Perimenopause & Menopause, Fase yang Masih Jarang Dibicarakan, Padahal Penting
Kamu mungkin sudah sering dengar istilah menopause, tapi bagaimana dengan perimenopause? Mungkin belum terlalu familier ya. Padahal, fase ini bisa terjadi sejak usia akhir 30-an atau awal 40-an, dan bisa membawa perubahan fisik maupun emosional yang cukup signifikan. Sayangnya, topik ini masih sering dianggap tabu atau disepelekan, bahkan oleh perempuan sendiri.
Padahal, memahami apa yang terjadi di tubuhmu saat perimenopause dan menopause bukan Cuma soal “bersiap-siap tua”. Ini tentang merawat dirimu dengan lebih penuh perhatian, menerima perubahan alami, dan tetap merasa berdaya.
Yuk, kenali lebih dalam tentang dua fase penting ini.
Apa Itu Perimenopause dan Menopause?
Perimenopause adalah masa transisi sebelum menopause, ketika hormon estrogen mulai fluktuatif dan menyebabkan berbagai gejala seperti siklus haid tidak teratur, hot flashes, hingga gangguan tidur. Menopause sendiri ditandai dengan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Menurut The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2019), perimenopause bisa berlangsung selama 4–10 tahun sebelum seseorang benar-benar mencapai menopause. Jadi, ini bukan proses instan, melainkan bertahap dan kompleks.
Gejala yang Sering Diabaikan
Mungkin kamu pernah merasa mudah marah, cemas tanpa sebab, atau merasa “tidak seperti dirimu sendiri”, bisa jadi itu gejala perimenopause. Selain gejala fisik seperti keringat malam dan jantung berdebar, gejala emosional juga umum terjadi, tapi sering kali tidak dikenali. Studi dari Menopause Journal (2021) menyebutkan bahwa banyak perempuan salah mengira gejala ini sebagai stres biasa atau depresi, padahal berhubungan erat dengan perubahan hormon.
Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Jangka Panjang
Perubahan hormonal yang terjadi di masa ini tidak hanya memengaruhi mood atau siklus haid, tapi juga kesehatan jangka panjang. Risiko osteoporosis, penyakit jantung, dan gangguan metabolik meningkat seiring penurunan estrogen. Menurut North American Menopause Society (NAMS), memahami dan mengelola fase ini sejak dini bisa membantu kamu mencegah komplikasi di masa tua dan tetap aktif lebih lama.
Kurangnya Edukasi & Dukungan Sosial
Sayangnya, perimenopause dan menopause masih jarang dibahas secara terbuka, baik di ruang keluarga maupun media. Kamu mungkin juga merasa malu atau takut dianggap “rewel” saat membicarakan gejala-gejalanya. Dalam survei oleh British Menopause Society (2020), 45% perempuan mengatakan mereka tidak tahu apa yang sedang mereka alami sampai gejalanya sangat mengganggu. Ini menunjukkan pentingnya edukasi dan ruang dialog yang lebih terbuka bagi perempuan di usia 35 ke atas.
Cara Merawat Diri Saat Menghadapi Fase Ini
Kabar baiknya, kamu tidak harus melewati ini sendirian. Pola hidup sehat, olahraga rutin, tidur cukup, serta konsumsi makanan yang mendukung hormon (seperti makanan kaya fitoestrogen) bisa sangat membantu. Konsultasi dengan dokter, terutama spesialis endokrinologi atau ginekologi, juga sangat disarankan. Beberapa perempuan juga terbantu dengan terapi hormon (HRT) atau terapi alternatif yang sudah terbukti secara klinis. Yang paling penting: dengarkan tubuhmu dan beri ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat dan beradaptasi.
Menghadapi perimenopause dan menopause bukan tentang melawan waktu, tapi tentang menjalin hubungan baru dengan tubuhmu. Fase ini mungkin penuh tantangan, tapi juga bisa jadi momen penting untuk mengenal dirimu lebih dalam dan hidup dengan lebih sadar. Ingat, kamu nggak sendiri.