Friendship Breakup Lebih Menyakitkan dari Putus Cinta, dan Itu Valid!
Kamu mungkin pernah merasakan hancurnya hati setelah putus cinta, tapi tak banyak yang membicarakan betapa perihnya kehilangan sahabat. Padahal, saat sebuah persahabatan berakhir, luka yang ditinggalkan bisa terasa lebih dalam, lebih personal, dan lebih sunyi. Karena dalam hubungan pertemanan, kamu sering membuka diri tanpa batas, tanpa ekspektasi romantis, hanya murni karena rasa percaya dan sayang.
Jadi saat itu runtuh, kamu tak hanya kehilangan seseorang yang tahu makanan favoritmu atau kebiasaan anehmu. Kamu kehilangan rumah emosional yang pernah kamu anggap paling aman. Dan ya, rasa sakit itu valid. Bahkan menurut studi dalam Journal of Social and Personal Relationships (2018), kehilangan teman dekat punya dampak psikologis yang setara, bahkan lebih berat, dibanding putus hubungan romantis. Kenapa bisa begitu?
1. Sahabat Adalah Cermin Identitasmu
Kamu tumbuh bersama sahabat, saling membentuk, dan sering kali menyerap nilai atau perspektif mereka ke dalam hidupmu. Maka saat persahabatan itu retak, kamu juga merasa seperti kehilangan bagian dari dirimu. Perpisahan ini bisa memunculkan krisis identitas yang diam-diam menyayat.
2. Tidak Ada “Ritual” Setelah Putus Sahabat
Kalau putus cinta, orang-orang biasanya menghiburmu, bahkan ada “protokol” seperti unfollow Instagram atau membakar kenangan. Tapi ketika putus sahabat, kamu dibiarkan bingung sendiri. Tidak ada penutup resmi, tidak ada yang tanya “kamu baik-baik aja nggak?”. Padahal kamu juga berduka. Ini sering membuat rasa kehilangan terasa sepi dan tidak tervalidasi.
3. Persahabatan Sering Dianggap Akan Bertahan Selamanya
Sejak kecil, kamu mungkin diajari bahwa sahabat sejati akan selalu ada. Kamu percaya bahwa meski hidup berubah, sahabat akan tetap di sana. Maka ketika perpisahan terjadi, kamu merasa dikhianati oleh harapan sendiri. Realita ini bisa membuat luka persahabatan terasa lebih mengejutkan daripada akhir kisah cinta yang sudah kamu prediksi.
4. Tidak Ada “Kata Putus”, Tapi Rasa Hancur Tetap Nyata
Banyak friendship breakup terjadi tanpa konfrontasi jelas. Tiba-tiba kamu merasa dijauhkan, tak lagi diajak ngobrol, atau perlahan dilupakan. Dan itu justru lebih menyakitkan karena kamu tidak tahu di mana salahmu, atau apakah kamu berhak merasa sedih. Ketidakjelasan ini memperpanjang rasa perih yang tidak bisa kamu akui ke siapa pun.
5. Kamu Berhak Berkabung dan Pulih
Sama seperti kehilangan lainnya, kamu butuh waktu untuk meratapi dan memulihkan diri dari friendship breakup. Jangan merasa berlebihan jika kamu menangis, merasa marah, atau merindukan dia. Itu semua valid. Menurut psikolog klinis Miriam Kirmayer, duka karena berakhirnya persahabatan adalah pengalaman emosional yang sah dan layak ditangani dengan penuh empati, terutama dari dirimu sendiri.