Mengapa Laki-laki Cenderung Lebih Cepat Move On dari Kita Semua?!
Bahkan belum 24 jam setelah perpisahan hubungan kami yang penuh air mata, mantanku sudah ketahuan genit dengan orang lain.
“Hey, bukannya ini pacarmu?” tulis temanku sambil mengirimkan screenshot sebagai bukti. Serius? Dia bahkan tidak nunggu satu hari kerja untuk kembali “berburu”? Ugh, rasanya benar-benar menghancurkan hati.
Setelah percakapan perpisahan terakhir kami, aku membayangkan diriku akan melewati masa-masa refleksi diri.
Mungkin akan menghabiskan dua atau tiga pizza penuh perasaan, ikut kelas yoga, dan pelan-pelan menyadari beberapa hal penting yang bisa membuat bayangan mantan memudar dan rasa percaya diri sebagai perempuan single semakin kuat.
Penuh drama, emosional, dan... indah!
Tapi ternyata, mantanku malah sibuk berkencan dan minum-minum dengan orang baru. Seketika aku merasa senasib sepenanggungan dengan Ariana Grande, Anna Faris, Miranda Lambert, dan semua perempuan yang pernah melihat mantannya move on sebelum mereka sempat keluar dari akun Hulu kami.
Seperti... ada apa sih??? Kenapa banyak perempuan butuh waktu berbulan-bulan buat sembuh dari patah hati, sementara laki-laki kelihatannya langsung “baik-baik saja”?
Menurut Jordan Madison, terapis pernikahan berlisensi, laki-laki dari kecil sudah diajarkan untuk tidak terlalu ambil pusing soal patah hati.
Mungkin mereka curhat sambil main basket, atau murung sendirian di sofa, tapi kebanyakan dari mereka mengikuti nasihat “jadi laki-laki sejati” yang sudah tertanam sejak kecil. Demi menjaga ego, mereka buru-buru cari pelarian ke orang baru sampai orang-orang tidak sadar kalau sebenarnya mereka juga terluka.
Sebaliknya, perempuan justru lebih didorong untuk mengekspresikan emosi. (Bayangkan Elle Woods pasca putus dengan Warner, menangis dengan maskara luntur).
Masyarakat menganggap curhat dan menangis itu kekuatan kita. “Kita diberikan waktu untuk berduka, menangis, dan memproses perasaan,” jelas Madison.
Jadi... apa kita harus merasa kasihan ke cowok?
Cara cepat mereka ‘menambal’ luka hati sebenarnya tidak banyak membantu, kata Jeannie Assimos, kepala penasihat di eHarmony.
“Laki-laki lebih sering mencari pelarian dengan perempuan lain, bukan karena mereka tidak mencintaimu, tapi karena mereka pikir itu bisa mempercepat proses move on.” Padahal... (halo cowok-cowok!) hal itu biasanya tidak berhasil.
Sebuah studi tahun 2015 dari Binghamton University dan University College London juga menemukan bahwa meskipun perempuan melaporkan rasa sakit emosional dan fisik yang lebih besar setelah putus cinta, mereka justru lebih cepat sembuh secara keseluruhan.
“Sebaliknya, laki-laki sering kali tidak pernah benar-benar pulih – mereka hanya... move on saja,” tulis peneliti. (Dan tebak siapa yang bakal kena imbasnya? Yup, pasangan rebound mereka!)
Aku masih kesal karena mantanku bisa menggantiku secepat itu. Tapi kalau sains bilang lebih baik mengakui perasaan daripada memendamnya, aku dan pizzaku akan baik-baik saja.
Pertanyaan Cepat: Cowok-cowok, kalian sadar tidak sih kalau kalian move on terlalu cepat?
“Setelah putus, aku langsung ingin mencari distraksi dan memvalidasi ego melalui berkencan. Tapi jujur saja, mantan pertamaku masih terlintas di kepala tiap beberapa bulan—padahal itu hampir 10 tahun lalu.”
–Hunter, 29 tahun
“Aku jelas tidak lebih cepat move on dibanding mantanku. Butuh waktu sekitar setahun buat benar-benar lepas. Buatku, selalu ada bagian dari diri ini yang tidak bisa benar-benar melepas hubungan.”
–Julian, 28 tahun
“Sebagai ekstrovert, aku biasanya cepet rebound. Tapi butuh kerja keras di terapi untuk benar-benar merasa aku sudah ‘selesai’ dengan hubungan sebelumnya, belajar dari situ, dan move on dengan sehat.”
–David, 33 tahun
(Artikel ini disadur dari Cosmopolitan ME / Perubahan bahasa telah dilakukan oleh penulis/Salsa Meilivia/ Image: Doc. Photo by Cosmopolitan Middle East).