Apa Itu Fexting? Mengenal Istilah Kencan Terbaru Saat Ini!
Kecuali kamu selalu berada di samping pacarmu 24/7 (yang biasanya jarang sekali terjadi), umumnya kamu akan berkomunikasi melalui pesan sepanjang hari. Selayaknya percakapan, ketika emosimu sedang bergejolak, terkadang pesan-pesan yang kamu kirimkan menjadi lebih… “panas”– and not in a good way. Enter: fighting over text, a.k.a. fexting, yang mungkin pernah kamu alami ribuan kali sebelum mengetahui adanya istilah untuk situasi tersebut!
In case you didn’t know, seorang sex therapist, Martha Tara Lee, PhD menjelaskan fexting dalam hubungan percintaan dapat terlihat sebagai pertukaran emosi dan pesan-pesan yang dapat menyakiti hati. Tidak hanya itu, seringkali fexting juga dibumbui dengan tuduhan dan emosi negatig lainnya yang dikomunikasikan melalui pesan karena kamu tidak dapat berkomunikasi langsung dengan pasanganmu.
Tidak melulu tentang bertukar pesan yang berisikan emosi, terkadang fexting pada beberapa juga dapat berarti tidak ada pertukaran kata-kata, atau mungkin kondisi ini lebih umum dikenal dengan istilah silent treatment. Basically, kamu mengetahui bahwa pasanganmu sedang menggenggam gadget-nya, namun dirinya memutuskan untuk tidak membalas pesan yang kamu kirimkan, ujar Jenni Skyler, PhD, seorang sex therapist dan director dari Intimacy Institute.
Dengan informasi tersebut, pastinya kamu sudah dapat menyimpulkan bahwa fexting bukanlah metode yang cukup efektif jika kamu ingin menyelesaikan masalah dengan pasanganmu. Cosmo sangat setuju dengan hal tersebut, terlebih ketika kamu mengkomunikasikan emosi melalui pesan, terdapat banyak ruang untuk terjadi miskomunikasi.
Meski tidak ideal, fexting sangatlah sulit dihindari jika kamu berada pada posisi LDR (long distance relationship), memiliki jam kerja yang berbeda dengan pasangan, atau sesederhana sedang menghabiskan waktu untuk quality time bersama teman-temanmu. Oleh karena itu, Cosmo akan memberimu beberapa cara untuk membuat fexting lebih efektif dan konstruktif untuk hubunganmu– save it, you might need it someday!
Bagaimana cara mengetahui bahwa kamu dan pasangan sedang melakukan fexting?
Seperti yang sudah Cosmo jelaskan sebelumnya, fexting atau fight over texting memiliki beberapa bentuk yang berbeda. Kamu mungkin dapat mengidentifikasinya dengan adanya…
- Perasaan marah yang dikomunikasikan dalam pesan.
- Melempar tuduhan atau menyalahkan salah satu pasangan atas permasalahan yang pernah atau sedang terjadi.
- Hurtful name-calling (Dapat berupa sebutan dengan kata-kata kasar atau hinaan).
- Respons asinkron dan penolakan untuk membangun koneksi.
- Multi-text atau pesan ber-paragraf panjang yang mengekspresikan kemarahan maupun kesalahan.
- Kesedihan atau pengkhianatan yang terlihat pada pesan.
- Perasaan malu untuk membahas topik ini secara langsung.
- Mengirimkan atau menerima pesan memo, foto, atau video yang berisi kemarahan.
The list goes on, namun kamu pasti dapat merasakan aura negatif dari pesan yang diberikan, ucap Skyler. Dan jika kamu akan bertemu secara langsung dengan pasangan, most likely kamu akan meninggikan nada bicaramu, menunjukkan kekesalan, bahkan menangis.
Apa kelebihan dan kekurangan dari fexting dalam sebuah hubungan?
