Menyelami Dunia Haruki Murakami: 10 Buku yang Wajib Kamu Baca
Di dunia sastra modern, tak banyak nama yang mampu memikat jutaan pembaca lintas benua seperti Haruki Murakami. Sang maestro asal Jepang ini bukan sekadar penulis—ia adalah pencipta semesta. Dunia-dunianya dipenuhi lorong waktu, sumur misterius, kucing yang bisa bicara, serta cinta yang melintasi batas realitas. Karya-karyanya yang surealis memadukan keajaiban dengan kesedihan, mengangkat tema-tema manusiawi seperti kesepian, kenangan, dan kerinduan.
Sejak debut novel pada 1979, Murakami telah meraih berbagai penghargaan bergengsi seperti World Fantasy Award dan Franz Kafka Prize. Dengan lebih dari selusin novel, cerita pendek, hingga esai, memilih dari rak Murakami bisa jadi membingungkan—apalagi jika kamu baru pertama kali ingin menyelami pikirannya yang eksentrik.
Berikut adalah rekomendasi buku-buku Haruki Murakami yang tak hanya akan membuatmu terpikat, tapi juga jatuh cinta pada cara ia memandang dunia.
1. The Rat Trilogy
Hear the Wind Sing (1979), Pinball, 1973 (1980), A Wild Sheep Chase (1982)
Genre: Fantasi, Detektif, Absurd
Untuk kamu yang... ingin mulai dari awal.
Sebelum Haruki Murakami dikenal dunia, ia memulai karier sastranya secara diam-diam dari meja dapur. The Rat Trilogy—Hear the Wind Sing (1979), Pinball, 1973 (1980), dan A Wild Sheep Chase (1982)—menelusuri perkembangan gaya awal Murakami: melankolis, jazzy, dan surreal.
Di pusat kisah ini ada narator tanpa nama dan sahabatnya, “the Rat,” yang menjalani kehidupan pasca-revolusi mahasiswa 1970-an Jepang—minum bir, mendengarkan musik Amerika, dan mencari makna hidup di bar. Dua novel pertama seperti sketsa atmosferik tentang alienasi masa muda, sementara A Wild Sheep Chase meledak jadi petualangan penuh konspirasi aneh, domba misterius, dan pacar dengan telinga ajaib. Inilah novel yang mengenalkan Murakami ke dunia Barat—absurd, menghibur, dan menyentuh.
The Rat Trilogy adalah pengantar yang intim menuju dunia mimpi khas Murakami—perjalanan mencari jati diri, baik bagi tokohnya maupun sang penulis.
2. Dance Dance Dance (1988)
Genre: Misteri Eksistensial
Untuk kamu yang... mencari sequel puitis dari A Wild Sheep Chase.
Sequel dari A Wild Sheep Chase, novel ini menghadirkan kembali sang narator tanpa nama yang kini mencoba memahami masa lalunya dan mengisi kekosongan hidupnya. Penuh nuansa melankolis dan puitis, kisah ini menggambarkan bagaimana “menari” jadi cara untuk tetap terhubung dengan dunia—meski segalanya terasa tak masuk akal. Sebuah cerita yang berdengung dengan kerinduan dan keputusasaan yang sunyi.
3. Norwegian Wood (1987)
Genre: Drama, Coming-of-Age
Untuk kamu yang... sedang mencari makna dalam kesepian dan kehilangan.
Jika kamu lebih tertarik pada sisi Murakami yang realistis, Norwegian Wood adalah pilihan sempurna. Kisah sederhana namun indah ini mengisahkan cinta muda, kehilangan, dan mental illness, berlatar belakang pemberontakan mahasiswa di Tokyo tahun 1960-an.
Norwegian Wood menjadikan Murakami bintang sastra di Jepang dan menjadi buku terlarisnya di seluruh dunia. Jika novel-novel panjangnya terasa menakutkan, ini adalah titik awal yang baik. Adaptasi filmnya juga dirilis pada 2010. Cerita ini mengalir dengan kesedihan lembut yang menggugah, lebih mengandalkan kedalaman emosional daripada surealisme, namun tetap memikat. Rasa sakit yang ditinggalkannya adalah signature Murakami yang tak terbantahkan.
4. The Wind-Up Bird Chronicle (1995)
Genre: Psikologis, Misteri, Sejarah
Untuk kamu yang... ingin merasakan pengalaman membaca yang kompleks dan menghipnotis.
The Wind-Up Bird Chronicle adalah mahakarya awal Murakami yang sulit untuk diletakkan begitu mulai dibaca. Novel ini mencakup semua elemen khas Murakami—wanita misterius, kucing yang menghilang, sumur misterius, penjahat menakutkan, hingga pengaruh supernatural—dengan kebijaksanaan, kecerdikan, dan cerita yang kuat.
Bermula dari pencarian kucing yang hilang, cerita ini berkembang menjadi penyelidikan surealis yang melibatkan pelacur psikis, kisah perang, dan renungan filosofis mendalam. Dengan gaya yang membuat dunia biasa terasa aneh, perjalanan dalam novel ini lebih penting daripada tujuannya. Sebuah buku yang akan terus membekas setelah halaman terakhir.
5. Kafka on the Shore (2002)
Genre: Fantasi, Filsafat
Untuk kamu yang... suka pertanyaan eksistensial dan teka-teki tanpa jawaban pasti.
