Review Film: "Final Destination: Bloodlines" Ketika Takdir Mengejar Keluarga

Haninadhira Husaini 28 May 2025

Girls, setelah lebih dari satu dekade, franchise Final Destination akhirnya kembali lewat Bloodlines. Film ini hadir dengan cerita baru, karakter baru, dan tentunya—kematian demi kematian yang bikin kamu menahan napas. Tapi, seberapa berhasil film ini membawa kembali teror takdir yang tak bisa dihindari?

SPOILER ALERT!

Sinopsis

Stefani Reyes (diperankan oleh Kaitlyn Santa Juana) yang merupakan seorang mahasiswi telah dihantui oleh mimpi buruk tentang runtuhnya menara Skyview pada tahun 1968. Ternyata, neneknya, Iris Campbell, pernah memiliki pengalaman serupa dan berhasil menyelamatkan diri dari bencana tersebut. Namun, tindakan itu membuat keluarga mereka menjadi target kematian yang tertunda. Kini, Stefani harus mengungkap rahasia masa lalu keluarganya untuk menghentikan siklus kematian yang mengejar mereka.

Kematian yang Kreatif dan Out of The Box

Film ini tetap setia pada ciri khas franchise dengan menghadirkan adegan kematian yang rumit dan mengejutkan. Salah satu yang paling menonjol adalah adegan di ruang MRI, di mana karakter Erik (Richard Harmon) mengalami kematian tragis akibat tarikan magnetik yang brutal terhadap tindikannya. Meskipun sudah diperlihatkan beberapa clue mengenai beberapa cara kematiannya, namun tetap ada plot twist tidak terduga di dalamnya.

Tetap Mempertahankan Jalan Cerita

Final Destination: Bloodlines tetap mempertahankan formula klasik franchise—karakter yang selamat dari sebuah tragedi besar, lalu diincar satu per satu oleh "kematian" dalam bentuk kecelakaan tak terduga. Formula ini berhasil dibawakan dengan nuansa nostalgia sekaligus rasa baru yang segar. Hal ini akan membawa penonton lama ke sensasi film pertama dan kedua yang paling disukai, sementara penonton baru tetap bisa mengikuti alur tanpa perlu menonton film sebelumnya.

Sentuhan Drama Keluarga

Berbeda dari film sebelumnya, Bloodlines mencoba menyelipkan narasi lebih dalam soal trauma keluarga dan beban takdir yang diturunkan lintas generasi. Tokoh utama, Stefani, bukan cuma kabur dari kematian—tapi juga mencoba memahami sejarah kelam keluarganya. It’s more than gore. Ada sisi drama dan misteri yang membuat film ini terasa sedikit lebih matang dari sekadar deretan kematian.

Karakter Terlalu Banyak & Kurang Mendalam

Meskipun ceritanya menarik, beberapa karakter terasa kurang dikembangkan. Beberapa dari mereka hanya seperti "korban berikutnya" tanpa latar belakang yang kuat. So... who are they again? Sulit merasa peduli dengan nasib karakter yang muncul sebentar lalu langsung tewas tragis.

Kurangnya Penjelasan tentang “Aturan Kematian”

Film ini tidak terlalu dalam menjelaskan bagaimana sistem kematian bekerja, atau kenapa keluarga utama jadi target sejak awal. Hal ini bisa membuat penonton baru bingung. Well, mystery is good—but not confusion. Kurangnya informasi membuat motivasi kematian terasa kabur di tengah cerita.

Is it worth it to watch?

Kalau kamu suka genre horor, thriller, atau film yang bikin kamu paranoid sama benda-benda biasa di sekitarmu, film ini cocok banget buat kamu. Tapi kalau kamu cari cerita kompleks atau karakter yang bisa kamu cintai sampai akhir... mungkin bisa pikir-pikir lagi.