Meski fexting terasa tidak nyaman (dan seringkali tidak produktif), terdapat beberapa keuntungan yang dapat kamu peroleh darinya. Sebagai contoh, berbicara melalui pesan memberimu waktu untuk merangkai apa yang ingin kamu sampaikan sebelum benar-benar merespon lawan bicaramu– yang diyakini Lee dapat cukup membantu agar emosimu tidak meledak-ledak tanpa arah. Hal tersebut juga berarti kamu memiliki catatan mengenai percakapan tersebut– jika kamu membutuhkannya di masa depan.
Walaupun memiliki beberapa efek positif, Skyler tetap merekomendasikan agar kamu menyimpan topik-topik yang penting untuk dibahas secara langsung– or at least over phone. Saat bertengkar, kedua pihak sedang sangat rapuh, tidak ada yang ingin berada pada situasi tersebut dan melampiaskan emosi melalui pesan merupakan hasil dari rasa takut tersebut. Dan ketika kamu berpikir kamu sudah terbebas dari rasa tidak nyaman karena tidak perlu menatap langsung lawan bicaramu, kamu sebenarnya hanya membuat segala hal lebih sulit. Things got lost in translation, baby.
TLDR: Ketika kamu melakukan fexting, banyak celah bagi hubunganmu untuk mengalami miskomunikasi. Kamu tidak mampu mendengar nada, gaya tubuh, dan memiliki koneksi fisik dengan pasanganmu. Seluruh yang Cosmo sebutkan di atas justru berpotensi untuk memperbesar masalah, bukan menyelesaikannya.
Bagaimana cara fexting yang produktif?
Situasi seperti hubungan jarak jauh, waktu kerja yang tidak cocok, maupun rencana di luar hubungan dengan s/o, dan lainnya terkadang membuat fexting sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, kamu mungkin harus mulai mempersiapkan dirimu dengan mengetahui cara-cara untuk membuat fexting terasa… Well, less irritating for both of you.
Alih-alih menggunakan “blaming language”, kamu dapat membuat komunikasi terasa lebih produktif dengan mengaplikasikan “I statement”.
Contoh: “Aku merasa tidak nyaman ketika kamu mengatakan X padaku” atau “Aku akan lebih senang jika kamu merespon dengan X ketimbang X”. Also, tidak ada salahnya untuk berhenti sejenak dari permasalahan tersebut jika kamu merasa membutuhkannya– namun pastikan kamu mengkomunikasikan pada pasangan bahwa kamu membutuhkan waktu dan ruang untuk berpikir.Trust us, 5 sampai 20 menit waktu istirahat dapat menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan pada responsmu.
Akan lebih baik juga jika kamu menghindari mengirimkan pesan-pesan rancu yang dapat membuat pasanganmu melihatnya seakan agresi atau kebencian.
Contoh: Penggunaan huruf kapital atau tanda seru dapat mengubah konotasi percakapanmu, yang terpenting adalah kamu dan pasangan harus tetap menghargai satu dengan yang lainnya.
Kapan fexting menjadi tidak efektif dan kamu harus menyelesaikannya secara langsung?
Sedikit fexting tidak salah, yes that’s true. Namun, sangat penting bagimu dan pasangan untuk mengetahui bahwa beberapa konflik akan menjadi lebih mudah untuk diselesaikan jika kamu bertemu IRL.
Contoh: Jika argumen tersebut berupa subjek yang cukup sensitif bagi kamu dan pasangan, cari waktu untuk menyelesaikannya secara langsung.
Jika miskomunikasi ketika berkomunikasi lewat pesan sering terjadi pada kamu dan pasangan, kemungkinan besar kamu tidak akan melihat banyak perbedaan ketika konflik lain datang. Instead, jika kamu merasa pesan yang kamu kirimkan berpotensi untuk berujung pada konflik, tahan sebentar percakapan tersebut hingga kamu akhirnya bertemu dengan pasangan atau bicarakan topik tersebut melalui telepon.