Exclusive Interview: Zara Adhisty dan Karier di Industri Hiburan

Haninadhira Husaini 25 Aug 2022

Well, beberapa dari kita mungkin sudah familier dengan sosok yang sudah mulai berkarya sejak umur 12 tahun ini. Yup, Zara Adhisty ternyata mulai merasa memiliki passion di dunia akting sejak berperan sebagai Euis di dalam film Keluarga Cemara 1, lho. Cosmo jadi penasaran, apakah Zara memang memiliki cita-cita menjadi seorang aktris? Dan bagaimanakah perjalanan Zara di industri hiburan selama delapan tahun? Let’s find out here!

 

Hi, Zara, congratulations untuk film terbarunya Keluarga Cemara 2! Bagaimana rasanya kembali menjadi Euis setelah 4 tahun berlalu? Apakah ada perbedaan karakter Euis di dua film Keluarga Cemara ini?

Yang pastinya senang sekali, karena Keluarga Cemara itu project pertama saya untuk bisa menjadi pemeran utama, dan saya mulai merasa memiliki passion di akting semenjak saya belajar di Keluarga Cemara 1, sehingga di Keluarga Cemara 2 ini saya merasa nostalgia bertemu orang-orang yang sudah tahu saya dahulu seperti apa sebelum seperti sekarang. Soal perbedaan karakter pastinya ada, saya dan Euis itu seumuran, tumbuhnya bareng, sehingga saya merasa sama seperti karakter ini. Kalau di Keluarga Cemara 2, Euis lebih dewasa karena sudah SMA, kalau di film pertama itu masih SMP, sedang di fase bingung membagi waktu antara keluarga, sekolah, pacar.

 

Apa momen paling memorable selama melakukan proses syuting Keluarga Cemara 2? Adakah momen atau scene yang relate secara personal?

Hampir semuanya relate karena ini drama keluarga. Kalau yang paling memorable adalah ketika scene bersama Agil, karena Agil ini adik kecil yang baru ada di Keluarga Cemara 2. Tantangannya adalah bagaimana kita membuat mood Agil baik, pokoknya sudah seperti adik sendiri! Ada satu scene yang paling dekat dengan saya pribadi yaitu scene di kamar bersama Emak, ketika ia memberi nasihat tapi saya harus menahan tangis karena karakter Euis itu tidak boleh cengeng.

 

Setelah berjalan dua sequel film Keluarga Cemara, hal-hal apa saja yang kamu pelajari baik dari karakter Euis sendiri dan dari keseluruhan cerita film itu?

Banyak pastinya, di dalam keluarga itu penting banget untuk saling terbuka walaupun mungkin kadang diri kita yang merasa bahwa tidak ada yang bisa mengerti kita. Di sini saya belajar betapa pentingnya komunikasi di dalam keluarga, jadi bukan hanya komunikasi dengan teman maupun pasangan, tapi dengan semua orang termasuk keluarga.

 

 

Cosmo jadi penasaran, apakah sebenarnya kamu bercita-cita menjadi aktris sejak kecil? Bisa diceritakan bagaimana awal karier Zara di industri perfilman?

Sebenarnya tak pernah terbayang untuk masuk ke dunia entertainment, karena saat umur 12 tahun, ketika ditanya cita-cita, saya belum tahu. Lalu suatu hari saya ditawari untuk masuk idol group dan iseng daftar, ternyata diterima. Baru sejak itu merasa bahwa ternyata seru juga, ya, menari dan bernyanyi. Setelah jadi penyanyi, baru mulai coba ikut casting dan akting, ternyata di situ baru saya merasakan bahwa akting itu adalah passion saya. 

 

Bagaimana cara kamu mengasah kemampuan akting? 

Kalau akting sebenarnya saya tidak pernah belajar secara khusus, justru di Keluarga Cemara saya baru mulai belajar akting. Untuk mengasahnya, dari setiap project yang saya jalani, saya selalu bertemu dengan artis senior dan memanfaatkan momen itu untuk banyak sharing dengan mereka, karena saya tidak malu untuk bertanya.

 

 

Masih ingat bagaimana rasanya pertama kali terjun ke industri perfilman? Bagaimana kamu menghadapi tekanan dan beradaptasi di tempat yang baru?

Saya itu extrovert dan mudah untuk berteman dengan siapa saja, tidak hanya di lingkungan pekerjaan saja, tapi di lingkungan pertemanan juga. Saya itu tidak bisa diam sendirian, saya harus mengobrol dengan orang lain, dan beruntungnya di dunia entertainment, semua orang berusaha seperti itu.

