Isyana Sarasvati Lawan Isu Online Bullying Lewat #HarumkanMedsos

Giovani Untari 04 Jul 2022

Di tengah era kebebasan berekspresi dan mengungkapkan pendapat di dunia digital, terkadang kita tak bisa menutup mata ada sejumlah permasalahan sosial baru yang justru muncul dari hal tersebut. 

Sebagai perempuan, tak jarang setiap harinya kita masih melihat (bahkan yang terburuk) menjadi korban dari aksi beauty bullying di media sosial

Munculnya komentar bernada kebencian serta judgement dari media sosial dan orang sekitar, bisa membuat perempuan Indonesia merasa takut untuk bebas berekspresi dan menjadi dirinya sendiri. Apakah kamu pernah mengalami komentar soal penampilanmu, seperti tentang gaya rambut, makeup, serta style pakaian yang mengundang judgement tertentu? Alhasil, kamu jadi membatasi diri dan tak jarang akhirnya memilih mengikuti standar sosial yang dibentuk oleh masyarakat.


Padahal media sosial seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk berekspresi dan menyalurkan segala potensi yang ada di dalam diri kita. Dan kita sebagai perempuan pun berhak untuk bahagia dan mengikuti dengan apa yang kita dalam hidup inginkan dalam hidup.

Membahas masalah satu ini, Cosmo pun berkesempatan untuk duduk dan berbincang bersama sosok penyanyi berbakat Indonesia sekaligus brand ambassador LUX Botanicals, Isyana Sarasvati.


Gaun, Rinda Salmun; anting dan kalung, House of Jealouxy ; Kursi, Super Rattan. @hisuperrattan.


Musisi yang kita kenal dengan karyanya yang selalu insipiratif dan unik tersebut ternyata juga sering merasa bahwa media sosial saat ini telah berubah menjadi tempat yang kurang nyaman dan ramah untuk perempuan dalam mengekspresikan diri. Menariknya, pelantun Il Sogno tersebut juga saat ini memiliki satu movement bersama LUX Botanicals bernama #HarumkanMedsos untuk mengajak perempuan Indonesia agar lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial dan berekspresi secara positif tanpa terpengaruh dengan hate comments yang ada. 


Hai Isyana, sebagai seorang musisi yang dikenal ceria, Cosmo penasaran kamu sendiri sebenarnya tipe yang seperti apa? Apakah memang selalu happy dan seru seperti di media sosial atau sebenarnya... waktu di rumah kamu juga ada perasaan sedih sampai menangis?

Isyana: Sebagai manusia biasa, pastinya saya punya berbagai perasaan mulai dari sedih, bahagia, dan lainnya. Hanya saja misalnya untuk perasaan sedih saya memilih untuk tidak menunjukkannya di depan kamera dan media sosial. Karena pada akhirnya tidak semua di media sosial itu menggambarkan diri kita yang seutuhnya.



Beberapa waktu lalu, postingan quotes-quotes Isyana sempat ramai dibicarakan. Ada arti sebenarnya dengan unggahan tersebut? Sepertinya unggahan itu berasal dari hati dan sesuatu yang sudah lama dipendam ya?

Isyana: Pastinya, soalnya saya secara pribadi merasa bahwa stressor terbesar itu datang dari internet. Jadi unggahan tersebut adalah hal yang cukup sensitif untuk saya pribadi. Saya merasa apa yang ada di media sosial saat ini kadang terlalu bebas, sehingga kita tidak bisa mem-filter apa yang ingin kita lihat. Bahkan terkadang saat sedang scrolling, kita sering tanpa sengaja melihat banyak hal yang membuat kita merasa overwhelming dan menyakitkan. 

Jadi saya ingin mengajak komunitas dan followers saya untuk yuk kita lebih mengharumkan media sosial dengan menggunakannya secara lebih bijak. Karena sekarang ini banyak yang suka komentar dengan berkedok ‘sekedar mengingatkan’ tetapi sebenarnya itu bisa menjadi sesuatu yang menyakitkan, menguras kepercayaan diri, dan akhirnya membuat si penerima komentar jadi takut untuk mengekspresikan dirinya sendiri. 

