Kenali Tanda Kamu Mengalami Emotional Abuse dan Cara Untuk Mendapatkan Pertolongan

Redaksi 30 May 2025

Kekerasan emosional sering kali sulit dikenali dalam sebuah hubungan. Bentuk kekerasan yang tidak melibatkan fisik sering luput dari perhatian—baik oleh si korban sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Kekerasan emosional mencakup berbagai bentuk manipulasi, termasuk gaslighting (membuat korban meragukan ingatannya sendiri) dan coercive control (pengendalian secara paksa), yang sama-sama bertujuan mengendalikan korban secara psikologis.

Menurut Suzanne Jacob, CEO organisasi SafeLives di Inggris yang fokus pada kekerasan dalam rumah tangga, “Kekerasan emosional itu licik dan bisa terjadi terus-menerus– yang akan membelokkan kenyataanmu, membingungkan pikiran, dan mengubah rasa percaya dirimu.” Ia menambahkan bahwa dampaknya bisa sama menghancurkannya dengan kekerasan fisik.

Meskipun masih sulit dikenali dan dibuktikan di pengadilan, coercive control akhirnya diakui sebagai tindak pidana pada tahun 2015.

Sejak saat itu, perhatian terhadap bentuk-bentuk kekerasan emosional, dampaknya terhadap korban, dan sulitnya mengenali tanda-tandanya semakin meningkat.

Namun, Jacob mengatakan bahwa kesadaran itu masih belum merata. “Kekerasan emosional masih belum diakui dan ditanggapi dengan serius,” katanya.

SafeLives memperkirakan bahwa sekitar 2 juta orang di Inggris mengalami bentuk kekerasan dalam rumah tangga setiap tahunnya.

Sayangnya, sistem hukum dan aparat penegak hukum belum sepenuhnya memahami bentuk kekuasaan dan kendali yang bersifat merusak ini.

“Polisi dan sistem hukum pidana perlu pemahaman yang jauh lebih dalam soal penyalahgunaan kekuasaan dan kontrol.”

Apa Itu Kekerasan Emosional?

Apa itu kekerasan emosional?

Adina Claire, Co-CEO sementara dari organisasi Women’s Aid, mendefinisikan kekerasan emosional sebagai “Setiap tindakan di mana pasanganmu mengendalikan, merendahkan, atau mempermalukanmu.”

Ia menambahkan, “Hal ini bisa mencakup gaslighting, di mana kamu dimanipulasi hingga meragukan ingatanmu sendiri; intimidasi dan ancaman, hingga kamu merasa takut dan harus hati-hati dalam bersikap; serta perilaku mengontrol, seperti menentukan apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan, bahkan ke mana kamu boleh pergi.”

Tanda-Tanda Kekerasan Emosional

Mengenali kekerasan emosional memang tidak mudah. Martin Burrow, seorang konselor dari organisasi Relate yang bergerak di bidang konseling hubungan, mengatakan bahwa kekerasan emosional bisa berupa intimidasi, ancaman, merendahkan, kritik terus-menerus, membuat korban merasa bersalah, mengatur perilaku, hingga mengendalikan keuangan.

“Orang sering kesulitan mengenali kekerasan emosional, tapi hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kondisi perasaanmu. Jika pasanganmu terus membuatmu merasa dikendalikan, tidak bisa menyuarakan pendapat, atau harus mengubah perilaku demi menyenangkan dia—itu sudah menjadi tanda bahaya,” jelas Burrow.

Dampak Kekerasan Emosional terhadap Korban

Sama seperti bentuk kekerasan lainnya, kekerasan emosional bisa meninggalkan luka jangka panjang bagi korbannya dan sering kali disertai bentuk kekerasan lain.

“Kekerasan emosional hampir selalu menjadi dasar dari semua perilaku abusif,” kata Claire. “Bisa terjadi secara sendiri atau bersamaan dengan kekerasan fisik dan seksual. Banyak perempuan yang mengalami trauma berkepanjangan bahkan setelah mereka keluar dari hubungan tersebut.”

Burrow menambahkan, “Kekerasan emosional bisa sangat merusak. Itu bisa menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan mengikis kendali diri korban hingga mereka mempertanyakan semua tindakan dan ucapan mereka.”

Apakah Kekerasan Emosional Hanya Terjadi dalam Hubungan Romantis?

Kekerasan emosional

Tidak. Kekerasan emosional bisa terjadi dalam hubungan apa pun, tidak hanya hubungan romantis.

“Intinya, kekerasan emosional adalah upaya untuk mengendalikan orang lain secara emosional,” ujar Burrow. “Hal ini bisa terjadi dalam hubungan dengan teman, pasangan, anggota keluarga, atau bahkan rekan kerja.”

Bagaimana Hukum Menanggapi Kekerasan Emosional?

Sejak tahun 2015, Undang-Undang Kejahatan Serius (Serious Crime Act) di Inggris mengakui coercive control sebagai tindak pidana.

Undang-undang ini menyebut “perilaku mengontrol atau memaksa dalam hubungan intim atau keluarga” sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga, dan bisa dihukum penjara hingga lima tahun.

Namun, hukum ini hanya mencakup hubungan intim atau keluarga—belum mencakup hubungan pertemanan atau pekerjaan.

Kasus Sally Challen menjadi sorotan setelah ia divonis membunuh suaminya dan dipenjara selama satu dekade. Putusan tersebut akhirnya dibatalkan setelah terbukti bahwa ia merupakan korban dari coercive control, gaslighting, dan kekerasan emosional.

Menurut ONS (Kantor Statistik Nasional Inggris), terdapat 33.954 laporan kasus coercive control yang diterima polisi di Inggris dan Wales pada tahun yang berakhir Maret 2021. Jumlah ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya: 24.856 laporan pada 2020 dan 17.616 pada 2019.

Bagaimana Cara Mendapatkan Bantuan?

Kekerasan emosional

“Jika kamu sedang mengalami kekerasan emosional, atau merasa mungkin mengalaminya tapi belum yakin, langkah pertama yang penting adalah berbicara dengan seseorang yang kamu percaya di luar hubungan tersebut,” saran Burrow.

“Bisa teman, konselor, atau lembaga yang fokus membantu korban. Perspektif luar bisa sangat membantu untuk mengenali kekerasan dan mencari dukungan.”


(Artikel ini disadur dari  Cosmopolitan UK/ Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis/Salsa Meilivia/ Image: Doc. Photo by Overearth//Getty Images//Adam Paluch / EyeEm on Cosmopolitan UK).