Tips Menghadapi Pasangan yang Narsistik

Redaksi 2 03 Jun 2025

Okay, girls, kita semua pasti pernah bertemu atau bahkan pacaran sama orang yang… well, agak-agak terlalu cinta diri sendiri.

Sedikit-dikit pamer, dikit-dikit merasa paling benar, dan giliran kamu curhat, malah dia yang jadi pusat perhatian. Nah, bisa jadi kamu lagi berhubungan sama seseorang yang punya kecenderungan narsistik.

Narsistik itu bukan hanya ada di dalam drama-drama loh, Cosmo babes.

Namun, jangan panik dulu. Narsistik bukan cuma soal selfie terus upload tiap lima menit, tapi bisa lebih dalam… dan jujur, lebih rumit.

Kalau kamu merasa pasanganmu punya ciri-ciri ini, penting banget bagi kamu untuk belajar cara menghadapi mereka dengan sehat dan tetap waras.

Yuk, kita bahas satu per satu tips menghadapi pasangan yang narsistik!


1. Kenali dulu apa itu sifat narsistik

Pertama-tama, kamu harus paham dulu bahwa sifat narsistik itu merupakan spektrum. Ada yang masih bisa diajak kompromi, ada juga yang sudah masuk kategori gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder alias NPD).

Ciri-cirinya? Mereka butuh validasi terus-menerus, sering merasa lebih unggul dari orang lain, dan sayangnya... empatinya tipis sekali.

Kalau kamu merasa pasanganmu sering sekali meremehkan kamu, tidak bisa diajak diskusi sehat, dan selalu memutarbalikkan keadaan supaya kamu yang salah… Well, itu sudah red flag yang patut diwaspadai.


2. Tetapkan batasan yang jelas dan tegas


Jangan sampai kamu jadi ‘yes girl’ yang selalu menuruti semua maunya dia.

Penting banget bagi kamu untuk punya batasan dalam hubungan, apalagi sama orang yang suka mengontrol.

Misalnya, kamu tidak nyaman kalau dia ngomong kasar atau sering mengejek kamu di depan teman-teman? Bilang saja bahwa kamu tidak nyaman dengan tenang tapi tegas.

Karena pada akhirnya, kalau dia sayang sama kamu, dia akan mencoba mengerti. Sebaliknya, kalau dia malah gaslighting dan nyuruh kamu supaya “jangan berlebihan”, itu tandanya dia tidak menghargai batasan kamu.


3. Hindari konfrontasi yang memancing emosi

Salah satu sifat pasangan narsistik adalah tidak bisa menerima kritik, walau disampaikan selembut-lembutnya kapas.

Jadi, daripada marah-marah atau menyindir tajam (yang malah akan membuat drama semakin panjang), lebih baik kamu menggunakan pendekatan yang lebih tenang dan fokus ke “aku merasa…” daripada “kamu tuh selalu…”.

Contohnya, “Aku merasa sedih waktu kamu memotong pembicaraan aku di depan teman-teman. Aku ingin bisa ngobrol sebagai partner yang setara.” Lebih enak didengar, bukan?


4. Teknik ‘Grey Rock’, yakni jadi batu abu-abu secara emosional


Lucu sih namanya, tapi teknik ‘Grey Rock’ ini cukup terkenal efektif. Intinya, kamu jadi tidak memberikan reaksi emosional yang mereka cari.

Saat mereka mulai drama, kamu cuek saja. Tidak marah, tidak sedih, tidak heboh.

Lama-lama, mereka bakal kehilangan minat untuk mengatur kamu karena kamu tidak ‘seru’ untuk dikontrol.

Akan tetapi perlu kamu ingat, teknik ini cocok dipakai dalam situasi yang aman, bukan untuk kondisi hubungan yang sangat toxic atau penuh kekerasan.


5. Kelola ekspektasimu, jangan berharap terlalu banyak

Ini bagian yang paling menyedihkan tapi jujur: kamu tidak bisa mengubah seseorang yang tidak mau berubah.

Terkadang kita berpikir, “Kalau aku cukup sabar, dia pasti bisa berubah kok.” Tapi kenyataannya, cinta saja tidak cukup, apalagi buat orang yang tidak sadar bahwa mereka punya masalah.

Kalau pasanganmu tetap keras kepala, suka manipulasi, dan bikin kamu kehilangan jati diri, mungkin kamu harus realistis, “Apakah hubungan ini benar-benar layak dipertahankan?”.


6. Bangun support system yang kuat


Ingat ya, kamu tidak harus menjalani ini sendirian. Curhat ke sahabat, keluarga, atau bahkan konselor bisa bantu banget untuk menjaga kewarasan kamu.

Orang lain bisa memberikan perspektif luar yang lebih objektif, dan kamu juga tidak merasa ‘gila sendiri’ karena terus dipermainkan secara emosional.

Satu lagi, jangan lupa, self-care itu penting. Cintai dirimu sebelum mencintai orang lain yang belum tentu layak.


7. Siap-siap untuk melempaskan kalau memang sudah tidak sehat

Kadang kita terlalu cinta sampai lupa bahwa hubungan itu harusnya bikin kamu tumbuh, bukan tenggelam.

Kalau pasanganmu narsistik dan tidak ada niat berubah, apalagi membuat kamu merasa bersalah terus, mungkin it's time to let go.

Tidak ada salahnya kok memilih dirimu sendiri, karena kamu pantas untuk dicintai secara sehat dan setara.


So, girls, narsistik bukan tren, jadi hal ini tidak boleh dinormalisasi.

Berhenti menganggap sifat narsistik itu cool, charming, atau “cowok dominan tuh wajar”. Kenyataannya, hubungan yang sehat itu tentang dua orang yang saling mendengarkan, menghargai, dan membangun bersama.

Kalau kamu merasa pasanganmu punya sifat narsistik yang melelahkan, jangan tutup mata. Pelan-pelan, kenali, jaga diri, dan jangan ragu untuk pergi kalau semua usahamu hanya dibalas ego.

Because love isn't about who holds the most power, but about who cares the most, with all their heart…


(Fishya Elvin/Images: Alena Darmel, Keira Burton, cottonbro studio, RDNE Stock project on Pexels)