Saya ingin masyarakat lebih bisa saling support satu sama lain di media sosial, bukan saling menjatuhkan. Apalagi saat ini sekarang orang juga sangat mudah membandingkan hidupnya dengan orang lain dari apa yang mereka lihat di media sosial. Saya juga lebih menyadari bahwa segala yang ada di media sosial belum tentu nyata. Yang penting kita fokus untuk mengejar mimpi sendiri saja dan lebih menebarkan energi positif.



Gaun, Peggy Hartanto; anting, House of Jealouxy.


Sebagai publik figur kamu pastinya pernah menerima hate comment di media sosial. Bagaimana cara kamu menanggapi komentar buruk tersebut? 

Isyana: Tentu sering, karena dalam hidup pasti akan selalu ada yang pro dan kontra, bukan? Di awal-awal karier pada zamannya saya masih sering dibanding-bandingkan, saya merasa kesulitan untuk menghadapi komentar tersebut. Sampai akhirnya saya memilih untuk membatasi diri dan tidak membaca komentar selama bertahun-tahun. Menurut saya itu adalah jalan terbaik agar saya bisa survive sampai sekarang. Jujur sampai hari ini saya pun tetap tidak membaca komentar, tapi pelan-pelan saya mulai bisa membaca komentar di media sosial. Karena saya harus tetap bisa saling terhubung dan memiliki energi timbal balik dengan para pendengar karya saya.



Atasan dan rok, Patrick Owen; anting, House of Jealouxy.


Selain dibanding-bandingkan, apa lagi hate comment yang paling menyakitkan yang kamu ingat?

Isyana: Hmm.. komentar yang menyakitkan ke arah bodyshaming. Semisal ukuran tubuh saya itu dianggap terlalu gemuk atau terlalu kurus, jadi serba salah. Dan selain itu, saya pribadi orangnya memang cukup eksploratif dalam urusan makeup dan fashion kan. Namun terkadang muncul komentar bernada penuh ekspektasi dan membentuk standar perempuan di masyarakat misalnya perempuan tidak boleh menggunakan lipstik berwarna hitam, lebih baik menggunakan warna lain. Padahal itu merupakan image yang sedang ingin saya eksplor lagi dengan lagu saya yang akhir-akhir lebih bergenre progressive-rock. Pada akhirnya saya merasa, nobody can’t stop me for being myself! Karena ya bagaimanapun ini adalah hidup kita, kalau kita merasa nyaman dan percaya diri, just do it! Kita tidak bisa menyenangkan semua orang.


Atasan dan celana, Sapto Djojokartiko; anting, House of Jealouxy.


'..'


Last question, perempuan juga lebih sering menjadi objek dan korban online bullying. Menurut Isyana, apa yang bisa kita lakukan dan ubah agar media sosial menjadi tempat yang aman dan jauh dari hal-hal negatif?

Isyana: Kita harus lebih bisa mengharumkan media sosial dengan lebih sering lagi menebarkan komentar baik terhadap satu sama lain. Jika memang tidak ada hal baik yang ingin kita berikan, maka sebaiknya kita tidak perlu berkomentar. Atau dengan hal sesederhana seperti saat ada teman yang mengunggah fotonya, kita memberikan emoji berupa tanda hati atau fire. Saat ini saya juga mempunyai visi dan misi yang sama dengan brand LUX Botanicals, di mana kita sama-sama ingin mengharumkan media sosial. Harapannya dengan menjadi brand ambassador dari LUX Botanicals, saya bisa membantu meningkatkan campaign ini. Supaya ke depannya masyarakat bisa berhenti melakukan bullying di media sosial, saling mendukung satu sama lain, dan menebarkan energi positif.



Atasan dan celana, Sapto Djojokartiko; anting, House of Jealouxy.



Fotografer: Hadi Cahyono
Fashion Stylist: Astriana Gemiati, Dheniel Algamar
Text: Giovani Untari & Haninadhira Husaini / FT
Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang
Assistant Fashion Stylist: Haninadhira Husaini
Layout: Rhani Shakurani
Makeup & Hair: Yoanyuana