Tips Menghadapi Pasangan yang Memiliki PTSD

Redaksi 2 23 May 2025

Cosmo Babes, pernah tidak sih kamu berada dalam hubungan yang penuh cinta tapi juga penuh tantangan karena pasanganmu ternyata menyimpan trauma masa lalu yang berat? 

Yup, trauma yang begitu kuat bisa memicu kondisi yang disebut PTSD alias Post-Traumatic Stress Disorder.

Biasanya, ini dialami setelah seseorang mengalami peristiwa yang sangat traumatis, seperti kecelakaan, kekerasan, kehilangan, atau pengalaman hidup yang sangat menakutkan.

Nah, meskipun cinta bisa menyembuhkan banyak hal, menghadapi pasangan yang mengalami PTSD bukan sekadar pelukan hangat dan kata-kata manis. Kamu butuh lebih dari itu, mulai dari pemahaman, empati, dan juga batasan sehat.

Kalau kamu lagi ada di posisi ini atau penasaran bagaimana sih tips terbaiknya, yuk simak rangkuman Cosmo berikut ini.

1. Pelajari Tentang PTSD

Kalau kamu benar-benar sayang dan ingin serius, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mempelajari tentang apa itu PTSD.

Tidak perlu menjelajahi buku tebal kok, banyak artikel terpercaya yang bisa bantu kamu mengerti bahwa PTSD itu bukan sekadar ‘baper berlebihan’.

Dengan kamu mengerti kalau gejalanya mirip seperti flashback, mimpi buruk, atau emosi yang naik turun, kamu bisa lebih sabar dan nggak langsung menyalahkan diri sendiri saat pasangan tiba-tiba menarik diri.

2. Dengarkan, Jangan Memaksa

Jangan memaksa pasangan

Kadang kita ingin banget tahu apa yang membuat pasangan kita berubah atau terluka, tapi penting banget untuk tidak memaksa mereka cerita.

Seseorang mungkin butuh waktu, bahkan bertahun-tahun, untuk merasa cukup aman membuka luka lama mereka.

Jadi, tugasmu adalah menyediakan safe space, bukan menjadi detektif. Dengarkan mereka dengan hati terbuka saat mereka siap, lalu validasi perasaannya.

3. Pahami dan Hindari Pemicu

PTSD seringkali membuat seseorang jadi sangat sensitif terhadap hal-hal tertentu. Bisa suara keras, tempat ramai, bahkan aroma tertentu yang mengingatkan mereka akan trauma masa lalu.

Coba ajak pasangan berbincang soal ini dengan hati-hati, dan catat baik-baik apa saja pemicu mereka. Kamu tidak bisa selalu menyelamatkan mereka dari semua hal, tapi kamu bisa bantu menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan terkontrol untuk mereka.

4. Ajak Mereka untuk Mencoba Bantuan Profesional

Mencoba bantuan profesional

Kamu adalah pasangan mereka, bukan terapisnya. Jadi meskipun kamu support banget, tetap ajak mereka mencari bantuan dari psikolog atau psikiater yang memang ahli di bidang ini.

Beberapa terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau EMDR bisa bantu mereka mengurai trauma dengan cara yang sehat.

Kalau mereka takut atau ragu, kamu bisa tawarkan diri untuk temani di sesi pertama. Kadang mereka cuma butuh ditemani, bukan didorong.

5. Jangan Meremehkan atau Menghakimi

Kalimat seperti “Sudahlah lupakan saja,” atau “Kan itu sudah lama lewat,” bisa jadi sangat menyakitkan bagi mereka.

Trauma bukan soal waktu, tapi soal luka yang belum sembuh. Jadi kalau kamu bingung harus merespon apa, kadang pelukan dan kalimat “Aku di sini kalau kamu butuh,” jauh lebih berarti.

6. Latihan Mindfulness Bersama

Latihan mindfulness

Kegiatan seperti yoga, meditasi, atau sekadar tarik napas dalam bisa bantu banget loh untuk mereka (dan kamu juga!).

Kalian bisa cari aktivitas mindfulness bareng untuk mempererat bonding sambil sama-sama healing.

7. Jaga Batas dan Kesehatan Diri Sendiri

Ini nih yang kadang dilupakan. Mencintai seseorang dengan PTSD bisa sangat menguras emosi.

Jangan sampai kamu kehilangan dirimu sendiri demi ‘menyembuhkan’ mereka. Ingat, hubungan yang sehat adalah hubungan dua arah. Kamu juga perlu me-time, support system sendiri, dan bahkan mungkin terapi juga.

Itu bukan egois, it’s self-love!

8. In the End, It’s All About Love

It's all about love

Jadi, apakah hubungan seperti ini harus dipertahankan? Atau lebih baik pergi saja untuk menjaga kewarasan kita sendiri?

Mungkin sering muncul di kepala kamu, “Kalau segini beratnya, aku harus tetap bertahan tidak sih?

Jawabannya? Lihat dirimu. Apakah kamu masih merasa dicintai? Apakah kamu merasa aman? Apakah kamu masih punya ruang untuk jadi dirimu sendiri?

Kalau jawabannya iya dan kamu punya energi untuk menjalani ini bersama, go for it.

Akan tetapi, kalau kamu merasa terkuras habis dan mulai kehilangan jati diri, itu juga tanda untuk memikirkan ulang.

Ingat, mencintai seseorang bukan berarti mengorbankan kesehatan mentalmu sendiri. Obsessive love, trauma-bonding, atau jadi ‘savior’ bukanlah tujuan dari hubungan yang dianggap sehat.

So, Girls, PTSD bukan aib, tapi juga bukan alasan untuk membiarkan hubungan jadi toxic. Kamu dan pasanganmu sama-sama berhak atas hubungan yang penuh cinta, aman, dan saling membangun.

Jadi, yuk mulai dari hal kecil dengan melakukan tips-tips di atas. Kalau kamu butuh cerita atau dukungan, always remember that: you’re not alone, Cosmo Babes!


(Fishya Elvin (Sam)/Images: Mikhail Nilov, cottonbro studio, Kaboompics.com, Cup of Couple on Pexels)