Waspadai Self-Abandonment, Saat Kamu Sibuk Menyenangkan Orang Lain Tapi Mengabaikan Diri Sendiri

Redaksi 2 14 May 2025

Kamu selalu bilang “nggak apa-apa” meski hatimu terluka. Kamu rela mengiyakan permintaan orang lain walau tubuhmu sudah lelah. Dan kamu sering mendahulukan kenyamanan orang lain dibanding perasaanmu sendiri. Kalau ini terdengar familiar, bisa jadi kamu sedang mengalami self-abandonment, yaitu kondisi saat kamu secara tidak sadar “meninggalkan diri sendiri” demi diterima, disukai, atau dianggap baik oleh orang lain.

Self-abandonment bukan sekedar tidak punya batasan, tapi lebih dalam, di mana kamu mulai kehilangan hubungan dengan dirimu sendiri. Kamu tahu apa yang membuat orang lain senang, tapi lupa apa yang membuatmu bahagia. Dan jika ini terus berlangsung, bukan hanya emosimu yang lelah, tapi juga harga dirimu yang perlahan terkikis.

Yuk, kenali tanda-tandanya sebelum makin jauh tersesat dalam “keramahan” yang menyakitkan.

1. Kamu Selalu Takut Membuat Orang Lain Kecewa

Setiap kali harus bilang “tidak”, kamu langsung merasa bersalah. Padahal, menolak bukan berarti kamu jahat. Rasa takut mengecewakan orang lain sering membuat kamu menekan kebutuhan dan keinginan pribadi. Dalam jangka panjang, ini bisa menimbulkan perasaan kosong dan kehilangan arah.

2. Kamu Jarang Bertanya, “Apa yang Aku Mau?"

Kamu mungkin sangat peka terhadap kebutuhan orang lain, tapi ketika giliran ditanya, “kamu mau apa?”, kamu bingung menjawabnya. Ini tanda bahwa kamu sudah terlalu sering mematikan suaramu sendiri. Menyenangkan orang lain jadi kebiasaan, sampai kamu lupa mendengarkan diri sendiri.

3. Kamu Mengabaikan Sinyal Tubuh dan Emosi

Tubuhmu lelah, tapi kamu tetap memaksa untuk hadir. Hatimu sedih, tapi kamu pura-pura baik-baik saja. Mengabaikan sinyal tubuh dan perasaan adalah bentuk nyata dari meninggalkan diri sendiri. Padahal, tubuh dan emosi adalah dua sahabat paling jujur yang kamu miliki.

4. Kamu Mengukur Diri dari Validasi Orang Lain

Rasa berharga yang kamu miliki sering bergantung pada pujian, persetujuan, atau pengakuan dari orang lain. Akibatnya, kamu jadi terlalu keras pada diri sendiri saat tidak mendapat respons yang diharapkan. Menurut jurnal Personality and Social Psychology Review (2003), orang yang terlalu bergantung pada validasi eksternal cenderung memiliki harga diri yang rapuh dan tidak stabil.

5. Kamu Takut Menjadi “Egois” Saat Mulai Memikirkan Diri Sendiri

Saat kamu mulai mencoba berkata jujur tentang perasaanmu, kamu langsung khawatir dianggap egois atau drama. Padahal, merawat diri bukanlah keegoisan. Menyadari kebutuhanmu, menetapkan batasan, dan mengatakan “tidak” adalah bentuk cinta yang seharusnya kamu berikan untuk dirimu sendiri lebih dulu.