Buddha : The Man Behind This Successful Event
Pria berdarah Māori asal New Zealand ini adalah seorang surfer dan juga Co-Founder dari Project : Black yang menaungi beberapa restoran dan beach club terkenal seperti The Lawn, Single Fin, Bossman Burgers, Numero Quattro, Skool Kitchen dan masih banyak lagi. Memulai kecintaannya terhadap Bali sejak tahun 1989, kini Tai pun telah menetap di Bali selama 20 tahun. Di tengah-tengah persiapan acara Tame Impala, Cosmo sempat berbincang singkat dengannya. Simak wawancara berikut!

Menurut Anda, apa yang dibutuhkan untuk bisa meraih kesuksesan di Bali?
Untuk menjadi sukses, Anda harus menutup sedikit telinga Anda dan berhenti mendengarkan pendapat terlalu banyak orang. Cobalah untuk fokus kepada apa yang ingin Anda lakukan.
Mentor saya pernah bilang, “Jangan pernah hanya mengejar uang, tapi coba untuk mengikuti apa kegemaran kamu dan lakukan apa yang benar-benar kamu cintai maka uang pun akan datang dengan sendirinya”
Ketika Anda benar-benar tulus dan penuh semangat terhadap suatu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut pun menjadi menyenangkan.
Seperti apa perbedaan party scene di Bali dahulu dan sekarang?
Dahulu ketika saya masih muda, Bali itu adalah pulau untuk berselancar. Belum banyak pilihan saat itu, namun memiliki sesuatu yang unik dan menjadi ciri khas Bali. Sekarang semua orang membawa sentuhan dari kota lain ke sini, seperti Las Vegas, New York, Tokyo dan lainnya. Sehingga semakin banyak rasa yang dihadirkan di Bali, dan menurut saya itu keren namun memang island style tersebut tidak terasa seperti dahulu lagi.
Dahulu tidak perlu berdandan rapi untuk pergi party, semua hanya mengenakan kaus, celana pendek, sandal, sangat santai dan seperti ada rasa semua orang diterima.
Saya rasa saat ini the magic is still around, tetapi karena kini lebih banyak pilihan jadi sepertinya orang-orang kini berada di jalurnya sendiri.
Bagaimana cara Anda memastikan bisnis Anda tetap kompetitif di tengah banyaknya persaingan saat ini di Bali?
Saya masih merasa kami masih kecil dibandingkan dengan kompetitor lainnya. Saya melihat kami seperti itu, namun kami selalu memikirkan cara untuk membedakan kami dari kompetisi yang lain.
Saya tidak bisa hanya berfokus pada musik saja, karena yang memiliki uang yang banyak tentu bisa membawa Lady Gaga atau siapa pun untuk datang ke sini. Begitu juga dengan desain, mereka bisa membeli desain terbaik. Lalu saya teringat dengan apa kata mentor saya. “Do the things you love” dan jawaban saya adalah berselancar. Saya melihat sekeliling saya, siapa yang bisa berselancar dan mengerti sekali soal selancar seperti kami? Di sini saya bisa membedakan perbedaan kami dengan yang lainnya. We are a surf hospitality brand. Kami membuat kompetisi berselancar. Kami melakukan hal yang brand lain tidak lakukan . Di sini lah kami membuat garis unik tersendiri yaitu untuk berada di surf culture.
Kami mencoba menyatukan kultur ini dengan hasrat kami terhadap musik, seni jalanan, dan juga skate. Kami lebih mengarah pada gaya hidup dibandingkan dengan produk. Menurut saya itu yang membedakan kami.
Bagaimana cara Anda memilih musisi yang akan tampil di The Lawn atau di venue lain milik Anda?
Sebagian besar pemilihan musisi yang diundang dan tampil di sini kebanyakan karena selera musik saya pribadi. Ya, karena saya yang mem-booking musisi tersebut.
Saya sendiri memiliki selera musik tertentu. Mungkin di tempat lain mereka bisa mengundang DJ besar ternama, dan saya tentu tidak bisa bersaing dengan mereka. Tetapi saya selalu berpikir apa yang bisa membedakan kami dengan mereka.
Saya menyukai band. Saya selalu mengingat musik apa yang saya dengarkan di rumah, ketika beraktivitas, saat pesta barbeque bersama teman? Dan lagu Tame Impala kerap saya mainkan.
Saya menyukai bermacam jenis musik tergantung mood. Saya pun banyak dipengaruhi oleh apa yang saya sering dengarkan. Saya memerhatikan industri musik dengan cermat, dan mencoba melihat apa yang cocok dengan tempat kami. Musik menginspirasi brand kami seperti Bossman Burger sangat terasa kultur musik hip hop dan street style. The Lawn adalah event space, di sini sangat beragam dalam hal genre musik yang dimainkan, mulai dari Tame Impala, Anderson Paak, Sway Lee, Diplo dan lainnya. Kalau di Skool Kitchen saya tidak akan memutar lagu hip hop karena di sini vibe-nya lebih disko era 70an dan 80an. Sedangkan Single Fin, mulai dari musik reggae hingga house music.
(Image: Project Black dan Cosmopolitan)