Andra & Ayla: Tentang Perempuan, Self-Love, dan #LiveWithoutLines

Givania Diwiya Citta 11 May 2021

Di era modern yang serba cepat, ringkas, dan penuh ekspektasi sempurna, Andra Alodita dan Ayla Dimitri adalah dua dari representasi perempuan yang tak luput dituntut untuk memenuhi segala tuntutan sosial. Tak terkecuali tentang 'deadline' untuk mencapai berbagai fase dalam hidup yang diidealkan dalam masyarakat (mulai dari standar anjuran waktu yang tepat untuk menikah, bahkan sampai pertanyaan kapan menambah jumlah buah hati!), hingga tuntutan untuk selalu siap menampilkan versi kecantikan diri yang terbaik, salah satunya dalam menghadapi garis-garis di wajah yang muncul secara natural. Merasa relatable dengan fenomena ini, girls? Worry no more now! Karena Andra dan Ayla berbagi kiat mereka pada para perempuan modern dalam menghadapi segala kalimat tuntutan serta garis penuaan pada wajah. Lewat perbincangan bersama Cosmo, keduanya mengingatkan kita untuk kembali ke akar self-love, dalam misi merengkuh kekuatan sejati yang unik dimiliki oleh perempuan, untuk menjadi berdaya, bahagia, serta sehat dan cantik secara holistik. It’s time to #LiveWithoutLines!


Hai Andra [AN] dan Ayla [AY]! Bisakah ceritakan sedikit tentang keseharian kalian di tengah pandemi ini? 

AN: Selain berkarya dan berkreasi dalam pembuatan konten, keseharian saya juga diseimbangi dengan banyak belajar dan membaca buku bertema self-growth. Dalam satu minggu, saya bisa membaca tiga sampai empat buku, lho! Tapi bukan dihabiskan langsung, namun saya mengikuti mood sedang ingin baca yang mana di momen tersebut. Saya bisa membaca buku bertopik self-improvement yang santai, sampai yang kritis di satu waktu sekaligus. Sekarang, saya sedang membaca Jung’s Map of the Soul, karena saya sedang belajar tentang bagaimana cara alam bawah sadar bekerja, bagaimana cara ia berkomunikasi dengan kita lewat mimpi. Saya juga sedang mencoba menerjemahkan mimpi-mimpi saya sebagai wujud healing journey saya. 

AY: Sejak pandemi, salah satu aktivitas yang paling signifikan dan konsisten saya lakukan adalah berolahraga. Seperti menjajal bersepeda road bike yang saya mulai tekuni sedari awal pandemi, lalu pilates, lari, dan full body training. Selain mengkreasikan konten sebagai pekerjaan sehari-hari, saya juga sedang mencoba mengeksplor beberapa hal. Jika sebelum pandemi kita menjalani segala sesuatu secara fast pace, namun saat kita diberi waktu untuk lockdown, ternyata saya menemukan banyak waktu yang selama ini kita tak miliki. Saya bisa kembali fokus memikirkan beberapa mimpi yang saya ingin wujudkan, semisal bisnis kecil-kecilan. Quiet a lot in my plate! Tapi baiknya, saya kini jadi lebih mengerti tentang prioritas. Bahkan di masa pandemi ini, saya juga lebih banyak belajar tentang esensi ketuhanan yang dimiliki manusia dari buku yang saya baca, Secrets of Divine Love. 



(Andra) Atasan dan rok: Toton. (Ayla) Atasan dan rok: Sapto Djojokartiko.


Kini kita pun sedang berada di tengah bulan Ramadan, dan momen lebaran pun tak lama lagi akan tiba. Bagaimana cara kalian memaknai serta merayakan bulan penuh momen kebahagiaan ini?

AY: Buat saya, selain Ramadan dan lebaran adalah momen untuk refleksi diri dan mawas diri, namun tali kasih juga bisa terjalin kembali di sini. Momen lebaran adalah salah satu momen yang saya tunggu dalam satu tahun, momen di mana kehangatan itu hadir. Tak luput, memori masa kecil tentang kehangatan Kakek Nenek pun turut hadir meski mereka sudah tiada. Tapi…di situ pula, segala perbincangan muncul. Termasuk pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul karena selama setahun kita tak tahu kabar terbaru dari beberapa anggota keluarga besar kita.  

AN: Kalau saya, tahun ini momen lebaran akan dirayakan secara lebih dewasa, lewat banyak refleksi diri, lebih pelan-pelan dalam menjalani hidup, lebih mencari makna yang lebih dalam. Dulu, rasanya momen lebaran terkadang bisa jadi ajang pamer. Mulai dari pamer prestasi, pamer karier, pamer pasangan. Belum lagi kita pasti tak pernah luput dari berbagai pertanyaan basa-basi.

