Cara Menghadapi Pasangan Yang Pemarah
Having a healthy and peaceful relationship is a blessing. Baik diri sendiri atau pasangan sama-sama berusaha membangun hubungan sehat di mana ada dukungan untuk satu sama lain sampai pengelolaan emosi yang baik saat dihadapkan pada masalah. Namun, bagaimana jika pasangan justru sering kesulitan mengelola emosi dan gampang “meledak” kalau ada masalah?
If your partner is one of them, you are not alone Cosmo Babes. Punya pasangan yang pemarah memang menguji perasaan. Ada kalanya kita harus selalu tenang dan sabar buat menghadapinya. Tapi apakah itu saja cukup? Melansir dari laman Marriage, ada strategi yang direkomendasikan ahli untuk hadapi pasangan yang pemarah. Coba cek, apa kamu sudah melakukannya?
Tetap tenang dan jangan terbawa emosi
Strategi utama saat menghadapi pasangan pemarah adalah ketenangan. Mungkin ini juga jadi hal tersulit dilakukan, tapi tidak ada gunanya ketika pasangan kamu marah dan kamu ikut terbawa emosi. Kalau saling meluapkan amarah, maka masalah tak kunjung selesai. Sebaliknya, dengan pembawaan diri yang tenang, maka akan semakin cepat pasangan kamu menyelesaikan amarahnya.
Tetapkan batasan
Bersabar dan tenang boleh saja, tapi kamu tetap harus menetapkan batasan, Babes. Seberapa jauh amarah pasanganmu dapat ditoleransi? Komunikasikan batasan-batasan ini kepada pasanganmu sehingga dia juga bisa menghormati batasan yang kamu berikan. Dengan begitu, kalian jadi sama-sama nyaman.
Jangan toleransi kekerasan dan sikap merendahkan
Walaupun kamu telah menetapkan batas toleransi, ada hal yang tidak sama sekali bisa ditolerir. Yup! Itu adalah kekerasan dan sikap merendahkan. Kalau pasanganmu marah kepadamu, jangan sampai ada kekerasan verbal atau pun fisik yang kamu terima. Kalau kamu membiarkan hal ini terjadi, pasanganmu bisa saja mengira bahwa kamu menganggap kekerasan itu hal yang tidak apa-apa dilakukan. Oh, big no!
Tunjukkan rasa kasih sayang
Rasa marah pasti dialami karena ada pemicunya. Dijelaskan dalam laman Marriage, orang yang marah sering kali adalah orang yang terluka parah dan memilih untuk menggunakan amarah untuk melindungi dirinya sendiri. Jika pasanganmu termasuk orang yang marah sebagai mekanisme pertahanan diri, maka kamu perlu tunjukkan rasa kasih sayang dan empati untuk pasanganmu. Misalnya, dengan cara mengatakan hal-hal baik, mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan tidak mengejek ataupun menyindir.
Tahu kapan kamu harus pergi
Terakhir, Cosmo Babes harus tahu jika dia sudah melewati batasan dan tidak pernah memperbaiki sikapnya, maka kamu harus pergi meninggalkan pasangan tersebut. Kamu mungkin sudah berusaha sekuat tenaga untuk bersabar, bahkan konsultasi dengan therapist, tapi pasanganmu tetap menunjukkan sifat pemarah yang tidak dapat dikontrol dan menolak untuk menjadi lebih baik. Ini jadi red flag yang harus kamu perhatikan, Babes.
Coba tanyakan pada diri sendiri, yakin kamu bisa terus bertahan tanpa perubahan? Pertimbangkan fakta bahwa kemarahan cenderung meningkatkan seiring waktu jika nggak lekas ditangani. Kalau kamu jawab “tidak”, maka ini mungkin saatnya kamu pergi.