Self-Worth di Era Media Sosial: Mengapa Validasi Itu Bikin Capek
Di era media sosial, kamu mungkin pernah merasa senang saat unggahanmu banjir like atau komentar positif. Namun, perasaan itu cepat berlalu. Tak jarang, kamu kembali membuka aplikasi yang sama keesokan harinya dengan harapan mendapatkan validasi serupa. Lama-kelamaan, perhatian dari dunia maya terasa seperti candu dan tanpa sadar, self-esteem kamu jadi ikut naik turun bersama notifikasi yang muncul di layar.
Validasi memang bisa terasa menyenangkan sesaat, tapi jika kamu bergantung terlalu banyak, tubuh dan pikiranmu bisa kelelahan. Kamu mulai kehilangan kemampuan untuk mengenali nilai dirimu sendiri tanpa bantuan orang lain.
Berikut beberapa aspek penting tentang bagaimana media sosial memengaruhi self-worth dan bagaimana kamu bisa keluar dari siklus yang melelahkan ini.
Kamu Bukan Jumlah Like-mu
Setiap kali kamu menilai dirimu berdasarkan jumlah like atau views, kamu sedang memberikan kekuatan atas harga dirimu kepada algoritma. Penelitian oleh Sherman et al. (2016) menunjukkan bahwa remaja menunjukkan aktivitas otak yang lebih besar di pusat penghargaan ketika menerima banyak “like” di Instagram, ini membuktikan bahwa otak kita mengasosiasikan “like” dengan penerimaan sosial. Padahal, nilaimu sebagai manusia tidak pernah bisa diukur lewat angka digital. Kamu layak merasa cukup, bahkan saat tidak ada yang memberi “love” atau komentar.
Perbandingan yang Tidak Seimbang
Scroll demi scroll bisa dengan mudah membuatmu merasa “kurang”, kurang cantik, kurang sukses, kurang menarik. Kamu melihat potongan hidup orang lain yang tampak sempurna, lalu mulai mempertanyakan perjalananmu sendiri. Padahal, menurut penelitian dari Journal of Social and Clinical Psychology (2018), semakin sering kamu membandingkan diri di media sosial, semakin besar risiko mengalami depresi dan rendah diri. Ingat, ketika kamu membandingkan realita penuhmu dengan highlight orang lain, perbandingan itu tidak adil sejak awal.
Capek Jadi ‘Versi Terbaik’ Setiap Saat
Media sosial membuatmu merasa harus tampil sempurna setiap saat: filter yang pas, caption yang tepat, momen yang Instagrammable dan lain-lain. Tapi hidupmu tidak selalu seperti itu, kan? Ketika kamu terlalu sering ‘menampilkan’ dibanding ‘menjalani’, kamu bisa kehilangan hubungan dengan dirimu yang sebenarnya.
Menurut Dr. Kristin Neff, pakar self-compassion, saat kamu terlalu sibuk mengejar pengakuan eksternal, kamu lupa untuk memberi dirimu penerimaan dari dalam, yang justru paling kamu butuhkan.
Validasi yang Instan, Efeknya Tidak Bertahan Lama
Like dan komentar memang memberikan sensasi menyenangkan, tapi sifatnya sangat cepat dan tidak bertahan lama. Sama seperti junk food, validasi instan dari media sosial bisa membuatmu ‘kenyang’ sementara, tapi tidak memberi nutrisi emosional yang cukup. Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa terlalu sering mencari validasi eksternal bisa membuatmu lebih rentan terhadap stres, terutama saat validasi itu tidak datang. Pada akhirnya, kamu lelah sendiri.
Membangun Ulang Harga Dirimu dari Dalam
Berita baiknya, kamu bisa keluar dari pola ini. Self-worth yang sehat dimulai dari mengenal dan menerima dirimu secara utuh, dengan kelebihan maupun kekuranganmu. Cobalah praktik journaling, membatasi waktu di media sosial, dan mengelilingi dirimu dengan orang-orang yang mencintaimu tanpa syarat. Seperti kata Dr. Brené Brown, “True belonging doesn’t require you to change who you are; it requires you to be who you are.” Kamu tidak butuh menjadi versi ideal menurut internet, cukup jadi versi utuh dari dirimu sendiri.