AY: Ah, baru saja kemarin saya curhat begitu pada Andra! Tapi jujur, saya masih ingat beberapa tahun lalu saya sempat menangis di momen lebaran, karena saya selalu ditanya hal yang sama: “Kapan menikah?” Belum lagi kalimat penerusnya, “Kamu terlalu banyak main, cepat menikah.” Padahal ‘main’ bagi mereka adalah bekerja untuk saya. Saat itu, saya masuk mobil dan menangis pada Papa saya. Untungnya, Papa adalah orang yang santai. Ia menasihati saya bahwa pertanyaan-pertanyaan itu adalah cara orang untuk berbasa-basi. 



Dress dan jaket: Harry Halim Paris. Aksesori: H&M.


Rasanya sebagai perempuan, kita pun kerap tak bisa mengelak dari berbagai pertanyaan “kapan” dalam hidup, dan berbagai ekspektasi sosial dari masyarakat terhadap perempuan. Apakah kalian pun masih merasa relate dengan fenomena ini?

AY: Sekarang, setelah saya sudah menikah, saya pun mendapat pertanyaan seperti, “Sudah isi belum?” lalu ditambah, “Makan taoge dan kurma muda yang banyak biar cepat isi!” Terkadang rasanya menusuk hati, karena tak ada yang tahu, ‘kan, kalau saya dan suami mungkin punya rencana lain? Atau mungkin sesederhana karena jalan rezekinya belum ke sana. 

AN: Kalau saya, pasti dapat pertanyaan, “Kapan tambah lagi?” lalu dilanjut, “Kamu sibuk banget, tidak kasihan sama anaknya?” Kalau dulu, saya pasti sangat tersinggung sampai bisa bilang, “Bukan urusan lo!” Tapi semakin dewasa, saya merasa sudah tidak worth it dalam menghabiskan energi dan emosi untuk menghadapi orang-orang seperti itu. Jadi, saya harus main cantik! Jangan membalasnya dengan balik emosi. Saya harus penuh strategi.



Dress: Harry Halim Paris. Aksesori: H&M.


Lalu apa tips dan trik kalian dalam menjalani tantangan tersebut, agar bisa menghadapinya dengan suasana hati yang lebih baik? 

AN: Kalau saya, belajar dari pengalaman menghadapi komentar netizen, dan belajar dari teori mendengar aktif, saya akan bertanya balik. Seperti, “Menurut Tante, harus bagaimana?” Atau siapkan jawaban lucu seperti, “Saya tunggu diberi 100 juta untuk biaya hamil dan melahirkan, ya!” Jangan terbawa emosi, karena pertanyaan seperti itu tidak akan pernah habis. Kitalah yang harus menanggapinya dengan anggun dan mindful.

AY: Kalau saya menanggapinya secara playful, bukan mindful, haha! Saya biasanya sering mengalihkan dengan bilang, “Yang penting saya awet muda terus, ‘kan?” Pada akhirnya, saya rasa cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan merawat diri sendiri terlebih dahulu. Toh, selain membuat pertanyaan-pertanyaan itu tidak menjadi tekanan untuk kita, mengapa kita tidak mencoba untuk memperkuat diri? 



Atasan dan rok: Toton.


AN: Betul, dan ingatlah lagi pada peran kita sebagai perempuan. Dalam keseharian saja, peran perempuan itu banyak sekali, lho. Saya bisa menjalani peran Andra sebagai content creator, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai teman – saya pernah bikin daftar bahwa dalam sehari saya bisa menjalankan 6 sampai 7 peran! Dan akan sangat melelahkan jika kita terus-menerus menjalani seluruh peran itu tanpa memikirkan diri kita sendiri. Saya pasti tidak akan bahagia jika begitu. Prioritas diri harus tetap dilakukan. Sayanglah pada diri sendiri. Salah satu cara saya merawat diri adalah dengan memperkaya ilmu dari banyak belajar, hingga sesederhana bilang pada diri sendiri, “It’s okay to take a day off or a time off.” Menurut saya, itulah masalah perempuan modern, bahwa ketika kita bangun, kita langsung menjalani peran-peran itu, hingga terkadang lupa apa yang diri sendiri ini sukai. Dan merawat diri adalah salah satu caranya agar kita bisa #LiveWithoutLines.

AY: Setuju! Seperti kata Andra, ingat bahwa kita ini manusia. Dan untuk bisa mencapai #LiveWithoutLines, just go ahead and dream! Beri diri sendiri kebahagiaan dan kesempatan bermimpi untuk mencapai apa yang memang kita inginkan. Meski kita tinggal di budaya Timur di mana ada stigma tentang waktu ideal untuk berbagai macam fase dalam hidup, namun ingat, bahwa sesungguhnya timeline hidup itu kita sendiri yang miliki.


'..'


PHOTOGRAPHER: Hadi Cahyono

FASHION EDITOR: Dheniel Algamar

BEAUTY EDITOR: Astriana Gemiati

MAKEUP ARTIST: Sissy Sosro

HAIR STYLIST: Rury Padwa

FASHION STYLIST ASSISTANT: Nabila Nida

DIGITAL IMAGING: Ragamanyu Herlambang


(Givania Diwiya / FT / Layout: Rhani Shakurani)