Mengenal ‘Stress Crossover’ yang Bisa Menular di Ruang Kerja
Cosmo babes, pernahkah kamu mendengar bahwa stres dapat menular ke orang-orang di sekitar kamu? Bukan hanya penyakit yang bisa menular, tetapi emosi negatif seperti stres juga dapat membuat orang-orang di sekitar kamu merasakan hal yang sama pula. Untuk berhati-hati dengan penularan stres, coba kenali beberapa hal di bawah ini:
1. Stres adalah reaksi yang normal
Pastinya emosi seperti stres pernah dirasakan oleh semua orang. Jangan khawatir, stres memang merupakan suatu bentuk reaksi yang normal dari tubuh kita ketika mengalami perubahan atau tekanan yang besar. Salah satu gejala yang paling mudah dikenali sebagai tanda-tanda kamu mengalami stres adalah jantung yang berdetak lebih cepat, tekanan darah yang lebih tinggi, menegangnya otot-otot tubuh kita, dan timbulnya masalah pada pencernaan.
2. Bisa berdampak baik pada motivasi kerja
Ketika kita bisa menempatkan stres tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat, maka tentunya stres juga memiliki dampat yang positif dari diri kita. Dengan adanya gejala stres, kita dapat lebih termotivasi atau waspada terhadap hal-hal yang akan kita hadapi ke depannya. Akan tetapi, tentunya stres juga memiliki lebih banyak dampak negatif yang perlu kamu ketahui.
3. Dapat dialihkan ke lingkungan lain
Ini adalah salah satu bentuk negatif dari stres. Orang-orang di sekitar kita—yang biasanya berada dalam lingkup pekerjaan dan keluarga—dapat tertular. Hal ini disebabkan dengan adanya spillover effect, ketika kita cenderung membawa stres yang kita alami dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.
Contohnya adalah ketika kita stres akibat banyaknya pekerjaan yang menumpuk di kantor kita, kita akan membawa emosi negatif tersebut sampai ke rumah.
4. Dapat ditularkan ke orang lain
Di sisi lain dari spillover effect, dampak buruk lain dari perasaan stres adalah crossover effect, atau yang berarti kita menularkan stres kita pada orang-orang terdekat di sekitar lingkungan kita. Biasanya, crossover effect terjadi pada orang-orang yang sudah biasa bersama.
Menurut jurnal internasional Armstad and Semmer, stress crossover yang terjadi antar pasangan biasanya menunjukkan pada peran yang lebih dominan dalam kehidupan pribadi mereka. Misalnya, perempuan akan mudah menularkan stres terkait kehidupan keluarga pada pasangannya, sedangkan laki-laki akan mudah menularkan stres terkait kehidupan kerja pada pasangannya. Stres yang ditularkan ini akan memiliki dampak yang sama pada orang-orang yang terlibat.
Selain itu, menurut jurnal internasional lain dari Yucel and Latshaw, konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga yang dialami laki-laki maupun perempuan dapat memengaruhi kepuasan kerja, kepuasan dalam hubungan, serta kesehatan mental pasangannya. Stress crossover terjadi saat individu saling berbagi ceritanya dan individu lainnya mencoba berempati terhadap situasi stres yang dialaminya.
5. Mencoba coping strategy yang lebih baik
Merugikan orang lain apalagi orang-orang yang kamu sayangi yang berada di sekitarmu pasti bukanlah hal yang kamu inginkan untuk terjadi. Apalagi, membagikan luka yang sama seperti bagaimana kamu berbagi stres kepada orang-orang tersebut harus kamu hindari. Oleh karena itu, kamu juga harus menyadari bahwa stress crossover juga dapat terjadi karena adanya perubahan perilaku maupun sikap yang mungkin diakibatkan oleh stres itu sendiri.
Mencari tips dan trik untuk mengelola stres agar tidak menular pada orang lain adalah salah satu cara yang dapat kamu lakukan. Kamu bisa melakukan berbagai macam coping strategy, atau strategi dalam mengurangi efek dari stres.
- Meditasi atau menenangkan diri
- Memakan makanan yang bergizi
- Beristirahat atau tidur yang cukup
- Berolahraga
- Melakukan pengalihan perhatian yang lainnya
- Berkonsultasi pada psikolog
Ingat, berilah waktu untuk diri kamu sejenak ketika kamu merasa stres sudah menguasai diri kamu. Situasi yang selalu dipaksakan dan terkesan terburu-buru akan berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu. Jadi, ingatlah untuk selalu memberikan waktu untuk memulihkan diri.
(Fishya Elvin/Images: Photo by Pixabay, Andrea Piacquadio, Anna Shevchuk, Bellen Capello, Fauxels on Pexels/Layout: Rhani Shakurani)