Apa Itu ‘Quiet Dumping’? Kenali Tanda-Tandanya Sebelum Terlambat

Haninadhira Husaini 21 Apr 2025

Hubungan kalian masih jalan, tapi rasanya semakin hari semakin aneh. Dia masih balas chat, tapi cuma ‘ok’ atau emoji. Dia masih ngajak ketemu, tapi cuma kalau lagi tidak ada kerjaan lain. Intinya, dia masih ada… tapi setengah hati. Girls, bisa jadi kamu lagi ngalamin yang namanya quiet dumping. Ini bukan ghosting yang tiba-tiba hilang, tapi versi yang lebih halus—dan justru lebih bikin bingung karena kamu nggak tahu harus stop atau lanjut. Sebelum kamu makin lelah sendiri, yuk kenali tanda-tanda quiet dumping yang sering banget tidak kita sadari.

Apa itu quiet dumping?

Di dunia dating modern yang serba cepat dan penuh drama ini, kita sudah familiar sama istilah ghosting—ketika seseorang tiba-tiba menghilang tanpa jejak, tanpa penjelasan, tanpa pamit. Tapi, ada satu lagi “saudara” dari ghosting yang tak kalah menyakitkan, bahkan lebih membingungkan: quiet dumping.

Quiet dumping adalah kondisi di mana seseorang sebenarnya ingin mengakhiri hubungan, tapi tidak benar-benar mengatakannya secara langsung. Mereka tidak ngomong “putus”, tapi perlahan-lahan menarik diri dari hubungan itu. Mereka tetap ada secara fisik, tapi secara emosional sudah tidak terhubung.

Orang yang melakukan quiet dumping biasanya akan tetap berada dalam hubungan hanya untuk menghindari konflik, rasa bersalah, atau karena mereka belum siap sendirian. Tapi, secara perlahan, mereka akan berhenti memberikan perhatian, tidak lagi berusaha, dan membiarkan pasangannya merasa kesepian dalam hubungan yang seharusnya melibatkan dua orang.

Tanda-tanda quiet dumping

  • Komunikasi mulai hambar

Awalnya kalian bisa ngobrol berjam-jam tanpa kehabisan topik. Bahkan ngebahas hal receh kayak “tadi makan apa?” aja bisa bikin senyum-senyum sendiri. Tapi sekarang? Chat terasa seperti formalitas. Jawabannya singkat, kering, bahkan terkesan malas bales. Tidak ada lagi emot, tidak ada follow-up, dan tidak ada usaha untuk bikin obrolan tetap hidup. Kalau komunikasi udah seperti itu, bisa jadi sinyal awal kalau dia mulai menarik diri secara emosional.

  • Menghindari pembicaraan serius

Setiap kamu mulai bicara soal perasaan atau masa depan hubungan, dia langsung defensif atau ngehindar. Bisa jadi dia bilang “jangan drama deh,” atau “kita jalanin aja dulu.” Topik yang menyentuh komitmen, kejelasan, atau kejujuran selalu dihindari, seolah-olah nggak penting. Padahal, buat kamu, kejelasan itu penting. Tapi dia sengaja bikin kamu terus menggantung, supaya dia tak perlu repot-repot mengambil keputusan (atau tanggung jawab).

  • Emosi terasa datar

Responsnya terasa flat, tidak peduli kamu cerita soal prestasi, kegelisahan, atau masalah. Dia udah tidak lagi antusias pas kamu sharing kabar baik, dan tidak lagi terlibat saat kamu butuh dukungan. Bahkan saat kamu coba curhat, reaksi dia cuma “oh” atau “sabar ya.” Ini adalah bentuk dari emotional detachment—dia udah tidak ikut dalam dinamika emosimu, dan memilih untuk mengambil jarak secara perlahan. Rasanya seperti ngomong sama orang asing.

  • Kamu selalu yang mulai duluan

Kamu yang selalu nge-chat duluan. Kamu yang ngajak ketemu. Kamu yang selalu tanya kabar atau nanya kapan bisa ketemu. Kalau kamu berhenti usaha, hubungan itu juga ikut berhenti. Ini adalah salah satu tanda paling jelas kalau dia udah tidak mau terlibat aktif dalam hubungan, tapi juga belum siap (atau belum berani) buat mengakhirinya secara jujur. Jadi dia membiarkan kamu yang terus mendorong hubungan, sambil diam-diam mundur.