Bukan Karena Kamu Baperan, Ini Alasan Kenapa Mood Kamu Sering Nggak Stabil
Pernah nggak, kamu merasa tiba-tiba bad mood tanpa alasan yang jelas? Pagi-pagi masih semangat, siang sedikit jadi uring-uringan, lalu malamnya jadi mellow sendiri? Mood yang naik-turun tentu bikin kamu bingung, apa karena hormon, kurang tidur, atau stres aja?
Stabilitas emosi tak hanya karena “kamu terlalu sensitif”. Mood dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pola makan sampai pengalaman masa kecil. Ketika kamu tak mengenali akar masalahnya, kamu cenderung menyalahkan diri sendiri atau lingkungan. Padahal, ada penyebab-penyebab tersembunyi yang kalau kamu pahami, bisa jadi titik balik untuk menjaga kesehatan mentalmu.
Berikut beberapa faktor paling umum yang menyebabkan mood jadi tidak stabil.
1. Pola Tidur yang Tidak Konsisten
Kurang tidur atau tidur tidak teratur bisa membuat otak kesulitan mengatur emosi. Saat kamu begadang terus-menerus, otak kehilangan kesempatan untuk memulihkan diri secara optimal. Penelitian dalam Journal of Neuroscience (2015) menunjukkan bahwa gangguan tidur mengurangi aktivitas di area otak yang mengatur emosi, seperti amigdala dan prefrontal cortex. Jadi, jangan anggap remeh kebiasaan begadang, itu bisa jadi biang keladi mood swing kamu.
2. Kadar Gula Darah yang Tidak Stabil
Kamu sering merasa tiba-tiba lelah, gampang tersinggung, atau cemas setelah makan makanan manis? Bisa jadi itu karena fluktuasi kadar gula darah. Saat kamu mengonsumsi gula berlebihan, tubuhmu merespons dengan lonjakan insulin yang drastis. Setelah itu, gula darah turun mendadak dan membuatmu merasa “crash”. Menurut Nutrients Journal (2020), pola makan tinggi gula bisa memicu gejala depresi dan kecemasan karena mengganggu keseimbangan neurotransmitter di otak.
3. Terjebak dalam Pola Overthinking
Kamu mungkin nggak sadar, terlalu banyak berpikir dan menganalisis bisa bikin kamu mudah stres dan suasana hati memburuk. Overthinking melelahkan otak dan memicu kecemasan terus-menerus. Sebuah studi dari Behaviour Research and Therapy (2013) menemukan bahwa ruminasi atau pikiran berulang tentang hal negatif erat kaitannya dengan gangguan mood seperti depresi. Kamu butuh memberi ruang untuk diam, bukan terus-menerus memutar ulang skenario buruk di kepala.
4. Luka Emosional yang Belum Sembuh
Kadang, perubahan suasana hati kamu berasal dari luka lama yang belum selesai kamu hadapi. Entah itu trauma masa kecil, kehilangan, atau penolakan yang kamu pendam bertahun-tahun. Emosi yang ditekan cenderung muncul dalam bentuk ledakan tak terduga atau rasa hampa yang sulit dijelaskan. The Lancet Psychiatry (2015) menyebutkan bahwa pengalaman traumatis di masa kecil meningkatkan risiko gangguan mood di usia dewasa. Menyadari dan mengolah luka itu, bisa membantumu menstabilkan emosi.
5. Kurangnya Koneksi Sosial yang Bermakna
Bisa jadi kamu dikelilingi banyak orang, tapi tetap merasa kesepian. Koneksi sosial yang sehat adalah kebutuhan emosional dasar manusia. Ketika kamu merasa tidak punya tempat berbagi secara autentik, itu bisa memicu perasaan cemas, hampa, bahkan membuatmu lebih mudah naik-turun suasana hatinya. American Journal of Psychiatry (2017) menegaskan bahwa isolasi sosial berhubungan erat dengan peningkatan gejala depresi dan ketidakstabilan emosi.
Kalau kamu merasa mood kamu sering nggak stabil, jangan langsung menghakimi diri sendiri. Mungkin tubuh dan pikiranmu sedang memberi sinyal kalau ada sesuatu yang perlu kamu dengar. Memahami penyebab-penyebab tersembunyi ini bisa jadi langkah pertama untuk merawat dirimu lebih sadar dan penuh kasih.