Self-Compassion vs Body Positivity, Apa Bedanya dan Mana yang Kamu Butuhkan?
Di tengah gempuran standar kecantikan yang terus berubah, kamu mungkin sering mendengar ajakan untuk mencintai tubuh apa adanya lewat gerakan body positivity. Tapi di saat yang sama, muncul juga konsep self-compassion, yang terdengar lebih tenang, lebih dalam, dan kadang membuatmu bertanya, mana yang sebenarnya lebih aku butuhkan?
Body positivity dan self-compassion sering dianggap serupa karena sama-sama mengajakmu untuk lebih menerima diri sendiri. Tapi keduanya punya pendekatan yang berbeda. Memahami perbedaannya bisa membantumu memilih cara mencintai diri sendiri yang lebih cocok dan sehat untukmu.
Body Positivity: Mencintai Tubuh Apa Adanya
Body positivity adalah gerakan sosial yang menekankan bahwa semua bentuk tubuh layak dihargai, terlepas dari ukuran, warna kulit, atau disabilitas. Gerakan ini penting karena membantumu melawan narasi sempit soal “tubuh ideal” yang selama ini mendominasi media. Namun, menurut Cohen et al. (2019) dalam Body Image Journal, tekanan untuk “selalu” positif terhadap tubuh justru bisa menciptakan rasa bersalah saat kamu merasa tidak nyaman dengan dirimu sendiri.
Self-Compassion: Penerimaan Terhadap Diri Sendiri
Berbeda dengan body positivity, self-compassion mengajarkanmu untuk bersikap lembut terhadap diri sendiri, terutama saat kamu merasa gagal, malu, atau tidak puas. Menurut Dr. Kristin Neff (2011), pakar terkemuka soal self-compassion, sikap ini mencakup self-kindness, common humanity, dan mindfulness. Artinya, kamu tetap bisa menerima tubuhmu walaupun kamu sedang tidak menyukainya, karena yang terpenting adalah sikapmu terhadap dirimu secara keseluruhan.
Mana yang Lebih Realistis untuk Dijalani Sehari-hari?
Body positivity sering terasa berat saat kamu sedang mengalami krisis citra diri. Kamu merasa harus mencintai tubuhmu, padahal kenyataannya kamu sedang kesal karena jerawat muncul atau berat badan naik. Di sinilah self-compassion terasa lebih realistis. Alih-alih memaksa kamu untuk merasa positif, self-compassion mengajarkan bahwa perasaan tidak suka terhadap tubuh adalah hal manusiawi, dan kamu tetap layak dicintai meski sedang merasa buruk.
Dampak Keduanya terhadap Kesehatan Mental
Sebuah studi dari Mindfulness Journal (2017) menemukan bahwa orang dengan tingkat self-compassion tinggi cenderung memiliki gejala depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Sementara itu, body positivity bisa meningkatkan harga diri, tapi hanya jika kamu mampu terus menjaga persepsi positif terhadap tubuh. Kalau kamu sering terjebak membandingkan diri di media sosial, pendekatan self-compassion bisa jadi pelindung mental yang lebih kuat dan stabil.
Apa yang Sebenarnya Kamu Butuhkan?
Kamu tidak harus memilih salah satu dan meninggalkan yang lain. Mungkin kamu butuh body positivity untuk membantumu berdamai dengan tubuh, terutama saat dunia terus membandingkan dan mengkritik. Tapi kamu juga perlu self-compassion sebagai fondasi yang lebih dalam, yang membuatmu tetap hangat pada diri sendiri, bahkan saat kamu tidak mampu merasa positif. Gabungkan keduanya sesuai kebutuhanmu, dan jadikan itu cara kamu mencintai diri sendiri secara utuh.