Bagaimana Cara Menerapkan Slow Living Di Dunia Yang Serba Cepat
Kita sering kali diajarkan bahwa daftar tugas yang panjang dan kemampuan untuk memikul banyak tanggung jawab adalah tanda produktivitas dan kesuksesan. Namun kenyataannya, berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya tanpa istirahat adalah penyebab kelelahan. Kita harus membongkar keyakinan bahwa menjalani kehidupan yang serba cepat itu lebih baik. Well, sebenarnya tidak seperti itu.
Berlari dengan kecepatan cahaya untuk mengimbangi segala sesuatu dan mengikuti semua orang memang melelahkan, belum lagi menguras emosi dan mental. Kita harus memahami bahwa hanya karena hidup kita penuh, bukan berarti kita menjalani kehidupan yang penuh. Faktanya, kita tidak menjalaninya sama sekali; kita hanya melakukan apa saja. Dan jika kamu setuju dengan Cosmo, then this is your sign to slow down.
Slow living adalah filosofi yang mendorong pendekatan hidup yang lebih lambat untuk menikmati hal-hal kecil. Hal ini menekankan pada perawatan diri, perhatian, dan konsumsi secara sadar untuk cara hidup yang lebih seimbang dan disengaja. Konsep ini berasal dari 'Slow Movement' yang dimulai di Italia pada tahun 80an oleh Carlo Petrini dan sekelompok aktivis yang berkampanye untuk mencegah pembukaan McDonald’s di Piazza di Spagna yang ikonis di Roma.
Slow living bukan tentang mengurangi aspek-aspek kehidupan kamu, melainkan memprioritaskan dan menyusunnya kembali sedemikian rupa sehingga memungkinkan kamu untuk fokus pada diri sendiri, apa yang kamu konsumsi (termasuk makanan, konten, dan sebagainya), dan keseluruhan hidup kamu. Ini lebih mencakup perubahan gaya hidup daripada sekadar tren. Namun Cosmo memahaminya—lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, bukan? Itu sebabnya Cosmo di sini untuk membantu. Yup, yang kamu butuhkan hanyalah dedikasi, konsistensi, dan kemampuan melawan keinginan untuk memeriksa gadget setiap lima menit. Itu sulit tetapi bukan tidak mungkin. Cosmo telah mengumpulkan beberapa cara untuk memulai.
Jalan-jalan menikmati alam
'Berhenti dan mencium aroma bunga' memang klise, tapi kapan terakhir kali kamu berjalan-jalan di rerumputan? Berada di alam adalah pengalaman yang merendahkan hati, meski hanya satu jam. Mendengarkan kicauan burung, amati warna bunga yang cerah, dan rasakan hembusan udara segar. Ini tidak hanya membantu kamu tenang tetapi juga memungkinkan kamu merenungkan hidup dan mempertimbangkan untuk sesekali berjalan secara pelan.
Mengutamakan kualitas daripada kuantitas
Luangkan waktu untuk merenungkan orang-orang dan hal-hal yang benar-benar membuat kamu bahagia. Misalnya, daripada mengelilingi diri dengan selusin orang yang kamu tahu bukan teman sejati, prioritaskan orang-orang yang akan tetap bersama kamu dalam segala hal. Hal yang sama berlaku untuk makanan atau bahkan pakaian. Tanyakan pada diri kamu apakah hal tersebut menambah nilai dalam hidup kamu. Jika tidak, tinggalkan saja. Kamu akan memiliki lebih banyak energi dan waktu untuk fokus pada diri sendiri.
Memulai hari secara perlahan
Kita semua bersalah karena menunda alarm, berbaring terlalu lama, atau menelusuri mesia sosial tanpa henti yang dapat menyebabkan kita terburu-buru menjalani pagi hari dengan hiruk pikuk. Disadari atau tidak, hal ini memiliki beberapa dampak seperti membuat sepanjang hari kita terasa menjemukan. Hal ini mengisi kita dengan energi kacau yang menyebabkan kita selalu gelisah, tidak sabar, dan terburu-buru mengerjakan daftar tugas daripada benar-benar menikmati hari kita. Jadi, daripada berlarian seperti ayam tanpa kepala di pagi hari, cobalah bangun lebih awal, berjalan-jalan, dan menikmati secangkir teh atau kopi yang menenangkan dengan sarapan yang lezat tanpa melihat gadget. Jadikan ini sebagai latihan, dan kamu akan melihat bagaimana menjalani pagi yang lambat akan mengisi kamu dengan energi dan memberi kamu mental bandwidth untuk fokus pada tugas-tugas penting.
Offline selama satu jam setiap hari
Tidak dapat disangkal bahwa media sosial mempunyai manfaat tersendiri, namun juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Jumlah konten yang kita konsumsi dalam sehari sudah cukup untuk membuat kita terus-menerus mengalami kelebihan sensorik. Kelemahan lainnya adalah notifikasi yang terus-menerus dan tak henti-hentinya membuat kita tidak fokus pada hal lain selain layar. Belum lagi, media sosial selalu menjadi sumber kecemasan bagi kebanyakan orang.
Tapi ini adalah bagian hidup kita yang tidak bisa dihindari, jadi kita tidak bisa menghilangkannya sepenuhnya. Namun, memutuskan hubungan hanya selama satu jam sehari (lebih banyak jika kamu mampu) dapat membuat perbedaan besar, membantu memprioritaskan diri sendiri, orang terdekat, serta hobi dan minat kamu. Jika kamu merasa satu jam itu banyak, mulailah dengan beberapa menit dan tingkatkan secara bertahap.