 

Setelah berkarier di industri hiburan selama delapan tahun dan melahirkan sejumlah karya, adakah pelajaran hidup atau ilmu yang kamu dapatkan dan ingin disebarkan ke banyak orang?

Ini yang selalu saya bicarakan dengan Ibu saya di umur saya yang sudah 19 tahun sekarang. Saya belajar bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan saya sadar, ketika sedang merasa senang banget, maka harus dikontrol dan harus lebih bersyukur. Kadang saya suka lupa untuk bersyukur, makanya kadang ada masalah yang tiba-tiba muncul. Dan ketika sedang merasa down, saya belajar untuk jangan meninggalkan masalahnya, tetapi saya harus introspeksi diri mengapa masalah ini muncul dan belajar untuk bangkit. Mengapa saya bilang berlebihan itu tidak baik, karena roda itu berputar dan hidup harus seimbang. Jadi ketika kita mendapat kesenangan, maka dari situ kita juga harus siap ketika mendapat sedih yang setimpal. Hal ini yang memotivasi saya ketika sedang merasa sedih, karena saya berpikir bahwa saya juga akan merasa senang  setelah badai ini, dan itu yang membuat saya jadi tidak sedih lagi. Untungnya saya dikelilingi orang-orang yang selalu support saya, seperti keluarga dan para sahabat.

 

 

Apa hal yang paling kamu syukuri dari berkarya di industri perfilman Indonesia?

Saya bersyukur selalu bisa bekerja dan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberi saya pelajaran berharga. Jadi saya tidak pernah merasa sendiri, dan ketika bertemu dengan aktor senior atau director dan produser, mereka pasti memberi pembelajaran untuk saya. Sehingga saya seperti sedang belajar sambil bekerja.

 

Bicara soal sisi personal, apa perubahan hidup yang paling dirasakan oleh Zara selama berkarier di industri hiburan?

Dulu saya pemalas, sedangkan sekarang, saya selalu ingin mengejar sesuatu dan tidak mudah menyerah. Selain itu, saya juga belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri karena dulu saya manja, tidak mau keluar rumah tanpa Ibu dan Ayah saya. Namun sejak tinggal di Jakarta dari umur 12 hingga 16 tahun dan saya hidup sendiri, saya merasa berjuang untuk bangun dan mencari makan sendiri tanpa orang tua yang pada saat itu tinggal di Bandung.

 

Zara Adhisty sudah debut di industri hiburan sejak usia 12 tahun. Pernahkah merasa lelah? Apa yang dilakukan Zara untuk healing? Apakah Zara lebih suka beristirahat di rumah atau menikmati free time di luar rumah?

Ya, pastinya pernah merasa capek. Tapi cara saya untuk healing adalah dengan di rumah saja bersama keluarga atau dengan sahabat terdekat. Sebagai orang yang suka ngobrol, jika sudah ngobrol, saya merasa seperti sudah mengeluarkan semuanya. Saya juga senang dance kalau lagi di rumah. Selain itu, karena saya extrovert, saya juga suka untuk keluar rumah. Namun kalau lagi banyak pikiran, saya merasa lebih baik diam di rumah karena takut tidak bisa mengontrol emosi. 

 

Last, apa goals Zara yang belum terwujud dan ingin Zara capai sebelum berusia 30 tahun? 

Saya ingin bisa menjadi lawan main seorang artist yang berasal dari luar negeri, karena saya ingin merasakan experience baru. Saya ingin menjadi aktris yang go internasional sehingga seluruh dunia mengetahui saya. Oh ya, saya juga ingin memenangkan piala FFI. Selain itu, saya juga ingin satu frame dalam sebuah project dengan Dian Sastrowardoyo karena orang tua saya penggemar film Ada  Apa Dengan Cinta sehingga saya sangat tertarik untuk menjadi lawan mainnya. Untuk genre film, saya ingin mencoba komedi karena saya ingin keluar dari zona nyaman!

 

 

Photographer: Saeffie Adjie Badas
Fashion Stylist: Dheniel Algamar
Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang
Editorial Team: Kissy Aprilia
Asst. Fashion Stylist: Haninadhira Husaini
Text: Haninadhira Husaini / GD
Makeup: Aditya (Vague Skin)
Hair: Firda Jean
Wardrobe: H&M, Nila Baharuddin
Location: Hutan Kota Plataran