Dinobatkan New York Times sebagai salah satu dari 10 buku terbaik tahun 2005, Kafka on the Shore merangkum semua ciri khas Murakami: humor, realisme magis, dan kecintaan pada musik. Novel ini mengikuti kisah remaja pelarian dan pria tua yang bisa berbicara dengan kucing, dipenuhi teka-teki metafisik, karakter unik, dan pertanyaan tentang identitas serta takdir. Ikan jatuh dari langit, roh berkeliaran, dan segalanya terasa aneh tapi alami.
6. Men Without Women (2014)
Genre: Cerpen, Realisme Emosional
Untuk kamu yang... tak punya banyak waktu tapi tetap ingin merasakan magisnya Murakami.
Jika kamu ragu, mengapa tidak mulai dengan cerita pendek? Men Without Women adalah kumpulan cerita pendek terbaru Murakami. Setiap cerita mengalir dengan humor melankolis Murakami dan kemampuannya menemukan keajaiban dalam keseharian.
Kumpulan ini menggambarkan pria yang berjuang dengan kehilangan wanita—baik melalui kematian, perpisahan, atau jarak emosional. Dengan prosa yang sederhana namun tajam, Murakami menyingkap kerapuhan hati manusia, memberikan gambaran tentang jiwa pria yang rapuh dan beban kesendirian yang diam-diam menyakitkan.
7. 1Q84 (2009)
Genre: Distopia, Romansa, Thriller
Untuk kamu yang... suka kisah cinta dalam dimensi lain.
Epik tiga volume ini membawa kita ke Tokyo paralel tahun 1984, mengikuti Aomame, instruktur kebugaran dengan rahasia gelap, dan Tengo, guru matematika yang ingin jadi penulis. Dunia mereka penuh kultus misterius, makhluk aneh bernama Little People, dan realitas alternatif yang mengguncang logika. 1Q84 adalah kisah cinta sekaligus labirin metafisik—menantang, tetapi memikat dan mendalam. Ini bukan sekadar buku untuk dibaca, tapi untuk tenggelam di dalamnya.
8. Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage (2013)
Genre: Psikologis, Drama
Untuk kamu yang... merasa pernah ditinggalkan.
Novel yang lebih introspektif ini mengikuti Tsukuru Tazaki dalam perjalanan mencari jawaban atas pengasingan masa kecil yang membuatnya merasa “colorless” di antara empat teman yang penuh warna. Perjalanannya dari Tokyo ke Finlandia dan kembali menjadi pencarian akan rasa memiliki, pengampunan, dan warna dalam jiwanya.
Awalnya sebuah perjalanan penutupan, novel ini berkembang menjadi meditasi mendalam tentang kesepian, harga diri, dan rasa sakit yang belum terselesaikan. Kisah ini menggambarkan rasa terlupakan—dan harapan untuk diingat. Sebuah cerita yang menghantui tentang persahabatan, keterasingan, dan penemuan diri yang akan semakin menyentuh seiring waktu, terutama bagi pembaca yang merenungkan persahabatan dan identitas masa lalu.
9. Killing Commendatore (2017)
Genre: Seni, Filsafat, Supernatural
Untuk kamu yang... menyukai perkembangan lambat dan detour surealis dari The Wind-Up Bird Chronicle.
Killing Commendatore adalah novel berlapis tentang seni, kehilangan, dan kreativitas, yang dimulai dengan sebuah lukisan misterius dan rumah terpencil di puncak gunung. Seorang pelukis potret yang sedang berjuang dengan perceraian terjerat dalam misteri metafisik yang mengaburkan batas antara kenyataan dan imajinasi.
Sering kali diabaikan atau dianggap kurang dibandingkan karya besar Murakami lainnya, novel ini menawarkan perpaduan khas surealisme, introspeksi, dan cerita yang merenung, serta terasa seperti penghormatan Murakami terhadap The Great Gatsby. Dengan tokoh tetangga kaya yang misterius, tema obsesi, dan nuansa nostalgia, Killing Commendatore juga terlibat dengan lukisan klasik, opera (terutama Don Giovanni), dan sejarah Jepang.
10. Hard-boiled Wonderland and the End of the World (1985)
Genre: Cyberpunk, Filsafat, Psikologi
Untuk kamu yang... suka sci-fi cerdas dengan sentuhan puitis.
Novel ini menyajikan dua cerita paralel: satu thriller cyberpunk penuh enkripsi data dan monster bawah tanah, dan satu lagi fabel surealis di dunia sunyi tanpa bayangan.
Kontras antara bagian “hard-boiled” yang logis dan bagian “End of the World” yang melankolis menciptakan simetri yang menghantui. Penuh ide filosofis tentang memori, identitas, dan emosi, ini adalah Murakami klasik—liar secara imajinatif, introspektif secara mendalam, dan aneh dengan cara terbaik.
The Murakami Effect
Apa yang membuat buku-buku Murakami begitu memikat? Mungkin karena ia mampu menjadikan kesepian terasa indah, atau karena ia membimbing kita melewati labirin emosi lalu meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dalam setiap cerita, selalu ada sesuatu yang bergema dalam diri kita, seolah sudah kita kenal sejak lama, tapi tak pernah bisa diungkapkan.
Bagi kamu yang siap menyelami dunia surealis, melankolis, dan penuh misteri—Murakami bukan sekadar menulis cerita. Ia menciptakan dunia yang sulit untuk ditinggalkan.